Kumpulan Renungan Semester VII Part 1 (STTIP)
BERFIRMANLAH
ALLAH MAKA SEMUANYA SUNGGUH AMAT BAIK
Kejadian
1:1-31
Kejadian 1:1-31 merupakan kisah
penciptaan yang menunjukan betapa hebatnya dan agungnya kuasa Allah dalam karya
penciptaan langit dan bumi beserta isinya. Ketika kita mau merenungkan pasal
ini ada beberapa kalimat yang sering diulangi dalam pasal ini. Namun, dalam
renungan ini lebih menyoroti kalimat atau frasa “Berfirmanlah Allah” dimana
kalimat ini 9 kali diulangi dalam pasal ini (ay 3,6,9,11,14,20,24,26, dan 29).
Kalimat ini cukup mengelitik kita semua untuk mencari tahu, Apa sebenarnya tujuan dari pengulangan kalimat ini?. Dalam
renungan ini setidaknya ada dua hal yang menjadi tujuan dari pengulangan
kalimat ini.
1.
Untuk
menunjukan betapa dasyatnya atau hebatnya kuasa dari sang pemberi Firman itu
sendiri. Frasa “berfirmanlah Allah” dalam bahasa
aslinya ialah וַיֹּ֣אמֶר אֱלֹהִ֔ים (Gen 1:6 WTT) (wayomer ellohim)
atau dalam versi NAS “Then God said” yang artinya “kemudian Allah berkata”.
Kata Allah dalam bahasa aslinya menggunakan kata “Elohim” kata ini muncul lebih dari 2600 kali dalam PL dan pada
umumnya merujuk pada Allah yang benar dimana dalam PL sering dipadankan atau
berpadanan dengan nama unik Allah yaitu YHWH
yang ditulis YEHOVA tetapi dibaca Adonay
karena nama ini dalam tradisi tradisonal PL merupakan nama yang
sakral. Selain itu kata “Elohim” jika digunakan untuk tujuan
generik (asal-usul) kata ini dalam Alkitab menunjukan bahwa Allah adalah sang
pencipta, sang raja, sang hakim,Tuhan dan sang Juruselamat. (http://www.sarapanpagi.org/elohim-study-kata-vt3.html). Dapat disimpulkan bahwa frasa
“Berfirmanlah Allah” merupakan suatu
perkataan yang keluar dari Allah atau Tuhan yang benar bukan merujuk pada
ilah-ilah atau dewa-dewa bangsa kafir belaka melainkan dari sang pencipta,
hakim, Tuhan sekaligus Juruselamat. Maka dari frasa “berfirmanalah Allah” juga
telah merujuk pada ke Tritunggal yang menyatakan atau membuktikan akan
keberadaan Kristus bahkan sebelum dunia dijadikan. Dari frasa yang terlihat “simple” ternyata mengandung makna yang
begitu luas untuk menyatakan kuasa Allah dalam segala hal.
2.
Untuk menunjukan bahwa Firman Allah itu
bukanlah sekedar perkataan yang menguap diudara saja melainkan, merupakan
perkataan yang memiliki kuasa untuk menjadikan segala sesuatu yang difirmankan
itu baik. Hal ini dibuktikan dalam pasal ini dimana
ditegaskan dalam kalimat “Allah melihat bahwa semuanya itu baik” yang 6 kali
diulangi (ay 9,12,18,21,25,dan 31) bahkan dalam ayat ke 31 dikatakan bahwa apa
yang difirmankan oleh Allah itu tidak hanya baik melainkan sungguh amat baik.
Dimana dalam bahasa aslinya ialah ט֖וֹב מְאֹ֑ד (Gen 1:31 WTT) (tob meod)
yang artinya “abudance a good thing” melimpah dengan segala yang baik.
Sedangkan dalam versi NAS ialah “Very
good” sangat baik. Maka kata sungguh amat baik ini
sendiri menunjukan sesuatu tingkatan yang lebih tinggi dari sekedar “baik”
bahkan dapat dikatakan “sempurna”.
Dari renungan ini kita belajar bahwa
kuasa firman Tuhan itu dapat mengubah segala sesuatu bukanlah omongkosong
belaka, melainkan suatu kata-kata yang menyatakan kuasa Tuhan dan mujizat Tuhan
yang tidak perlu diragukan lagi. Bahkan meskipun kitab kejadian ini telah
ditulis semenjak tahun ± 1445-1405 SM, namun kuasanya tidak berubah, tetap sama
dulu sekarang bahkan sampai selamanya.
Oleh karena itu begitu konyolnya
kita jika meragukan apa yang telah Tuhan firmankan atau katakan. Karena, hal
itu sama saja kita menolak segala hal yang sungguh amat baik di pemandangan
Allah yang akan Allah nyata dalam kehidupan kita. Ketika firman Tuhan
mengatakan bahwa apa yang telah Tuhan ciptakan itu “sungguh amat baik” hal ini
sama halnya bahwa apa yang Tuhan sudah firmankan itu adalah sempurna bagi
kehidupan setiap anakNya. Maka jangan pernah ragukan siapa Tuhan dan kuasa dari
FirmanNya. Amin,
Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
PROTO
EVANGELIUM (CIKAL BAKAL MISI PENYELAMATAN) ALLAH DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Kejadian
3:1-24
Judul perikop dari kitab Kejadian
pasal 3 ialah “Manusia jatuh ke dalam dosa”, melalui judul perikop ini dapat
dilihat bahwa isi dari keseluruhan pasal ini pasti membahas tentang kejatuhan
manusia dalam dosa. Namun, pasal ini juga tidak dapat dipisahkan dengan karya
Allah dalam misi penyelamatannya. Oleh karena itu pasal ini pun dikenal dengan
pasal proto evangelium atau embrio awal dimulainya misi penyelamatan Allah.
Peristiwa kejatuhan manusia ke
dalam dosa merupakan peritiwa yang tidak
akan pernah hilang dalam sejarah manusia dan sejarah dunia ini. Dimana si ular
tua (iblis) yang merupakan tokoh utama yang menyebabkan manusia (Adam dan Hawa)
jatuh ke dalam dosa telah memperdaya kita semua di dalam dosa semenjak dari
nenek moyang kita hingga kita dimasa sekarang ini. Tetapi melalui peristiwa ini
kita pun dapat melihat kuasa Allah atau karya Allah nyata dalam misi
penyelamatannya bagi setiap umat manusia. Dalam Kejadian pasal 3 ini setidaknya
ada 3 hal yang merupakan misi Allah bagi penyelamatan umat manusia dari hukuman
yang kekal. Apa sajakah yang menjadi misi
penyelamatan Allah bagi kehidupan manusia?
