JURNAL Pendidikan Agama Kristen berdasarkan Pengajaran di Sekolah
Pendidikan Agama Kristen berdasarkan Pengajaran di
Sekolah
Stella Mulalinda
Sekolah
Tinggi Teologi Berita Hidup, Surakarta
Stellamulalinda@gmail.com
Abstract
The development of the time and the advancement of technology
not only have a positive impact but also have a negative impact. Thus, to equip
a person or students, not only education in general is needed, but education in
spiritual matters is also very much needed. Therefore, as a Christian, a Christian
education is needed wherever one is in the family, church and school. In this
case the author emphasizes Christian religious education based on teaching in
schools. Education, of course, talks about increased knowledge or knowledge, so
when Christian religious education is taught in schools, not only will the
knowledge or insight increase, but in spiritual matters it will also become
stronger. Christian religious education is part of theology, so in its teaching
of course it is related to deity and the basics of Christianity. So that it is
hoped that every student who has received Christian education in schools is not
only more knowledgeable, but his understanding of the basis of Christian faith
is also clearer and faith is getting stronger or stronger so that it can be
applied in everyday life especially to face the increasingly advanced
developments of this era so as not to fall or be affected in things that are
bad or that are incompatible with Christianity itself.
Keywords:
Christian Religious Education, Teaching, schools
Abstark
Perkembangan zaman
serta kemajuan teknologi tidak hanya membawa dampak yang positif tetapi membawa
juga dapak yang negatif. Maka untuk memperlengkapi seseorang atau anak didik
tidak hanya dibutuhkan pendidikan secara umum melainkan pendidikan dalam hal
kerohanian juga sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, sebagai orang Kristen
dibutuhkan suatu pendidikan Kristen dimanapun seseorang berada baik ditengah
keluarga, gereja dan juga sekolah. Dalam hal ini penulis lebih menekankan pendidikan
agama Kristen berdasarkan pengajaran di sekolah. Pendidikan tentunya berbicara
tentang ilmu atau pengetahuan yang bertambah, maka ketika disekolah diajarkan
pendidikan agama Kristen maka tidak hanya pengetahuan atau wawasan saja yang
bertambah tetapi dalam hal kerohanianpun juga semakin teguh. Pendidikan agama
Kristen merupakan bagian dari teologi, maka dalam pengajarannya tentu saja
berkaitan dengan ke-Tuhanan dan dasar-dasar dari kekristenan. Sehingga
diharapkan setiap peserta didik yang telah mendapatkan pendidikan Kristen di
sekolah tidak hanya sekedar pengetahuannya yang bertambah melainakan
pemahamannya akan dasar iman Kristen pun semakin jelas dan iman semakin kuat
atau teguh sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari terkhusus
untuk menghadapi perkembangan zaman yang semakin maju ini agar tidak jatuh atau
terpengaruh dalam hal-hal yang buruk atau yang tidak sesuai dengan Kekristenan
itu sendiri.
Kata Kunci: Pendidikan Agama Kristen, Pengajaran,
sekolah
Pendahuluan:
Pendidikan
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap manusia. Mulai dari seseorang
lahir kedunia bahkan ketika masih dalam kandungan pun seseorang sudah memulai
pendidikannya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendidikan adalah proses
mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasaakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Menurut Hardi
Budiyana dalam bukunya Dasar-dasar pendidikan agama Kristen mendefinisikan
pendidikan sebagai” usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain
agar orang lain tersebut mencapai kedewasaan secara susila”.[1]
Untuk
menghadapi tantangan zaman seseorang atau anak didik memerlukan pendidikan baik
secara umum dan juga dalam segi kerohanian. Secara khusus dalam kerohanian
sangat penting seorang anak didik mendapatkan pendidikan agama Kristen agar
setiap anak didik tidak hanya memiliki kemampuan akademis tetapi juga
dilengkapi dengan hidup yang takut akan Tuhan (kedewasaan rohani). Karena,
tantangan zaman saat ini tidak hanya dalam hal pengetahuan tetapi juga dalam
hal kesusilaan, sopan santun dan tentunya dalam hal keimanan.
Pendidikan
agama Kristen sederhannya ialah pendidikan iman atau ke-Tuhanan. Dalam buku
“sayang anak…sayang anak” Ronal G. Sirait menjelaskan bahwa pendidikan iman
merupakan suatu dasar atau fondasi yang kokoh bagi seluruh pendidikan karena
melalui pendidikan iman kecerdasan spiritual seseorang akan terbentuk, oleh
karena itu melalui komitmen iman yang tertanan dalam diri setiap orang atau
peserta didik memungkinkan terjadinya pengembangan potensi dalam diri seorang
anak didik. Ronal G.S juga mendefinisikan keimanan sebagai keyakinan akan
keberadaan Tuhan[2].
sejalan dengan hal tersebut Amsal 1:7 mengatakan bahwa “Takut akan Tuhan adalah
permulaan pengetahuan…”.
Lois
E. Lebar menekankan bahwa kebutuhan akan hal-hal yang rohani pada saat ini
lebih besar dari waktu-waktu sebelumnya. Hal ini dilatarbelakangi oleh tiga
perempat dari belahan dunia saat ini bukan orang Kristen atau Kristiani.
Sementara itu sebagai orang Kristiani secara khusus pendidik Kristen dimanapun
berada memiliki perintah atau Amanat Agung yang terdapat dalam Matius 28:18.
Daniel L. Marsh menambahkan bahwa, pendidikan seharusnya dapat membuat
seseorang bergairah, penuh semangat dan bersukacita dalam menjalani hidup ini[3]. maka, sebagai pendidik
Kristen dapatkah melakukan hal demikian baik menjalankan perintah amanat agung
dan membuat seseorang bergairah, bersemangan serta bersukacita dalam menjalani
kehidupannya.
