Kumpulan Renungan Semester VII Part 5 (STTIP)


BAGIAN ORANG YANG TAKUT AKAN TUHAN
Mazmur 112:1-10
            Dalam Mazmur 112:1-10 ini berisikan tentang berkat-berkat yang diperoleh oleh orang-orang yang melakukan kehendak Tuhan. Dikatakan bahwa keturunan mereka akan berkuasa, keluarga mereka akan kaya dan makmur, tidak akan takut dan cemas, mereka akan membagi-bagikan harta mereka serta masih banyak lagi. Bagaimanakah cara memperoleh berkat Tuhan tersebut?
1.      Takut akan Tuhan (ay 1). Cara pertama untuk memperoleh berkat Tuhan ialah dengan hidup takut akan Tuhan.  Dalam versi BIS ialah takwa kepada Tuhan. Dalam bahasa aslinya diterjemahkan dengan kata ירא yare’yang dapat diartikan (reverence,fearful,honour) takut, menghormati atau hormat. Kata takut disini bukan berarti kita takut kepada Tuhan seperti takut kepada suatu hal yang mengerikan tetapi lebih kepada menghormati atau hormat. Maka cara pertama untuk memperoleh berkat yang telah Tuhan sediakan bagi umatnya ialah dengan hidup menghormati Tuhan.
2.      Suka pada perintahNya (ay 1). Cara kedua untuk memperoleh berkat Tuhan yaitu dengan menyukai perintahnya. Dalam bahasa aslinya ialah חָפֵץ chaphets {khaw-fates'} yang artinya senang, suka. Maka ketika kita suka pada perintah Tuhan kita pun akan melakukannya dengan senang hati atau dengan gembira. Tidak ada orang yang suka kepada suatu hal dan ia tidak melakukannya. Misalnya saja jika kita suka jalan-jalan atau berbelanja, maka kita pun sebisa mungkin bahkan sekuat tenaga kita akan melakukannya. Demikian pula jika kita menyukai perintah Tuhan maka kita pun akan berusaha untuk melakukannya dalam kehidupan kita.
Dua hal inilah yang merupakan cara agar kita menerima berkat dari Tuhan yaitu dengan hidup menghormati Tuhan dan menyukai perintahnya. Jika kita sudah melakukannya maka Tuhan pun tidak akan segan-segan untuk memberikan semua berkat yang telah disiapkanNya bagi kita. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