1.
Misi
penyelamatan Allah yang pertama ialah Allah mencari manusia (ay 9).
Ketika manusia telah jatuh ke dalam dosa mata mereka terbuka dan melihat
keberadaan diri mereka yang telanjang maka mereka berusaha menyemat daun pohon
ara dan membuat cawat (ayat 7). Kemudian ketika mereka mendengar suara Tuhan
justru mereka bersembunyi dari padaNya (ay 8). Dari kejatuhan ini kita melihat
bahwa dosa membuat kita malu dan
menghindari Allah karena rasa kebersalahan kita. Namun, disinilah Allah
menyatakan misi penyelamatannya. Allah bukannya tidak tahu kalau manusia
ciptaanNya telah jatuh ke dalam dosa Ia tahu karena Ia maha tahu. Tetapi justru Ia mau merendahkan diriNya
mencari manusia yang telah bersembunyi karena keberdosaannya. Ia mau mencari
kita yang telah lari, menghindar dan bersembunyi dariNya. Misi penyelamatan
Allah adalah anugerah yang sangat luar biasa yang kita terimah dari Allah.
Dimana kita yang seharusnya terlebih dahulu mencari Tuhan untuk meminta ampun
dari padaNya, justru sebaliknya Allah
sendiri yang terlebih dahulu mencari kita dan tetap menerima kita dengan segala
keberdosaan kita.
2.
Misi
penyelamatan Allah yang kedua ialah Allah mengadakan permusuhan antara manusia
dan iblis (ay 15). Dalam NIV kata permusuhan
menggunakan kata “enmity” yang
artinya kebencian atau permusuhan. Sedangkan dalam BIS diartikan dengan kata
“saling membenci”. Misi penyelamatan Allah yang kedua ialah dengan mengadakan,
menaruh atau menanamkan rasa saling membenci antara manusia dan iblis yang
telah menggoda manusia sehingga manusia jatuh kedalam dosa. Apalah jadinya jika
Allah tidak menanamkan rasa saling membenci dengan kata lain rasa permusuhan
antara manusia dan iblis, tentulah dunia ini akan kaya dengan segala macam
kejahatan dan dosa. Bahkan Allah pun
menyatakan perlawanan yang akan dilakukan oleh keturunan anak manusia
bahwa anak manusia akan meremukan kepala dari sang iblis dan iblis akan
meremukan tumit manusia. Ada dua hal yang unik pada bagian ini bahwa Allah
menyatakan bahwa manusia meremukan kepala ular sedangkan ular meremukan tumit
anak manusia. Kepala merupakan suatu organ yang vital dalam setiap bagian tubuh
baik manusia maupun hewan. Ketika bagian kepada seseorang atau hewan remuk
tentulah ia tidak dapat hidup lagi.
Sedangkan ketika tumit seseorang remuk ia akan tersungkur ataupun
tertatih ketika berjalan. Kedua hal ini
merupakan suatu simbolis yang menyatakan akan misi penyelamatan Allah. Dimana
dikatakan bahwa dari keturunan manusia akan meremukan kepala si ular hal ini
menunjukan bahwa Allah melalui keturunan manusia akan menghancurkan kuasa dari
si ular. Sedangkan si ular hanya dapat meremukan tumit manusia, seperti
pemazmur mengatakan bahwa “ketika kita
jatuh tidak akan dibiarkan sampai tergeletak” atau dengan kata lain ketika
manusia terjatuh Tuhan tidak akan membuat kita tersungkur dan tergeletak tak
berdaya. Maka iblis hanya bisa membuat kita jatuh tetapi tidak sampai
tergeletak.
3.
Misi
Allah yang ketiga ialah Allah mengusir manusia dari taman Eden (ay 23). Hal ini terlihat
jahat tetapi sesungguhnya inilah bentuk kasih Allah kepada manusia. Allah
memberikan penghukuman kepada manusia bahkan mereka diusir dari taman Eden
tetapi hal ini bukan semata-mata menjadi hukuman bagi manusia melainkan suatu
upaya penyelamatan Allah bagi manusia. Dimana Allah telah berfikir jauh ke
depan. Tujuan
Allah mengusir manusia dari taman Eden ialah supaya manusia tidak kembali
menyentuh dan memakan buah kehidupan dan hidup selama-lamanya dalam
keterpisahan dari Allah. Keterpisahan dari Allah merupakan suatu hal yang
sangat mengerikan atau menyedihkan bagi umat manusia. Karena ketika kita
berpisah dari Allah kita akan merasakan suatu kehampaan, tak berdaya,
keputusasaan bahkan penghukuman kekal. Oleh karena itu melalui misi
penyelamatan ini Allah pun ingin menunjukan kasihnya kepada umat manusia
meskipun kita telah sering jatuh ke dalam dosa. Melalui anugerahnya Allah ingin
membuat hubungan manusia dan Allah dapat dipersatukan kembali. Jika kita
bandingakan dalam PB dimana melalui pengorbanan Tuhan Yesus telah menyambung
kembali hubungan keterpisahan antara Allah dan manusia.
Maka dari renungan ini kita dapat
melihat 3 misi Allah kepada umatnya yaitu mencari kita, mengadakan permusuhan
antara kita dan iblis serta mencegah kita mengalami keterpisahan dengannya
untuk selama-lamanya dengan jalan mengusir kita dari taman Eden. Aplikasi bagi
kita ialah marilah kita menyadari bahwa sungguh besar kasih setia Tuhan bagi
kita ia tidak pernah meninggalkan kita sekalipun kita telah berdosa Allah tetap
melaksanakan misinya agar kita pun dapat diselamatkan. Amin, Tuhan Yesus
memberkati (Stella Mulalinda).
PERSEMBAHAN
KAIN VS PERSEMBAHAN HABEL
Kejadian
4:1-26
Ketika manusia jatuh ke dalam dosa
manusia di usir dari taman Eden dan
mereka (Adam dan Hawa) harus mengusahakan kelangsungan hidup mereka
dengan berpeluh dan Hawa pun harus merasakan kesakitan saat melahirkan. Kain
dan Habel merupakan anak dari Adam dan Hawa setelah mereka diusir dari taman
Eden. Kejadian pasal 4 ini menceritakan tentang perjalanan hidup Kain dan Habel
dimana lagi-lagi manusia harus jatuh ke dalam dosa dalam hal ini Kain membunuh
Habel adiknya. Apakah yang
melatarbelakangi peristiwa ini?