Saat
ini sekolah merupakan salah satu tempat atau lembaga resmi untuk menyampaikan
atau membimbing seseorang untuk dapat mengenal Tuhan serta memiliki keteguhan
iman. Melalui sekolah seorang pendidik Kristen mendapatkan wadah untuk
mengajarkan pendidikan Kristen kepada setiap peserta didik yang ada. Jadi,
pendidikan Kristen tidak hanya terbatas dalam keluarga dan gereja saja.
Berdasarkan
topik ini peneliti akan menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan
pendidikan agama Kristen berdasarkan pengajaran di sekolah, mulai dari tujuan,
materi yang disampaikan, metode, proses pembelajaran hingga evalusainya.
Metode
Metode
penelitian yang digunakan dalam penulisan jurnal ini ialah metode penelitian
studi pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif yakni penulis melakukan
pengumpulan data melalui sumber-sumber pustaka yang terkait dengan isi dari
jurnal ini lalu menguraikannya secara sisitematis dengan kerangka uraian yang
disusun sebagai berikut. Uraian diawali dengan pengantar dari Pendidikan Agama
Kristen berdasarkan pengajaran di sekolah, kemudian dilanjutkan dengan apa yang
menjadi tujuannya, materinya, metodenya, proses pembelajarannya, serta apa yang
menjadi evaluasinya.
Hasil dan pembahasan
Pengantar Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan
Agama Kristen menurut E.G Homrighausen, berpangkal dari persekutuan umat Tuhan.[4] E.G Homrighausen
berpendapat bahwa Pendidikan Agama Kristen merupakan usaha sadar yang dilakukan
oleh gereja untuk mendidik setiap anak didiknya dalam rangka pewarisan iman
Kristen dengan segala kebenarannya sesuai kebenaran Firman Tuhan yang tertulis
dalam Alkitab, serta melatih setiap anak didik untuk hidup harmonis sesuai
dengan iman Kristiani. Sehingga pada akhirnya setiap anak didik dapat menjadi
anggota gereja yang dewasa yang sadar serta menyakini imannya dan
mengaplikasikannya dalam kehidupannya sehari-hari[5].
Definisi
lainnya dari Pendidikan Agama Kristen ialah menurut Warner C. Graedorf yang berpendapat
bahwa PAK merupakan proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan
Alkitab, berpusat pada Kristus dan bergantung pada Roh Kudus, yang membimbing
setiap pribadi pada semua tingkat pertumbuhan melalui pengajaran masa kini
kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus
dalam setiap aspek kehidupan, dan melengkapi mereka bagi pelayanan yang
efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang
mendewasakan para murid[6].
Pada
dasarnya Pendidikan agama kristen ialah suatu disiplin ilmu yang didasari pada
Alkitab, sehingga Pendidikan Agama Kristen merupakan proses pengajaran dan
pembelajaran berdasarkan Alkitab, berpusatkan pada kristus dan bergantung pada
kuasa Roh Kudus.[7]
Sehingga arah pembelajaran yang diberikan merupakan pembangunan pribadi menuju
kedewasaan. Maka Pendidikan Agama Kristen membimbing setiap pribadi dalam semua
tingkat mengalami pertumbuhan iman melalui penyampaian dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian, Pendidikan Agama Kristen harus berdasarkan
Alkitab sebagai firman Allah dan menjadikan kristus sebagai pusat beritanya.
Jadi,
dapat disimpulkan Pendidikan agama Kristen sebagi proses pengajaran dan
pembelajaran yang beradasarkan pada Alkitab, yang berpusat pada Kristus, serta bimbingan
dari pada Roh Kudus yang membimbing setiap pribadi, melalui pengajaran, kearah
pengenalan dan pengalaman akan Tuhan atau perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Rasul
Paulus mengidentifikasi pendidikan sebagai proses pendewasaan atau peneguhan
iman. Dimana setelah menerima kristus
mereka harus berakar dalam kristus, dibangun diatas kristus supaya iman
semakin teguh.
Pendidikan
Agama Kristen merupakan bagian dari teologi. Seorang teolog gereja katholik
yaitu Thomas Aguinas, pernah memproklamirkan bahwa teologi adalah ratu dari
seluruh ilmu pengetahuan.[8] Istilah teologi berasal
dari dua kata Yunani, yaitu “theos” dan “logos”. Theos artinya Tuhan, logos
berarti kata, wejangan, atau ajaran. Dengan demikian teologi secara sempit
dapat didefenisikan sebagai ajaran tentang Tuhan.[9] Dalam arti yang luas atau
lebih umum didefenisikan sebagai ilmu tentang Tuhan dan hubungannya dengan alam
semesta. Selanjutnya, Ichwei G. Indra menerangkan dalam bukunya bahwa kebenaran
teologi adalah kebenaran yang diterima dalam iman berdasarkan wahyu Allah.[10]
Dalam
dunia pendidikan, menurut taxonomi Bloom, pendidikan harus mencapai sasaran
aspek-aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan nilai) dan psikomotor
(keterampilan). Maka PAK juga harus dapat memenuhi ketiga hal ini. Namun,
Pendidikan Kristen bukan saja memberi pengajaran pengetahuan dan keterampilan,
Pendidikan Kristen juga memberi pengajaran dan kehidupan pada nilai-nilai
kekristenan, nilai-nilai moral yang berdasar pada Firman Allah. Karena,
Pendidikan Kristen merupakan pendidikan yang menekankan pada seluruh aspek
kehidupan kekristenan, yang memberikan pembentukan dan penanaman nilai-nilai
kekristenan atau nilai-nilai budi pekerti yang berdasar pada Alkitab.
Dalam
proses pendidikan, sekolah merupakan salah satu wadah untuk membimbing serta
mendidik kearah pengenalan yang benar akan Tuhan, serta membentuk sikap setiap
peserta didik sehingga tercermin dalam kehidupannya.
Jadi,
dalam konteks pendidikan tentunya harus ada pembelajaran atau pertambahan ilmu
pengetahuan. Maka, dalam pendidikan Kristen tidak hanya dalam iman tetapi
pengetahuan Alkitabiah khususnya harus juga bertambah dan disertai dengan
perubahan sikap yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari dan sekolah merupakan
salah satu sarana atau wadah untuk memberikan pengajaran atau pendidikan
tersebut.
Tujuan PAK di sekolah
Berdasarkan uraian sebelumnya maka yang menjadi
tujuan pendidikan agama Kristen disekolah ialah pertama, menumbuhkan Pemahaman
peserta didik tentang dasar iman Kristen. Sekolah sebagai wadah anak-anak dalam
menimbah ilmu dapat juga digunakan sebagai salah satu tempat untuk mengajar
anak-anak pendidikan agama Kristen. Anak-anak sebagai generasi penerus, maka
perlu ditanamkan fondasi-fondasi iman supaya kedepan mereka sudah kuat imannya
dalam menghadapi berbagai perkembangan. Sebab, dengan perkembangan sekarang ini
anak-anak semakin ditantang iman dan pengetahuannya. Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin canggih bisa
membuat anak-anak terpengaruh untuk mengikuti konten-konten yang tidak menambahkan
ilmu dan iman yang baik bagi mereka. Maka
kesediaan para guru untuk mendidik anak, sangat mendasar, dimana guru harus
berperan aktif dalam menumbuhkan pemahaman peserta didik tentang dasar iman
Kristen. Tuhan Yesus sendiri telah
mendapatkan pengajaran iman dari para guru Yahudi, bahkan pernah berdebat pada
umur 12 tahun di Yerusalem. Artinya
bahwa, pemahaman yang didapatkan sangat berguna dalam menghadapi setiap
tantangan.
Kedua,
Pertumbuhan iman peserta didik. Pertumbuhan iman seseorang tentunya adalah
peran dari Roh kudus, guru hanyalah alat atau perpanjangan tangan Tuhan yang
menolong agar anak-anak memiliki pemahaman tentang dasar iman Kristen yang pada
akhirnya mengarahkan mereka pada pertumbuhan iman. Sebagaimana Tuhan Yesus
sudah pernah menegur murid-murid-Nya, “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku,
jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang
empunya Kerajaan Allah” (Markus 10:14); jadi, pertumbuhan iman tidaklah harus
menunggu seseorang bertumbuh jadi dewasa, Tuhan bahkan mendidik seseorang dari
masa kecilnya untuk mengenal Dia dan mengalami pertumbuhan iman. (Justru
setelah dewasa terkadang seseorang sulit untuk dilayani). Maka seharusnya
pengajaran agama Kristen itu harus sampai mengubah dan membentuk sikap seorang
anak didik. Para pendidik bertanggungjawab kepada Allah atas penggunaan
karunia yang mereka miliki kepada Tuhan dan kepada peserta didik dalam
membagikan hasil kajian mereka. sebab pendidikan itu mencakup proses pelatihan,
pengajaran, dan pemeliharaan yang memampukan seseorang untuk bertumbuh dewasa
dalam iman.
Ketiga,
Pengetahuan Alkitab. Seperti yang telah kita ketahui bahwa teologi sederhananya
berbicara atau belajar tentang Allah, Alkitab, penciptaan dan sebagainya.
sedangkan pendidikan adalah usaha sadar untuk mendorong siswa mengalami
peristiwa belajar didalam hidupnya. Belajar merupakan suatu proses dalam
kehidupan seseorang yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa
menjadi bisa serta dari yang tidak baik menjadi baik. Maka, tentunya yang
menjadi tujuan Pendidikan Kristen disekolah ialah menambah wawasan atau pengetahuan
setiap peserta didik. Agar mereka pun
selain kerohaniannya terbina tetapi mereka juga memiliki pengetahuan yang benar
akan apa yang mereka pelajari dalam hal ini kaitannya dengan Teologi atau Alkitab.
Maka,
dari ketiga hal ini dapat disimpulkan Pendidikan agama Kristen disekolah merupakan
salah satu bentuk mendidik anak agar semakin mempertahankan imannya
dilingkungan dimana dia berada. Sebab pendidikan Kristen tidak hanya
berhubungan dengan pengetahuan, tetapi juga lebih kepada membina, mengasuh,
yang diselenggarakan baik disekolah maupun diluar jam sekolah. Pendidikan Kristen bukan hanya membuat
anak-anak menjadi Kristen tetapi lebih kepada pendewasaan iman mereka. Dengan
memperlengkapi anak-anak maka saat itu juga mereka akan menjadi ahli waris
kerajaan Allah. Pendidikan Kristen menjadikan peserta didik tidak hanya
memiliki ketangguhan dalam iman tetapi juga pengetahuan yang luas serta benar
tentang apa yang mereka pelajari yaitu Alkitab atau firman Tuhan.