Peristiwa Kain membunuh Habel
diawali ketika mereka memberikan korban persembahan kepada Tuhan. Dimana pada
saat itu Kain menjadi petani sedangkan Habel menjadi gembala kambing domba.
Pada saat itu Kain memberikan hasil taninya dan Habel memberikan hasil ternaknya.
Tetapi Tuhan lebih mengindahkan pemberian Habel (ay 4).
1.
Hal
yang pertama yang melatarbelakangi peristiwa Kain membunuh Habel ialah karena
Kain membuka cela akan dosa (ay 6-7). Ketika kita ingin
memberikan sesuatu hadiah kepada Presiden atau orang yang kita anggap penting
tentulah kita akan mempersiapkan suatu hadiah yang terbaik atau sesuatu yang
paling baik yang kita miliki. Begitu juga ketika Kain dan Habel ingin
memberikan persembahan kepada Tuhan. Mereka tahu kepada siapa mereka akan memberikan
persembahan tersebut yakni Tuhan pencipta langit dan bumi. Tentulah mereka
sama-sama akan mempersiapkan yang terbaik bagi Tuhan. Dari kedua persembahan
yang terbaik ini mengapa Tuhan memilih persembahan Habel dan bukannya Kain.
Tetapi titik persoalannya bukanlah terletak kepada pilihan Tuhan sehingga
menyebabkan Kain membunuh Habel. Jika kita ingin membeli sesuatu barang terkadang kita menemukan 2 barang yang bagus
yang sama-sama berkualitas baik. Tetapi pada akhirnya kita harus memilih mana
yang harus kita beli. Begitu juga dengan Allah jika manusia saja dapat
mengambil keputusan untuk memilih apalagi Tuhan, Ia mempunyai otoritas untuk
mengambil keputusan apa yang harus ia pilih. Maka adalah otoritas Tuhan untuk
memilih mengindahkan persembahan Habel dari pada Kain. Ini merupakan suatu hal
yang wajar yang harus Tuhan lakukan. Tetapi disinilah terletak kesalahan Kain
dimana ia membuka cela bagi dosa,dikatakan bahwa “hati kain menjadi sangat
panas dan mukanya muram” dalam BIS dikatakan “mengapa engkau marah, mengapa
mukamu geram?” (ay 6). Disini Kain menunjukan rasa ketidaksukaannya atau rasa
irinya kepada Habel karena persembahan Habel lebih diindahkan Tuhan. Hal ini
terlihat tidak penting atau hal yang sepele tetapi justru dari hal yang kecil
inilah Kain dapat jatuh lebih jauh lagi
ke dalam dosa. Oleh karena itu jangan pernah kita membuka cela
sedikitpun terhadap dosa karena, hal ini dapat membuat kita lebih jauh lagi
terjerumus ke dalam dosa.
2.
Hal
kedua yang melatarbelakangi Kain membunuh adiknya ialah karena Kain meremehkan
didikan atau teguran Tuhan. Di ayat ke 7 Tuhan
mengingatkan Kain dimana dalam BIS dikatakan “Jika engkau berbuat baik, pasti
engkau tersenyum; tetapi jika engkau berbuat jahat, maka dosa menunggu untuk
masuk ke dalam hatimu. Dosa hendak menguasai dirimu, tetapi engkau harus
mengalahkannya". Pada
ayat ini Tuhan telah berusaha mengingatkan Kain agar ia dapat menguasai dirinya
dan mengalahkan dosa. Tetapi di sini Kain bukannya berbalik dan menyadari
kesalahannya tetapi ia justru mengajak adikanya ke padang dan memukul Habel
sampai mati. Bahkan ketika Tuhan menanyainya tentang keberadaan Habel adiknya
justru Kain berbohong dan mengatakan “aku tidak tahu!” (ay 7-8).
Maka dapat kita
simpulkan bahwa bukannya Tuhan tidak memperdulikan Kain tetapi Kainlah yang
sesungguhnya tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan sehingga ia tega
membunuh adiknya. Jika ia memiliki hati yang takut akan Tuhan seharusnya ia
dapat tetap bergembira meskipun pemberiannya pada saat itu belum diindahkan
Tuhan dan seharusnya ia dapat segera menyadari kesalahannya ketika Tuhan
memberikan teguran kepadanya. Tetapi disini justru Kain membiarkan dirinya
dikuasai oleh dosa sehingga ia memukul adiknya hingga mati. Dan sudah pasti
bahwa setiap perbuatan dosa yang kita lakukan pasti akan mendatangkan hukuman
bahkan hingga keturunan kita pun pasti merasakan dampak dari kesalahan yang
telah kita perbuat. Oleh karena itu, dari peristiwa pembunuhan Kain terhadap
Habel kita dapat belajar bahwa jangan pernah kita membuka cela terhadap dosa
dan kita harus peka terhadap terguran atau didikan dari Tuhan. Amin,
Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
HIDUP
BENAR YANG DIMILIKI SATU ORANG DAPAT MENGUBAH KUTUK MENJADI BERKAT
Kejadian
6:1 (5-7) - Kej 9:29 (21-22)
Jauh setelah peristiwa kejatuhan
manusia ke dalam dosa. Manusia semakin hari bukannya semakin baik justru
sebaliknya semakin jatuh ke dalam kejahatan (dosa). Sehingga pada Kej 6:6 dalam
BIS dikatakan bahwa “Ia pun menyesal telah menjadikan
mereka dan menempatkan mereka di bumi. Ia begitu kecewa”. Karena, kejahatan manusia yang semakin merajalela Tuhan
memutuskan untuk memusnahkan semua manusia. Namun, dari berjuta-juta manusia
pada masa itu Nuh mendapat kasih karunia dimata Tuhan (Kej 6:8). Dimana
seharusnya semua manusia harus dimusnahkan, tetapi justru Tuhan mau memilih Nuh
dan keluarganya untuk diselamatkan. Bahkan setelah Tuhan menurunkan air bah,
ketikah Nuh memberikan persembahan yang baunya menyenangkan hati Tuhan, Tuhan
berfirman bahwa “Aku takkan mengutuk bumi
ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari
sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi
segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. Selama bumi masih ada, takkan
berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan,
siang dan malam."(Kej 8:21-22). Maka
dari kehidupan satu orang yang benar dihadapan Tuhan dapat mengubah kutuk yang
begitu mengerikan menjadi berkat yang begitu melimpah. Kehidupan seperti apakah yang dimiliki oleh Nuh sehingga ia dapat
mengubah kutuk yang mengerikan menjadi berkat yang begitu berlimpah?
1.
Nuh adalah seorang yang benar, tidak bercela dan hidup
bergaul dengan Allah diantara orang-orang sezamannya (Kej 6:9). Ketika seseorang mendayung sampan atau perahu akan sangat
sulit dan harus ada banyak tenaga yang dikeluarkan serta membutuhkan perjuangan
yang tiada lelah bila ia melakukannya dengan melawan arus. Hal ini jugalah yang
dirasakan Nuh dizamannya. Ketika itu orang-orang disekitar Nuh adalah
orang-orang yang hidup dalam kejahatan dan dosa. Bahkan karena dosa mereka
Tuhan memutuskan untuk memusnahkan semua mahluk hidup pada masa itu. Tetapi
disini kita dapat belajar dari kehidupan Nuh dimana ia mampu tampil beda dari
antara orang sezamanya sehingga Alkitab pun mengatakan bahwa Nuh adalah orang
yang tidak bercela dihadapan Tuhan. Dapat kita bayangkan betapa luar biasanya
perjuangan Nuh untuk melawan arus zaman pada masa itu tetapi ia mampu
melakukannya karena ia hidup takut akan Tuhan.
2.
Nuh mampu menaati apa yang Tuhan perintahkan kepadanya
(Kej 6:33). Ketika kita masih
kecil kita sering disuruh oleh orang tua kita membeli beberapa hal di
supermaket atau warung terdekat. Tetapi sering kali kita mengeluh dan tidak
melakukan apa yang disurukan orang tua kita tepat seperti apa yang
diperintahkannya, terkadang ada saja yang lupa atau terkadang kita membeli apa
yang bukan diperintahkan untuk membeli karena begitu banyaknya hal yang
diperintahkan bahkan terkadang kita membeli apa yang kita ingini. Tetapi
berbeda dengan Nuh, ketika Nuh diperintahkan untuk membuat bahtera Nuh tidak
mengeluh bahkan ia melakukan tepat seperti yang Tuhan perintahkan ia
melakukannya dengan kesungguhan dan tidak melawan kehendak Tuhan dengan
melakukan apa yang dikehendakinya dikatakan bahwa ia melakukan tepat seperti
yang diperintahkan Allah kepadanya (Kej 6:33b).
3.
Nuh tidak lalai untuk mengucap syukur atas pertolongan
Tuhan dalam hidupnya (Kej 8:20).
Setelah air bah kering Nuh segera mendirikan mezbah dan mempersembahkan korban
bakaran bagi Tuhan. Ini merupakan wujud ucapan syukur yang dilakukan Nuh kepada
Tuhan atas semua kebaikan yang boleh ia terimah. Bahkan dari kehidupannya
keluarganya pun diselamatkan oleh Tuhan dan dari kehidupan Nuh dan
keturunannyalah terpancarlah semua bangsa-bangsa diseluruh dunia semenjak
peristiwa air bah.
Melalui
kehidupan Nuh dimana ia merupakan orang yang benar, tidak bercela, hidup
bergaul dengan Allah, menaati setiap perintah Allah tepat seperti yang
diperintahkanNya dan selalu mengucap syukur akan kebaikan Tuhan dapat mengubah
kegeraman atau murka Allah menjadi berkat dan dilimpahi oleh kasih karunia.
Pertanyan besar bagi kita semua ialah bahwa dapatkah kita melakukannya seperti
Nuh yang hidup benar tanpa cela dihadapan Tuhan! jawabannya ialah ia seperti
dalam 1 Yoh 3: 9 mengatakan bahwa” Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih
ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir
dari Allah”.
Untuk mengakhiri renungan ini ada
sebuah sajak yang pernah saya baca yang berisikan :
-
Orang-orang sering
berlaku tidak masuk akal dan memusatkan perhatian pada diri sendiri saja.
Sekalipun demikian, kasihilah mereka.
-
Jika anda berbuat baik,
orang akan menuduh anda mempunyai maksud tertentu alias ada udang dibalik batu.
Sekalipun demikian, berbuat baiklah.
-
Jika anda sukses, anda
akan mendapat kawan-kawan yang tidak sejati dan musuh sejati. Sekalipun
demikian, jadilah sukses.
-
Kebaikan yang anda
lakukan hari ini akan terlupakan esok hari. Sekalipun demikian, berbuat
baiklah.
-
Kejujuran dan keterbukaan
anda membuat anda menjadi mangsa orang yang menyalahgunakannya. Sekalipun
demikian, berlakulah jujur dan terbuka.
-
Orang yang berpikiran
luas dan yang mempunyai ide yang luas dapat dihantam oleh orang yang berpikiran
picik yang mempunyai ide yang picik. Sekalipun demikian, berpikirlah luas.
-
Orang-orang bersimpati
terhadap orang-orang kecil yang tidak berdaya, tetapi mengikuti orang-orang
yang berkuasa. Sekalipun demikian, berjuanglah bagi orang-orang kecil.
-
Apa yang anda bangun bertahun-tahun
dapat hancur hanya dalam sekejap mata. Sekalipun demikian, membangunlah.
-
Orang-orang sebenarnya
memerlukan pertolongan, tetapi mereka dapat berbalik menyerang anda jika anda
memberi pertolongan. Sekalipun demikian, berilah pertolongan.
-
Berikan pada dunia ini
yang terbaik, yang anda miliki, dan anda akan terang-terang diserang. Sekalipun
demikian, berikanlah kepada dunia apa yang terbaik yang ada pada anda.
(Siapa anda sesungguhnya,
Neil T. Anderson)
Kiranya
renungan ini memberkati. Amin,
Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
SEMAKIN
DI BABAT SEMAKIN MERAMBAT
Keluaran 1:1-22
Semakin dibabat semakin merambat
merupakan tema yang sedikitnya tepat untuk menggambarkan bagaimana kehidupan
bangsa Israel ketika mereka berada di Mesir. Ketika itu meraka berada di bawah
pemerintahan Raja Sethos I (1302-1290 sM) yang tidak mengenal Yusuf dan yang
tidak menyadari jasanya terhadap Mesir dan karenanya kurang memperdulikan
keturunan-keturunan Yusuf. Raja ini dikenal dengan program pembangunannya (ay
11). Maka bagaimanakah penyertaan Allah
dalam kehidupan bangsa Israel untuk menolong mereka?
1.
Tuhan
membuat orang Mesir merasa takut terhadap bangsa Israel (ay 12).