Materi PAK di Sekolah
Henry
C. Thiessien mendefenisikan teologi sebagai ilmu tentang Tuhan dan
hubungan-hubungan-Nya dengan alam semesta, demikian juga Millard J. Erikson
mendefenisikan teologi sebagai bidang study yang berusaha menyampaikan suatu
pernyataan yang berhubungan secara logis tentang doktrin-doktrin iman Kristen
yang terutama berdasarkan Alkitab. Jadi, Pendidikan agama kristen ialah suatu
disiplin ilmu yang didasari pada Alkitab, sehingga Pendidikan Agama Kristen
merupakan proses pengajaran dan pembelajaran berdasarkan Alkitab, berpusatkan
pada kristus dan bergantung pada kuasa Roh Kudus. Maka, yang menjadi materi
pengajaran disekolah tentunya harus berdasarkan Alkitab sebagai firman Allah
dan menjadikan kristus sebagai pusat beritanya. (dalam konteks ini pusat
pengajarannya). Oleh karena itu, yang menjadi materinya ialah:
Pertama,
Dasar iman Kristen yang terdiri dari Sola scriptura (hanya oleh kitab suci/
Alkitab). Dalam Kejadian 1: 1 pada mulanya adalah Allah menciptakan langit dan bumi, artinya Allah
sendiri menopang seluruh ciptaan-Nya untuk mengenal Allah. Allah menyatakan
diri-Nya dengan dua cara, yakni: penyataan umum meliputi semua ciptaanya, dan
penyataan khusus melalui Yesus Kristus
dan Alkitab. Alkitab sumber utama akan pribadi Allah. Karena Allah memberikan
kesaksian tentang apa yang dilakukan Allah dan cara-cara yang dipergunakan
Allah untuk menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya.[11] Dunia ini memerlukan kebenaran
yang sejati, yang menyejukan, menghibur, mengarahkan, serta mengingatkan dunia
secara umum, secara khusus dunia pendidikan. Alkitab adalah firman Allah yang
di Ilhamkan untuk setiap orang yang berguna bagi hidup orang percaya.
dilandaskan dalam tulisan Paulus 2 Timotius 3:15-16 “untuk mengajar, menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran”.
Allah
menginspirasikan dan memampukan para penulis Alkitab untuk menulis semua
perkataan dibawa pengawasan Allah sendiri melalui pekerjaan Roh kudus. Karena
itu, apa yang dituliskan bukanlah semata-mata tulisan mereka sendiri tetapi
firman Allah yang sejati. Karena dalam
penulisannya Roh kudus mengkomunikasikan kepada para penulis firman Allah dengan sempurna dan koheren.
Jadi, Allah sendiri yang memimpin manusia itu pada maksud dan kehendak-Nya.
Sehingga manusia tidak perlu lagi mencari-cari cara lain untuk berkenan kepada
Allah, cukup membaca dan taat untuk melakukan firman-Nya.
Sola
fide (Keselamatan hanya didapatkan dari iman kita kepada Yesus). Penulis Ibrani
menyebut Kristus objek dari iman yang menyelamatkan serta tidak ada keselamatan
kecuali iman, Ibrani 10: 38a “tetapi
orang-Ku yang dibenarkan akan hidup oleh iman,..”, penulis Ibrani menyebutkan
dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang
tidak kita lihat, Ibrani 11: 1 “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita
harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. Iman yang benar
dan menyelamatkan adalah suatu iman yang memiliki keudukan dalam hati dan
berakar pada hidup yang telah mengalami kelahiran kembali. Sebab iman bukan
merupakan tindakan manusia, akan tetapi potensi yang diberikan oleh Allah dalam
hati orang berdosa.[12]
Oleh
sebab itu, Iman itu ialah iman yang benar, yang menyelamatkan yakni suatu
keyakinan yang pasti, yang ditanamkan dalam hati manusia oleh Roh Kudus, kepada
kebenaran Injil dan suatu kepercayaan yang sesungguhnya pada janji-janji Tuhan.
Oleh karena itu, Paulus mengatakan “kita dibenarkan hanya oleh iman dan bukan
oleh perbuatan-perbuatan berdasarkan hukum taurat, Roma. 3:28 “Kita tahu
sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah). Maka manusia menjadi benar artinya tanpa salah
dihadapan Tuhan, bukan karena ia memang tanpa salah tetapi karena Allah telah
memperdamaikan dunia dengan diri-Nya dalam Kristus Yesus dengan tidak
memperhitungkan pelanggaran-pelanggaran manusia yang percaya kepada-Nya.
Jadi
dasar pembenaran itu ialah kematian Kristus, dan sarana yang olehnya pembenaran
menjadi efektif ialah iman.[13] Orang benar akan hidup dari iman kepada iman. Hanya bila seseorang sudah
mengalami anugerah Allah yang membenarkan dirinya, seseorang tersebut
dimungkinkan hidup bagi Allah, bebas bagi Dia. Bahkan, iman dan semua perbuatan
baiknya pun adalah akibat dari bekerjanya anugerah Allah itu dalam dirinya.
Sola gratia (Keselamatan adalah
anugerah dari Tuhan). Aspek anugerah
mengajarkan bahwa tidak tergantung pada syarat tertentu, harus dipahami sebagai
pemberian dari Allah, yang ditunjukan kepada orang berdosa, yang memberikannya
dengan cara menyingkirkan semua jasa dari pihak orang berdosa.[14] Hal ini didapatkan
melalui pemberian Allah dengan cuma-cuma.
Diselamatkan
oleh anugerah adalah suatu konsep teologi Kristen yang menyatakan bahwa
keselamatan pemberian Allah semata. Artinya keselamatan manusia tidak
ditentukan oleh perbuatan atau usaha manusia, melainkan keselamatan diterima
melalui iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat. Paulus
menegaskan dalam Efesus 2:8-9 “sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan
oleh iman; itu bukan hasil usahamu; tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil
pekerjaanm: jangan ada orang yang memegahkan diri.”[15] Jadi, iman bukanlah upah
dari perbuatan baik melainkan karunia dari Allah. oleh sebab itu, manusia harus
mengerjakan keselamatannya itu di dalam kehidupannya melalui perbuatan-perbuatannya.
Karena perbuatan sebagai tanda apakah iman yang kita miliki benar-benar hidup
sebab perbuatan itulah bukti yang dilihat dalam kehidupan.