Firman Tuhan mengatakan pada ayat 12 ialah bahwa meskipun bangsa Israel
ditindas Tuhan tetap membuat mereka makin bertambah banyak dan berkembang
sehingga orang Mesir merasa takut kepada bangsa Israel. “Takut” dalam bahasa
aslinya ialah #WQ (koots) yang
artinya rasa takut, ketakutan “dread”.
Bila dilihat berdasarkan KJV kata takut diartikan sebagai berdukacita, bersedih
hati “grieved”. Jadi, kata takut
disini bukan samata-mata menunjukan suatu kengerian akan bangsa Israel tetapi
lebih mendalam sebagai suatu persaan yang berdukacita atau bersedih hati
melihat bangsa Israel, dengan kata lain ada kesesakan di hati bangsa Mesir
dimana ketika mereka ingin memusnahkan bangsa Israel justru sebaliknya Tuhan
membuat mereka semakin bertambah. Maka
bentuk penyertaan Tuhan yang pertama kepada bangsa Israel terhadap penindasan
bangsa Mesir ialah Tuhan tetap memelihara bangsa Israel. Meskipun mereka harus
ditindas justru mereka semakin berkembang. Terkadang hal ini juga terjadi dalam
kehidupan nyata kita dimasa ini. Dimana ada orang-orang tertentu yang selalu
berusaha untuk menjatuhkan kita, membuat kita susah, atau merancangkan berbagai
cara agar kita kehilangan muka di depan orang lain, tetapi justru ditengah-tengah
kesulitan itu Tuhan semakin memberkati kita dan membuat kita semakin maju atau
semakin berhasil. Hal ini seakan-akan menumpukan bara api ke atas kepala orang
yang membenci kita itu. Hal inilah merupakan salah satu bentuk penyertaan Tuhan
dimana ketika orang lain berusaha menjatuhkan kita justru Tuhan mengangkat
kita.
2.
Bentuk
penyertaan Tuhan bagi bangsa Israel dalam pasal ini ialah Tuhan melindungi
bangsa Israel serta membuat mereka kuat (ay 17,19). Ketika
bangsa Israel semakin berkembang, raja Mesir pada masa itu kembali memutar
otaknya untuk memikirkan bagaimana cara memusnahkan bangsa Israel. Dan raja
Mesir memutuskan untuk menyuruh bidan-bidan yang membantu persalinan bangsa
Israel untuk membunuh setiap anak laki-laki yang dilahirkan bagi orang Israel.
Namun, disini Tuhan kembali memperlihatkan penyertaannya terhadap bangsa
Israel. Dimana ketika Tuhan membuat bidan-bidan yang tadinya diperintahkan
untuk membunuh setiap anak laki-laki orang Israel justru sebaliknya membantu.
Hal ini dikarenakan bidan-bidan tersebut mempunyai hati yang takut akan Tuhan.
bahkan di ayat selanjutnya dijelaskan bahwa perempuan-perempuan Israel adalah
wanita-wanita yang kuat yang telah melahirkan sebelum para bidan datang. Hal
ini menunjukan bahwa selain Tuhan dapat mengubah semua rencana yang buruk
menjadi berkat, Tuhan juga dapat melindungi umatnya dengan cara yang lain. Awalnya bidan-bidan Tuhan
ubah dari yang harusnya membunuh menjadi membantu. Tetapi selanjutnya Tuhan
juga menggunakan cara lain untuk melindungi setiap anak laki-laki bangsa Israel
yaitu dengan menjadikan wanita Israel menjadi wanita yang kuat. Dari hal ini
kita dapat melihat betapa luarbiasanya bentuk penyertaan Tuhan terhadap bangsa
Israel pada masa itu. Meskipun pada akhirnya di ayat 22 raja Mesir menggunakan
cara lain untuk membumihanguskan bangsa Israel tetapi Tuhan tetap tidak
kehabisan cara untuk menolong mereka.
Bagaiman dengan kita sekarang ini?
Tentulah tidak jauh berbeda jika dulu Tuhan menyertai bangsa Israel sekarang
pun Tuhan menyertai kita yakni umat Israel rohani. Jika kita lihat dalam
kehidupan kita sehari-hari terkadang hal yang sama juga pernah terjadi dalam
kehidupan kita. Yakni ketika seseorang menyuruh orang lain untuk mencelakakan
kita tetapi sebaliknya justru Tuhan membuatnya menjadi orang yang membantu atau
menolong kita. Ataupun jika pada akhirnya Tuhan tidak bisa membuat orang yang
berniat jahat itu merubah niatnya, terkadang Tuhan menunjukan cara lain untuk
menolong kita. Bisa dengan memberikan kekuatan kepada kita untuk melewati
setiap tantangan atau jalan keluar lainnya yang memang telah Tuhan atur agar
kita orang-orang yang berharap padanya tetap beratahan ditengah-tengah
kesulitan hidup yang ada.
Maka dari dua bentuk penyertaan
Tuhan ini kita dapat mengambil satu kesimpulan bahwa kesulitan selalu datang
dalam kehidupan kita. Tetapi justru itu mereupakan kesempatan yang diberikan
Tuhan kepada kita agar kita dapat merasakan kasih dan pertolongan Tuhan bahkan
mujizat dari Tuhan. coba kita bandingkan ketika hidup kita tanpa masalah kita
mungkin tidak akan pernah mendapat kesempatan melihat kuasa Tuhan yang luar
biasa terjadi dalam kehidupan kita. Akhirnya syukuri apa yang ada dan yakinlah
penyertaan Tuhan selalu ada. Amin,
Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
JANGAN
MENGERASKAN HATI
Keluaran 7-11
Tulah merupakan suatu malapetaka
atau bencana yang dialami karena perbuatan dosa atau ketidaktaatan kepada Allah
(Silvester Takoy, Kamus Pintar Alkitab:2012). Keluaran pasal 7 sampai 11
merupakan kisah kesepuluh tulah yang Tuhan nyatakan ditengah-tengah bangsa
Mesir. Dalam salah satu buku tafsiran PL memberikan dua definisi mengenai
tulah, yakni pertama tulah adalah penderitaan yang digunakan untuk menghukum
Firaun yang melarang Israel pergi. Kedua tulah adalah tanda dan mujizat yang
menunjukan keabsahan Musa dan Harun sebagai wakil Yahwe, bukan semacam momok
yang menakut-nakuti. Maka pertanyaan mendasar yang muncul dari Firman Tuhan ini
ialah apakah alasan sebenarnya Tuhan
memberikan tulah kepada bangsa Mesir, disamping untuk membebaskan bangsa Israel
dari penindasan?
Pembebasan merupakan tema utama dari
keseluruhan kitab Keluaran ini. Namun, alasan pertama mengapa Tuhan mengizinkan
tulah terjadi di tanah Mesir ialah karena Tuhan menuntut pengakuan dari Firaun
akan adanya Tuhan (Yahwe). Jadi, kisah tulah bukanlah merupakan suatu rangkaian
pengahancuran tetapi lebih kepada rangkaian perdebatan antara Firaun dan Musa
yang berkaitan dengan perkataan Firaun pada Kel 5:2 “Siapakah Tuhan itu yang harus kudengar FirmanNya untuk membiarkan orang
Israel pergi!”. Pada pasal 7:17 melalui tulah yang pertama ini Tuhan ingin menuntut pengakuan Firaun,
yang sebenarnya adalah pengakuan yang sederhana yakni, “Sebab itu beginilah Firman Tuhan: Dari hal yang berikut akan kau
ketahui bahwa Akulah Tuhan”. Namun, Firaun tetap mengeraskan hati. Kemudian
pada Tulah yang kedua pengakuan yang
dituntu dari pihak Firaun pun jauh lebih memalukan dari pada ketika Tuhan
menyatakan tulah pertama, yakni 8:10 “Supaya
tuanku mengetahui bahwa tidak ada yang seperti Tuhan Allah kami”.
Selanjutnya pada tulah ketiga pihak Firaun mulai mengakui akan kuasa Allah.
Dimana pada pasal 8:19 para pegawai Firaun melaporkan bahwa “Inilah tangan Allah”. Pada tulah yang
keempat Firaun harus mengakui bahwa Yahwe hadir di Mesir (8:22) dan memberikan
izin kepada bangsa Israel untuk melakukan perjalanan sejauh tiga hari menuju ke
padang gurun yang tidak terlalu jauh (ay 27). Namun, Firaun tetap mengeraskan hati.
Barulah pada tulah yang ketujuh
menjelaskan mengapa tulah-tulah sebelumnya gagal untuk membujuk Firaun ialah
karena Yahwe mau memperlihatkan
kekuasaanNya dan agar namaNya dikumandangkan diseluruh dunia (9:16). Hal
ini jugalah merupakan alasan kedua mengapa Tuhan menurunkan tulah kepada bangsa
Mesir. Pada pasal 9:27 ini Firaun mulai mengakui Yahwe “Aku telah berdosa sekali ini. Tuhan itu yang benar, tetapi aku dan
rakyatkulah yang bersalah”. Melalui tulah-tulah yang ada maka diakui
bahwa dunia ini milik Allah dan Allah mendapatkan penghormatan yang lebih
tinggi dari pada penghormatan yang diberikan kepada Firaun yang menganggap
dirinya sebagai allah Mesir.
Pada tulah kedelapan akhirnya
pembantu Firaun begitu jengkel sehingga membujuk Firaun agar melepaskan bangsa
Israel. Dan kemajuan perubahan sikap Firaun diperliahatkan pada ayat 16-17
dimana Firaun mengakui dosanya. Namun, pada tulah yang kesembilan terjadi hal
yang ironis dimana terjadi perhentian perundingan yang berakhir pada jalan
buntu. Musa pun akan dibunuh kalau muncul lagi dihadapan Firaun. Akhirnya pada
tulah kesepuluh bangsa Isrel benar-benar keluar dari Mesir.
Makna yang dapat ditarik dari
renungan ini ialah jangan pernah kita mengeraskan hati seperti Firaun. Karena,
Tuhan akan menggunakan berbagai cara sehingga kita mengakui siapa Tuhan. Selain
itu melalui kisah tentang tulah-tulah yang Tuhan nyatakan ditengah-tengah
bangsa Israel Tuhan ingin menunjukan bahwa hanya Dialah yang patut menerima
hormat, karena Dialah Allah sesungguhnya bukannya Firaun yang mengangap dirinya
sebagai allah di Mesir.
Mungkin hal ini perna kita lakukan
kita menuhankan diri kita, kita tidak mengakui Tuhan atau tidak mengandalkan
Dia atau bahkan kita berusaha mencuri kehormatan Tuhan. mungkin dalam pelayanan
kita atau pun dalam segala hal yang kita lakukan kita berusaha menacair pujian
dari manusia. Tetapi melalui firman ini marilah kita berubah dan menyadari
bahwa hanya Tuhan satu-satunya yang layak dipuji dan disembah. Amin, Tuhan
Yesus memberkati (Stella Mulalinda)
PENTINGNYA
SUATU PERATURAN
Keluaran
20-23
Dalam setiap oraganisasi, kelompok,
perkumpulan bahkan lembaga pendidikan pasti memiliki peraturan yang telah
ditentukan berdasarkan persetujuan semua anggota atau pendiri organisasi atau
lembaga tersebut. Begitu juga dari keluaran pasal 20-23 ini berisikan tentang
berbagai peraturan yang Tuhan tujukan kepada bangsa Israel. Dari semua
peraturan yang ada apa sebenarnya yang
menjadi tujuan Tuhan untuk memberikan peraturan-peraturan tersebut?
Semua peraturan yang Tuhan berikan
kepada Musa pada pasal 20-23 ini selalu diawali dengan kata “Jangan”.
Jangan merupakan kalimat perintah larangan, dimana dalam konteks nats
ini larangan ini merupakan perintah atau larangan dari Tuhan. Ketika seseorang
melanggar peraturan pasti akan mendapatkan sangsi terlebih lagi ketika kita
melanggar perintah Allah sudah pasti kita akan mendapatkan hukuman.
Tuhan membuat peraturan tujuannya
ialah bukan untuk mengekang kebebasan
seseorang melainkan Tuhan ingin menyatakan kasihNya agar anak-anakNya tidak
jatuh ke dalam dosa. Tanpa lelah Tuhan mengingatkan bangsa Israel agar selalu
mengingat setiap peraturan yang telah yang dibuatNya. Tetapi bangsa Israel yang
tegar tengkuk justru pada pembacaan berikutnya dari kitab Keluaran ini sering
melanggar peraturan yang telah Tuhan buat dan tetapkan.