Jadi,
hal pertama yang menjadi bagian atau isi dari materi pembelajaran pendidikan
agama Kristen disekolah ialah yang berkaitan dengan dasar-dasar iman Kristen
yaitu sola scriptura, sola fide dansolagratia.
Materi
yang kedua ialah yang berisikan nilai-nilai kekristenan. Yakobus 2:17
mengatakan bahwa “iman tanpa perbuatan adalah mati” maka iman didalam Kristus seharusnya
merupakan iman yang hidup yang diwujudkan dalam sikap dan tindakan dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa nilai-nilai kekristenan yang harus ditanamkan
dalam diri setiap peserta didik ialah,
Kebenaran
Dalam
Matius 5:37 dikatkan “ Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak,
hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si
jahat.” Dari ayat ini jelas bahwa kebenaran merupakan standar yang tidak bisa
ditawar yang diberikan Tuhan bagi setiap umat-Nya. Maka harus diajarkan kepada
setiap orang atau anak didik.
Kesalehan
kesalehan
berbicara tentang hubungan atau relasi antar seseorang dengan Tuhan dan
kesederhanaan hidup. Di Alkitab salah satu tokoh Alkitab yang melakukannya
ialah Ayub, dikatakan dalam Ayub 29:4
“Seperti ketika aku mengalami masa remajaku, ketika Allah bergaul karib dengan
aku di dalam kemahku” ayat ini menunjukan bahwa Ayub telah hidup dalam
kesalehan, bergaul karib dengan Tuhan sejak ia berusia remaja.
Kekudusan
Dalam
Matius 5:8 dijelaskan bahwa kekudusan menjadi syarat seseorang agar dapat
melihat Allah, dan masuk menghadap hadirat-Nya. Kekudusan mencakup pikiran, perkataan
dan perbuatan.
Kesetiaan
Wahyu
2:10b mengatakan bahwa hanya orang yang setia sampai mati yang akan memperoleh
mahkota kehidupan. Jadi, kesetiaan merupan suatu sifat yang sangat diharapkan
dimiliki oleh setiap umat Tuhan dan kesetian orang Kristen haruslah berdasarkan
kesetian Allah sendiri yang senantiasa menyertai umat-Nya.
Keutamaan
Dalam
Yakobus 1:17, menjelaskan bahwa semangat untuk memberikan yang terbaik bagi
sesama merupakan suatu hal yang diilhami oleh Tuhan sendiri. karena, Tuhan
telah memberikan teladan yang sempurnah dengan memberikan Anak-Nya yang tunggal
bagi umat manusia.
Kasih
Matius
22:37-39 semua umat Tuhan atau orang Kristen diajarkan untuk menyatakan kasih
yaitu kepada Tuhan dan sesama.[16]
Jadi,
Setelah mendapatkan dasar-dasar iman yang benar, tentunya tidak hanya berhenti
pada pengetahuan tetapi juga harus sampai dalam praktek kehidupannya. Sebagai
Aplikasi dari pembelajaran yang didapatkan dalam pendidikan sekolah. Karena,
Tuhan pun rindu setiap orang tidak hanya menjadi pendengar melainkan pelaku
dari Firman. Maka dalam hal ini tidak hanya peserta didik tetapi pengajar-pun
harus memberikan teladan untuk mengaplikasikan nilai-nilai kekeristenan
tersebut.
Sadar
atau pun tidak orang yang lebih dewasa dan dalam konteks pendidikan ialah
seorang pengajar merupakan contoh bagi anak-anak atau peserta didik terutama
ketika mereka masih kecil. ketika orang yang lebih dewasa memberikan pengaruh
baik positif ataupun negatif maka hal tersebut meninggalkan kesan yang kuat
dalam diri setiap anak. Karena, anak-anak yang lebih kecil lebih mudah
“menangkap” daripada belajar tentang perilaku dan sikap baik. Maka mereka akan
mengamati apa yang dilakukan oleh orang tua atau yang lebih dewasa lalu
menirunya. Seorang pendidik Kristen, Larry Richards, memberikan beberapa usulan
tentang bagaimana dapat memberi teladan yang baik, yaitu harus sering ada
interaksi dalam jangka waktu lama dengan sang teladan, harus ada hubungan yang
hangat dan penuh kasih dengan sang teladan, harus terbuka mengenai keadaan
pribadi sang teladan, sang teladan harus bersedia diamati dalam berbagai kondisi
dan situasi hidup, sang teladan harus menunjukan perilaku dan nilai secara
konsisten dan jelas, harus ada kesesuaian antara perilaku sang teladan dan
keyakinan (standar ideal) suatu komunitas, serta harus ada penjelasan tentang
konsep gaya hidup sang teladan dengan perintah yang menyertai pengalaman
bersama.[17]
Dari
dua materi yang harus ada dalam pendidikan agama Kristen disekolah yaitu
berkaitan dengan dasar-dasar iman Kristen dan nilai-nilai kekristenan. Maka, dalam
penyusunan materi yang akan disampaikan, sekolah harus membuat kriteria dari
setiap bahan tersebut, demi mencapai sebuah hasil yang diharapkan dimiliki oleh
peserta didik. Karena, Pendidikan Agama Kristen merupakan pembelajaran agama
yang memperlihatkan dan mewujudkan identitas dan ciri khas Kristen dalam
ajarannya. Jadi, Landasan pengajaran
Pendidikan Agama Kristen, meliputi: Biblika yang artinya memuat dalam pembuatan
bahan pengajaran sebagai sumber utama pengajaran Pendidikan Agama Kristen yaitu
Alkitab. Teologi, selanjutnya Pendidikan Agama Kristen harus berkorelasi antara
Alkitab dan Teologi, supaya tidak terjadi kesalahan atau ketidak tepatan
penyusun isi dan bahan pelajaran, Maka para pendidik Pendidikan Agama Kristen
harus memahami dan menyelidiki Alkitab sesuai dengan prinsip Hermeneutik.
Karena, pengajaran yang diberikan berdampak pada pertumbuhan iman peserta didik
sebagai seorang Kristen[18] dan Praktek,
mengaplikasikan/penerapan ilmu yang telah dipelajari.
Dalam buku Pendidikan Agama Kristen di
perguruan tinggi yang disusun oleh Daniel Nuhamara beserta rekan-rekan lainnya,
memberikan 9 (Sembilan) substansi kajian matakuliah atau materi yang akan
diajarkan dalam pengembangan kepribadian peserta didik Pendidikan agama Kristen
yang dapat pula diterapkan dalam pendidikan agama Kristen berdasarkan
pengajaran di sekolah. 9 substansi yang dimaksud ialah,
Tuhan
Subkajian yang membahas mengenai konsepsi
Tuhan menurut iman Kristen, Tuhan yang dikenal dalam hidup keseharian, dalam
kerangka pemahaman tentang Tuhan juga dibahas mengenai apa itu agama dan apa
yang menjadi perannya bagi manusia. Khususnya mengenai hakikat kekristenan,
gereja dan ciri khas kekristenan berupa dogma atau ajaran Kristen. Maka melalui
subkajian ini mahasiswa atau peserta didik diharapkan dapat memperoleh
pemahaman yang mendalam mengenai Tuhan menurut iman Kristen, memahami hakikat
gereja serta menghayati kekristenan beserta ajaran pokok yang menjadi landasan
iman dan percayanya.
Manusia
Subkajian mengenai konsepsi manusia
menurut kekristenan, yaitu manusia sebagai mahkota ciptaan yang diperlengkapi
dengan harkat dan martabat. Manusia sebagai makhluk multidimensional.
Moral
Dengan subkajian pilihan dan pengambilan
keputusan moral. Peserta didik Kristen diharapkan mampu memiliki kemampuan
untuk memfilter berbagai tawaran nilai-nilai kehidupan dengan menggunakan nilai
dan moral Kristen sebagai tolak ukur.
Iptek dan seni
Subkajian mengenai hubungan iman dan ilmu
pengetahuan, serta membahas teori evolusi yang diperhadapkan dengan iman Kristen.
Aspek ini dianggap penting karena ada banyak pendapat menyangkut topik iman,
IPTEK, dan seni yang lebih sering mempunyai prespektif negatif atau berkonotasi
negatif terhadap IPTEK dan seni seolah-olah ajaran Alkitab menolak teknologi
dan rasionalisasi. Padahal pada kenyataannya sebaliknya justru Alkitab memberi
ruang kepada pengembangan IPTEK dan seni yang berguna serta dapat dimanfaatkan
bagi kesejahteraan umat manusia. Maka melalui kajian ini setiap peserta
didik diharapkan mampu memahami hubungan
timbal baik antara iman Kristiani dan IPTEK serta seni dalam perspektif
historis, yakni kecenderungan untuk saling mendominasi. Selanjutnya diharapkan
setiap mahasiswa atau peserta didik mampu mengidentifikasikan hubungan bermakna
antara iman dengan IPTEK, teknologi, seni, khususnya mengenai upaya
pengembangan serta pemanfaatannya demi kesejahteraan manusia dan kelestarian
lingkungan.
Kerukunan
Suatu kajian mengenai pluralisme di
Indonesia, dialog dan kerjasama antar umat beragama di Indonesia. Kajian ini
bertujuan untuk menjadikan kepedulian dan keprihatinan terhadap masalah-masalah
kemanusian sebagai pintu masuk untuk melakukan dialog dan kerjasama antar
agama-agama. Semua penganut agama di Indonesia diharapkan dapat menumbuhkan
toleransi dan kerjasama dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa
yang kini sedang terancam disintegrasi. Bagi mahasiswa Kristen diharapkan
memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan perdamaian melalui dialog dan kerja
sama antarumat beragama.
Masyarakat
Subkajian ini berfokus pada tanggung jawab
orang Kristen pada pemberdayaan masyarakat. Iman yang diaplikasikan dalam
tindakan serta dalam berbagai bentuk partisipasi nyata mahasiswa dalam rangka
menjalankan tanggung jawab panggilannya sekaligus sebagai warga bangsa.
Budaya
Subkajian diletakan pada kenyataan adanya
budaya “narimo” yang secara fatalistik menganggap segala sesuatu dalam hidup
ini sebagai takdir, termasuk takdir mengenai kaya dan miskin. Maka mahasiswa sebagai hati nurani rakyat
seharusnya turut aktif dalam merekonstruksi budaya narimo mejadi budaya kerja
keras untuk kesejahteraan hidupnya.
Politik
Subkajian makna dan partisipasi dalam
kehidupan politik, membantu mahasiswa memahami tanggung jawabnya dibidang
politik serta bagaimana menggunakan haknya secara baik, benar dan bertanggung
jawab sesuai dengan hati nuraninya.