Perlu kita pahami bahwa jika
peraturan di dunia ini yang manusia buat memiliki tujuan untuk kebaikan apa
lagi peraturan yang Tuhan telah buat. Dan perlu juga kita sadari bahwa Tuhan
telah melihat jauh ke depan, Ia tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari
oleh karenanya peraturan yang dibuatNya bertujuan
juga untuk menajaga kita dari melakukan
dosa serta hilang dari jangkauan Allah. Tidak hanya itu peraturan yang telah Tuhan buat pun pastinya ingin membuat kita sebagai umatNya dapat lebih
terdidik baik secara rohani maupun moral, agar kita semakin hari-semakin
berkenan dihadapannya dan semakin memuliakannya. Karena, inilah yang merupakan
tujuan kita hidup di dunia ini ialah hanya untuk memuliakan Tuhan, jadi, apapun
yang kita lakukan haruslah berorientasi pada hal-hal yang berkenan dihadapan
Tuhan serta memuliakanNya. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella
Mulalinda).
MEMANDANG
DARI KACA MATA ALLAH
Keluaran 45:1-28
Firman Tuhan mengatakan dalam
Kejadian 39 bahwa Yusuf merupakan orang yang diberkati Tuhan terbukti bahwa
Tuhan membuat apa yang dikerjakannya berhasil baik ketika ia dirumah Potifar,
dipenjara, dan ketika ia berdiri sebagai penguasa di Mesir. Namun, keberhasilanya
tidak dapat dipisahkan dari latarbelakang kehidupannya yang tidak terlepas dari
kesulitan. Dimana ia harus dibenci oleh saudara-saudaranya, ia harus dijual ke
Mesir, ia dirayu oleh istri Potifar bahkan ia harus dimasukan ke dalam penjara
karenanya. Semua hal ini Yusuf jalani tanpa menyimpang dari jalan Tuhan. Dari
kisah mengenai Yusuf ini dapat dilihat dengan kacamata siapakan Yusuf melihat
setiap persolan hidupnya? Apakah dari kacamata Allah atau dari kacamatanya
sebagai manusia? Maka ada dua cara
pandang yang dapat kita renungkan dari kisah perjalanan kehidupan Yusuf.
1.
Memandang
dari kacamata manusia.
Hal inilah yang dilakukan oleh saudara-saudara Yusuf ketika mereka melihat
Yusuf lebih dikasihi oleh ayah mereka. Mereka merasa tersaingi dengan keberadaan
Yusuf bahkan ketika Yusuf menceritakan tentang mimpi-mimpinya mereka justru
semakin ingin memusnahkan Yusuf. Hal ini didasari karena mereka lebih memilih
melihat dari kaca mata manusia dimana mereka tidak ingin melihat saudaranya
lebih baik dari mereka. Terkadang kita pun tanpa kita sadari kita melihat suatu
kelebihan atau bahkan suatu masalah dari kaca mata kita sebagai manusia. Kita
melihat kelebihan yang dimiliki oleh orang lain sebagai batu sandungan bagi
diri kita. Kita tidak bisa terima dan kita menggerutu. Atau ketika kita
mengalami suatu persoalan kita justru menyalahkan Tuhan dan menganggap
seolah-olah Tuhan itu pilih kasih terhadap kita. Namun, melalui kebenaran
Firman Tuhan ini kita kembali diingatkan kembali bagaiman Yusuf dapat melihat dari
kaca mata Allah. Misalnya Yusuf melihat dari kaca mata manusia, sudah pasti ia
akan merencanakan bagaiman caranya untuk membalaskan dendamnya terhadap
saudara-saudaranya.
2.
Memandang
dari kaca mata Allah. Ketika merenungkan
firman Tuhan ini begitu luar biasa penyertaan Tuhan dalam kehidupan Yusuf jatuh
bangunnya Yusuf tidak membuatnya melenceng dari jalan Tuhan. Hal ini
dikarenakan ia memandang dari kaca mata Allah. Diayat ke 5 sampai ke 8
menjelaskan bagaiman Yusuf telah melihat setiap kesulitan hidupnya dari cara
pandang Allah melihatnya. Ia tidak meyesali semua perbuatan saudara-saudaranya,
ia tidak berusaha untuk memabalas dendam tetapi dia justru menyadari bahwa itu
semua adalah maksud dan rencana Tuhan.
Dari dua cara pandang ini manakah
yang kita pilih apakan kita masih melihat dari cara pandang manusia atau kita
mau belajar melihat segala sesuatu dari cara pandnag Allah melihatnya. Biarlah
kita dapat belajar melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita itu
berdasarkan kehendak Tuhan dan beralasakan pada kebenaran Firman Tuhan yang
telah memberikan banyak teladan hidup bagi kita semua. Amin, Tuhan Yesus
memberkati (Stella Mulalinda).
PENTINGNYA
HARI SABAT
Keluaran
31:12-17
Kata sabat untuk pertama kalinya
muncul pada peristiwa penciptaan langit dan bumi. Dalam Kej 2 setelah enam hari
lamanya Allah bekerja, dihari yang ke tujuh Allah berhenti dan beristirahat.
Lalu Allah menguduskan serta memberkati hari tersebut. Jauh setelah peristiwa
penciptaan langit dan bumi Allah kembali mengingatkan Musa akan pentingnya hari
sabat tersebut. Dimana dalam pasal ini 3 kali Tuhan memperingatkan Musa untuk
memelihara hari sabat (ay 13,14,16). Dimana firman Tuhan mengatakan bahwa
“hari-hari sabatKu harus kamu pelihara.” Kata “harus” dalam bahasa asli אַךְ
(ak): Surely dalam ASV dan KJV :
verily (dengan sangat), GWN: Be sure (sunguh-sungguh), NAS: Surely (sungguh
pasti), NIV: Must (keharusan). Maka kata harus disini menunjukan kewajiban yang
harus dipenuhi.
Pasal ini menunjukan betapa
pentingnya hari sabat itu dimata Tuhan. Ada beberapa alasan yang menjelaskan
mengapa hari sabat itu begitu penting, sehingga semua bangsa Israel pada saat
itu harus memeliharanya. Kata “Pelihara” dalam bahasa aslinya ialah שָׁמַר (shamar)
yang dapat diartikan menjaga, memelihara, memperhatikan, mengamati,
mengawetkan, melindungi dan mempertahankan
(to keep,watch,preserve).
Sedangkan dalam NAS diterjemahkan dengan “Observe”
yang artinya mengamati, melihat, meninjau,menjalankan, mematuhi,
memperhatikan dan menghormati.