Hukum
Subkajian tentang bagaimana Alkitab
berbicara mengenai hukum dan keadilan. Gereja dan Lembaga agama sebagai kontrol
terhadap kebenaran dan keadilan. Termasuk peran mahasiswa dalam memelihara dan
mengembangkan hukum dan keadilan di Indonesia.[19]
METODE:
Pendidikan
Agama Kristen menutun setiap peserta didik mengalami perjumpaan dan persekutuan
iman yang hidup bersama Tuhan. maka, yang menjadi ciri utama kegiatan
pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi yang terjadi antara siswa
dengan lingkungan belajarnya, baik dengan guru, teman-temannya, tutor, media
pembelajaran, dan sumber-sumber belajar lainnya. Ciri lain dari pembelajaran
adalah merupakan suatu sistem, yang di dalamnya terdapat komponen-komponen
sebagai berikut: tujuan, materi / bahan ajar, metode pengajaran, media,
evaluasi, siswa dan guru. Sehingga dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
yang harus dipersiapakan ialah, materi, alat peraga yang mendukung materi
supaya peserta didik cepat menangkap materi, seorang guru harus memiliki
kreatifitas didalam kelas, cara pemberian tugas, serta bagaiman sikap seorang
pendidik menanggapi para peserta didik: lewat tanya jawab, kehidupan yang
bersosial. Dalam artian dalam proses pembelajaran guru Pendidikan Agama Kristen
jangan sampai membuat peserta didik menjadi kaku, fakum.
Secara
sederhana metode yang dapat digunakan dalam proses pendidikan agama Kristen
berdasarkan pengajaran di sekolah, antara lain: jika melihat dalam Alkitab Matius
28:18-20, maka metode yang dapat dipakai ialah pemuridan. Pemuridan artinya
sebuah proses pengajaran/pelayanan yang dilakukan secara konsisten, yang
membawa orang-orang bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus, Ceramah
(komunikasi 1 arah, yaitu pengajar pada peserta didik), Interaksi dalam kelas
(adanya komunikasi berupa diskusi,tanya jawab, kuis-kuis, dan sebagainya),
melibatkan peserta didik dalam proses belajar, Kegiatan Rohani (ibadah kelas,
bakti sosial, pendalaman Alkitab), Pemberian
tugas presentasi/pekerjaan Rumah (PR) untuk memperdalam materi, Ujian (melihat
sejauh mana materi tersampaikan kepada peserta didik), Dengan kreatifitas (alat
peraga, dsb) pengajar membuat atau menumbuhkan minat peserta didik untuk
melakukan bahkan menyenangi setiap materi yang sudah diajarkan dan metode
terakhir yang dapat juga digunakan ialah memberikan ilustrasi dari pengalaman
rohani dalam pembahasan materi.
Proses pembelajaran:
Dalam
proses pembelajaran tentunya harus ada persiapan baik dari sisi pengajar maupun
peserta didik. Bagi pengajar tentunya sebelum masuk dalam pertemuan dalam kelas
pengajar terlebih dahulu dengan pimpinan Roh Kudus mempersiapkan materi yang
akan disampaikan/diajarkan. Tidak jauh berbeda dengan seorang pengajar, setiap
peserta didik seharusnya juga mempersiapkan diri terlebih dahulu meminta
pimpinan Roh Kudus membuka hati dan pikiran agar dapat memahami isi dari
pengajaran yang diberikan. Setelah itu dalam proses pembelajaran dalam kelas
bisa dimulai dengan berdoa, bernyanyi/renungan singkat. Setelah itu bisa
diawali dengan kuis-kuis atau diskusi-diskusi, barulah pengajar menyampaikan
materi, setelah selesai dapat memberikan waktu untuk tanya jawab, kemudian bisa
juga dengan memberikan tugas. Ada pula proses pembelajaran di luar jam kelas
bisa dilakukan dengan mengadakan ibadah kelas bersama, dimana petugasnya dari
peserta didik dan pembicaranya bisa pengajar sendiri atau mengundang seorang
pelayan Tuhan. selanjutnya dapat melakukan kegiatan rohani lainnya bisa berupa
kegiatan sosial.
Evaluasi:
Evaluasi pada
dasarnya merupakan salah satu cara atau metode yang dilakukan oleh guru untuk
mendapatkan informasi tentang kemampuan dan kompetensi dari para siswa. Karena
melalui evaluasilah guru akan melihat apakah ia berhasil dalam proses belajarnya,
dan dari evaluasi juga guru akan mengetahui apakah pelajaran yang diajarkan
dapat dilanjutkan dengan bahan yang baru atau perlu mengulangi kembali. Evaluasi
hasil pembelajaran dapat dilakukan dengan cara antara lain menggunakan tes
untuk melakukan pengukuran hasil belajar sebagai prestasi belajar, dalam hal ini adalah
penguasaan kompetensi oleh setiap peserta didik. Evaluasi
merupakan hasil akhir dari semua proses pembelajaran untuk menilai peserta
didik sudah sejauh mana memahami materi yang sudah disampaikan. Evalusai
berpusat pada menganalisis, menilai, serta memperhatikan ketercapaian tujuan
pembelajaran semula.
Hal ini dapat
digunakan oleh guru baik sebagai umpan balik maupun keputusan yang sangat
diperlukan dalam menentukan strategi belajar mengajar. Untuk maksud tersebut,
guru perlu mengadakan penilaian, baik terhadap proses maupun terhadap hasil
belajar. Untuk menguasai kompetensi pendidikan, maka guru-pun harus menguasai
ilmu pendidikan, baik secara teoritis maupun praktis, yang salah satunya adalah
evaluasi belajar.[20]
Selain untuk
melihat dari segi akademis evaluasi juga dapat dilihat dari sisi lainnya yaitu
pencapaian dalam diri dari segi sikap atau nilai dan keterampilannya. Bagi seorang
pendidik yang adalah manusia biasa, sama seperti yang lainya. Oleh karena itu,
sebagai pendidik harus benar-benar menyiapkan diri tidak hanya sebatas akademis
melainkan juga kerohaniannya. Karena, seorang pendidik tidak hanya berperan
sebagai pengajar tetapi juga harus memberikan teladan meskipun pengajar juga
bukan seseorang yang sempurna. Bagi peserta didik, Seharusnya setelah menerima
pendidikan Kristen setiap peserta didik memiliki pengenalan yang benar akan
Tuhan, perubahan karakter dan menjadi berkat ditengah lingkungan atau
masyarakat. Namun, pada kenyataannya tidak semua peserta didik mengalami
perubahan.
Maka
dari hasil evaluasi ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Seorang pendidik
atau pengajar juga berawal dari peserta didik dimana Tuhanlah sebagai pendidik
yang sempurnah. Maka, sebelum memberikan pengajaran seorang pendidik harus
terlebih dahulu belajar dari guru agung. Seperti benih yang ditaburkan ditempat yang
berbeda-beda demikianlah pengajaran seseorang akan jatuh di tempat yang
berbeda-beda. ada yang bertumbuh, setengah bertumbuh atau sama sekali tidak
bertumbuh. Oleh, karena itu dibalik setiap usaha yang dilakukan oleh seorang
pengajar hanya Roh Kuduslah yang memberikan perubahan dalam diri seseorang. Maka,
seorang pengajar tidak bisa mengandalkan kekuatan sendiri demikian pula peserta
didik. Semuanya harus mengandalkan Tuhan.
KESIMPULAN:
Berdasarkan
uraian-uraian yang telah disusun dalam jurnal ini maka dapat disimpulkan bahwa
teologi menjadi evaluasi dalam pendidikan Kristen, untuk mengetahui apakah
pendidikan Kristen sudah sesuai dengan Nila-nilai yang tertulis dalam Alkitab.
Oleh sebab itu, teologi harus menjadi dasar filosofis pendidikan Kristen, teologi
sebagai konten dalam pendidikan Kristen. Oleh sebab itu para pendidik Kristen
harus mengetahui, memahami, mengerti dasar-dasar apa yang menjadi landasan
ketika membangun, melakukan serta memperktekkan proses pendidikan Kristen.
REFERENSI:
Budiyana, Hardi. Dasar-dasar pendidikan agama Kristen. Surakarta:
STT Berita Hidup, 2017.
Sirait, Ronal G. Sayang anak…sayang anak. Yogyakarta:
Kanisius, 2020.
Lebar, Lois E. Education that is Christian. Malang: Gandum Mas, 2006.
Homrighausen, E.G. Pendidikan agama Kristen. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1985.
Kristanto, Paulus Lilik. Prinsip dan praktek PAK penuntun bagi
mahasiswa Teologi dan PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama dan keluarga Kristen.
Yogyakarta: Andi Offset.
Thiessen, Henry C.
Teologi sistematika, Malang: Gandum
Mas, 2010.
Indra, Ichwei G. Teologi sistematika. Bandung: Yayasan
baptis Indonesia, 2010.
Iris, Cully. Dinamika pendidikan Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Berkhof, Louis. Teologi sistematika, Doktrin keselamatan.
Jakarta: Momentum, 2013.
Ladd, George Eldon.
Teologi Perjanjian baru II. Bandung:
Yayasan KH, 1999.
Abineno, JL. Tafsiran Alkitab: Surat Efesus. Jakarta:
BPK, Gunung Mulia, 1997.
Solomon, Robert M. Membangun
Generasi Mendatang. Jakarta: Duta Harapan dunia, 2019.
Ediin, R. Hakikat pendidikan Kristen. Jakarta: BPK gunung Mulia, 2015.
Nuhamara, Daniel dkk. Pendidikan agama Kristen. Jakarta: Bina
Media Informasi, 2005.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016.
---oooOOOooo---
[1] Hardi
Budiyana, Dasar-dasar pendidikan agama Kristen (Surakarta, STT Berita Hidup,
2017), 3
[2] Ronal G.
Sirait, Sayang anak…sayang anak (Yogyakarta, Kanisius,2020), 77-78.
[3] Lois E.
Lebar, Education that is Christian
(Malang, Gandum Mas,2006), 17-19
[4]
E.G. Homrighausen, Pendidikan agama Kristen (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1985),
12
[5] Hadi
Budiyana, Dasar-dasar pendidikan agama Kristen, (Surakarta: STT Berita Hidup Press, 2018), 8
[6]
Paulus Lilik Kristanto, Prinsip dan praktek PAK penuntun bagi mahasiswa Teologi
dan PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama dan keluarga Kristen (Yogyakarta: Andi
Offset), 4
[7] Hadi Budiyana, Dasar-dasar pendidikan agama
Kristen, (Surakarta: STT Berita Hidup Press, 2018),
8
[8] Henry C. Thiessen, Teologi sistematika, (Malang: Gandum
Mas, 2010), 1
[9]Ibid…,8
[10] Ichwei G. Indra. Teologi sistematika, (Bandung: Yayasan
baptis Indonesia, 2010), 11
[11]Cully Iris, Dinamika pendidikan Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 98
[12] Louis Berkhof, Teologi sistematika, Doktrin
keselamatan,.., 200
[13]George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian baru II, (Bandung:
Yayasan KH, 1999), 201
[14] Louis
Berkhof, Teologi sistematika, Doktrin Allah, (Jakarta: Momentum, 2013), 35-36
[15]JL. Abineno, Tafsiran Alkitab: Surat Efesus, (Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 1997),
57-58
[16] Ronal G.
Sirait, Sayang anak…sayang anak (Kanisius, Yogyakarta, 2020), 106-108.
[17]
Robert M. Solomon, Membangun Generasi Mendatang (Jakrta: Duta Harapan dunia,
2019), 33-42
[18] R. Ediin, Hakikat pendidikan Kristen, (Jakarta: BPK gunung Mulia, 2015),
55-57
[19]
Daniel Nuhamara,dkk Pendidikan agama Kristen (Jakarta: Bina Media Informasi, 2005), 21-23
[20] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2016), 4
😇
BalasHapus