Maka yang menjadi alasan mengapa hari
sabat itu sangat penting sehingga harus dipelihara bahkan wajib dijaga,
diperhatikan, dipertahankan bahkan dipatuhi ialah pertama karena, hari sabat
merupakan hari peringatan akan Allah atau hari peribadatan dengan Allah yang
telah menguduskan bangsa Israel (ay 13). Point pertama ini Tuhan ingin
menunjukan kedaulatannya atas kehidupan bangsa Israel. Dimana Tuhan
menginginkan agar umatNya mengetahui bahkan mengenal (יָדַע
“yada”=to know) siapa Dia yang telah
melayakan mereka menjadi umat pilihan atau dalam BIS dikatakan “menjadikan kamu bangsaKu sendiri” bahkan
yang telah menguduskana mereka. Sehingga bangsa Israel tidak menyimpang dari
apa yang telah Tuhan wajibkan untuk mereka patuhi dan mereka tidak menyepelekan
setiap Firman Tuhan. Sehingga pada poin yang ke dua Tuhan menunjukan
ketegasanNya, apabila bangsa Israel yang merupakan umat pilihanNya menyepelekan
setiap perintahNya mereka akan menerima hukuman dari Allah.
Maka yang menjadi alasan kedua
mengapa hari sabat itu penting untuk dipatuhi atau dipelihara ialah karena, jika bangsa Israel melanggarnya akan
mendatangkan hukuman yakni harus dilenyapkan atau dihukum mati (ay 14). Hukuman
yang begitu berat Tuhan berikan kepada setiap umat yang melanggar perintah
Tuhan. Ayat ini terlihat begitu menakutkan tetapi inilah konsekuensi yang Allah
berikan kepada umatNya jika mereka melanggar setiap perintah atau pun ketetapan
yang telah Tuhan berikan kepada mereka. Hal ini bertujuan agar mereka tidak
sembarangan dalam mematuhi setiap perintah Tuhan.
Aplikasinya dalam kehidupan kita
dimasa sekarang ini ialah bahwa kita sebagai umat Tuhan jangan pernah
melalaikan hari sabat yang merupakan hari yang telah Tuhan tetapkan agar kita
sebagai umatnya yakni bangsa Israel rohani lebih mengenal siapa dia melalui
persekutuan atau pun ibadah kita bersamanya. Satu hal yang harus kita yakini
ialah ketika kita beribadah kepada Tuhan kita justru akan diberkati. Karena,
Tuhan sendirilah yang telah memberkati hati sabat tersebut. Dan kita dingatkan
kembali bahwa setiap tindakkan kita yang melanggar perintah Tuhan pasti
mendatangkan hukuman. Mungkin pada masa ini hukuman Tuhan tidak seperti di
zaman PL. Maka di zaman anugerah ini marilah kita tidak menyia-nyiakan kebaikan
dan anugerah Tuhan yang nyata dalam kehidupan kita.
Kesimpulan dari renungan ini yakni,
mengapa hari sabat itu harus dipelihara ialah karena hari sabat merupakan
peringatan akan Allah agar kita mengenal Dia lebih sungguh lagi dan karena
ketika kita melanggar pasti ada cara Tuhan untuk mendisipinkan kita salah
satunya melalui hukumanNya. Oleh karena itu jangan tunggu Tuhan menyatakan
hukumanNya atas kita baru kita mau mentaati setiap perintahnya. Amin, Tuhan Yesus
memberkati (Stella Mulalinda).
TUNTUTAN
DALAM SEBUAH JABATAN
Imamat
9:1-24
Mempunyai jabatan yang tinggi atau
istimewah merupakan kerinduan dan keinginan setiap orang. Banyak orang yang
berusaha dengan menuntut ilmu setinggi-tingginya bahkan mengeluarkan banyak
uang untuk mengemban atau memperoleh suatu jabatan yang tinggi. Menjadi seorang
Imam Tuhan dalam konteks PL merupakan suatu hal yang sangat mulia dan merupakan
suatu jabatan yang penting. Namun, dibalik itu semua banyak tanggung jawab yang
dituntut untuk dilakukan bahkan banyak tantangan yang harus dihadapi.
Dari imamat pasal 9 ini setidaknya
ada satu hal yang dapat direnungkan dari kehidupan Harun dan anak-anaknya yang
diangkat menjadi seorang imam. Berkaitan dengan apa yang harus mereka lakukan
terlebih dahulu sebelum mereka menerima jabatan sebagai seorang imam,yaitu
seorang imam harus mengolah korban penghapus dosa dan korban bakaran untuk
mengadakan pendamaiaan bagi dirinya telebih dahulu baru menjadi pendamai bagi
bangsa Israel (ay 7).
Pendamaian dalam bahasa aslinya ialah
כּפר (kaphar) yang diartikan penebusan
kesalahan (dosa) atau tobat (atonement).
Jadi, berdasarkan bahasa aslinya dapat dilihat bahwa ketika seorang yang ingin
menjadi imam atau akan menerima jabatan sebagai imam harus terlebih dahulu ia
bertobat dari kesalahannya atau memberikan korban sebagai bentuk penebusan akan
kesalahan yang pernah ia lakukan baru kemudian ia bisa menjadi seorang imam
yang dapat mengadakan pendamaian bagi orang lain atau bangsa Israel pada masa
itu. seorang imam harus terlebih dahulu menjadi teladan bagi umat atau
jemaatnya barulah kemudian ia dapat melayani mereka atau menjadi wakil mereka
untuk mengadakan pendamaian. Imam sendiri berarti pemimpin dan dalam konteks PL
imam merupakan seorang pemimpin ibadah yang membawa segala korban api-apian
Tuhan, mengadakan doa safaat dan memberi berkat. Dalam buku kepemimpinan rohani
menurut Dr. John R Mott mendefinisikan “seorang pemimpin sebagai seorang yang
mengenal jalan yang dapat terus maju dan yang dapat menarik orang lain
mengikuti dia”. Maka untuk menjadi seorang pemimpin atau imam ia harus
mengenal, mengetahui apa yang sedang ia lakukan.
Aplikasi bagi kita ialah bahwa imam
masa kini adalah kita semua orang yang percaya kepada Allah yang telah menerima
pendamaian melalui pengorbanan Tuhan Yesus Kristus. Maka kita pun harus dapat
menjadi teladan yang baik bahkan kita harus terlebih dahulu mendamaikan
hubungan kita dengan Tuhan yakni bertaubat dengan sungguh-sunggu baru kemudian
kita dapat menajadi saksi atau teladan bagi orang-orang yang belum mengenal
bahkan percaya kepada Tuhan. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
Komentar
Posting Komentar