MENYERAHKAN DIRI KEPADA TUHAN
Mazmur 131:1-3
            Daud dikenal dengan kesetiaannya kepada Tuhan. Mazmur 131 merupakan salah satu Mazmur nyanyian Ziarah yang dikidungkan oleh Daud ketia ia berziarah menuju ke Bait Allah. Bait Allah merupakan tempat yang selalu ditujuh oleh umat Israel untuk menyembah Tuhan. Dan Mazmur ini merupakan nyanyian penyembahan Daud kepada Tuhan untuk menyerahkan diri kepada Tuhan atau mempercayakan diri kepada Tuhan. Bagaimanakah Daud menyerahkan dirinya kepada Tuhan? Melalui Mazmur 131 ini setidaknya ada 3 hal yang Daud lakukan untuk menyerahkan dirinya kepada Tuhan.
1.      Tidak sombong (ay 1). Untuk dapat menyerahkan diri kepada Tuhan cara pertama yang Daud lakukan ialah ia tidak tinggi hati dan memandang dengan sombong. Tinggi hati dalam bahasa aslinya גָּבַהּ (gabah) to be high, exalted” yang artinya meninggikan, mengagungkan. Dan sombong רוּם (rum) to be high or exalted, rise” artinya meninggikan, mengagungkan, menaikan. Terkadang tanpa kita sadari ketika kita ingin menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Tuhan kita bersikap sombong atau angkuh dihadapan Tuhan dengan menganggap bahwa kita mengenal Tuhan lebih dari orang lain atau kita merasa bahwa kita adalah orang yang paling rohani. Hal ini berbeda dengan Daud, ketika ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan ia justru merendahkan dirinya dihadapan Tuhan.
2.      Tidak menganggap diri lebih baik dan “sok tahu” (ay 1). Selain itu Daud juga tidak menganggap diri lebih baik dari orang lain dengan mengejar hal-hal yang besar. Dalam bahasa aslinya hal-hal yang terlalu besar ialah גָּדוֹל (gadol) great” yang artinya juara, jago atau besar. Dengan kata lain  Daud menjelaskan bahwa ketika ia merendahkan dirinya kepada Tuhan ia tidak mencari keuntungan atau pujian dari penyerahan dirinya tersebut, Daud tidak merasa dirinya lebih jago dari orang lain ketika ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan dengan kata lain ia tidak sombong secara rohani. Dan Daud juga tidak mengejar hal-hal yang terlalu ajaib baginya dalam versi BIS dikatakan “hal-hal yang terlalu sulit baginya.” Maka ketika Daud menyerahkan dirinya kepada Tuhan ia hanya berfikir sederhana dia tidak menyulitkan dirinya dengan perkara-perkara yang tidak ia pahami atau yang baginya untuk dimengerti dengan kata lain Daud tidak “sok tahu” ia hanya mempercayakan dirinya kepada Tuhan. Salah satu hal yang menghalangi kita untuk menyerahkan diri kepada Tuhan ialah karena kita terlalu mengharapkan hal-hal yang besar terjadi bagi kita agar kita dianggap lebih baik dari orang lain atau kita ingin berusaha memahami hal-hal yang sebenarnya sulit bagi kita untuk dipahami atau “sok tahu” akan kehendak Tuhan.
3.      Tenang hati (ay 2). Hal ketiga yang dilakukan oleh Daud ketika ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan ialah ia hatinya tenang. Dalam versi BIS dikatakan bahwa “hatiku tenang dan tentram; seperti bayi yang habis menyusu, berbaring tenang di pangkuan ibunya, setenang itulah hatiku”. Daud menggambarkan dirinya seperti seorang bayi yang habis menyusu di mana ia telah berhenti merengek di hadapan Tuhan. Ada dua kata yang digunakan Daud untuk menggambarkan ketenangan hatinya yaitu “menenangkan dan mendiamkan”. Dalam bahasa aslinya kata menenangkan ialah שָׁוָה (shavah)to agree with, be like, resemble” yang artinya setuju dengan, menyukai, menyerupai. Dan kata mendiamkan דָּמַם (damam) “silent or still” yang artinya diam atau hening. Berdasarkan bahasa aslinya cara ketiga yang dilakukan Daud ketika ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan ialah ia diam atau setuju dengan apapun yang Tuhan lakukan.
Aplikasinya bagi kita ialah ketika kita menyerahkan diri kita kepada Tuhan kita pun harus meneladani Daud yaitu dengan tidak sombong, tidak menganggap diri lebih baik dari orang lain, tidak sok tahu dan bersikap tenang (tenang hati). Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

JAWABAN YANG BAIK
Amsal 15:1
Kapal yang besar dapat dikendalian oleh sebuah kemudi yang ukurannya sangat kecil, seekor kuda yang liar sekalipun dapat dikendalikan dengan kekang, demikian pula seseorang dapat mengendalikan segala sesuatu dengan perkataannya. Amsal memberian nasehat mengenai perkataan. Bagaimanakan perkataan yang benar atau salah menurut Amsal?
1.      Perkataan atau jawaban yang lemah lembut (ay 1). Perkataan yang benar menurut Amsal ialah perkataan yang lemah lembut. Ketika seseorang berada dalam situasi yang dipenuhi kegeraman atau kemarahan akan sulit baginya untuk dapat mengendalikan dirinya untuk tidak marah. Tetapi hal inilah yang dinasehatkan melalui Amsal ini. Dimana pada ayat ini ditegaskan bahwa suatu perkataan yang lemah lembut dapat meredakan kegeraman. Perkataan yang lemah lembut, berdasarkan bahasa aslinya ialah שׁוּב (shub) to turn back, return” yang artinya berbalik kebelakang, kembalinya. Sedangkan dalam versi BIS “Ramah” dan versi FAYH “Lembut”. Maka perkataan yang baik ialah perkataan yang lembut atau dengan kata lain perkataan yang ramah. Dengan memberikan jawaban yang lemah lembut atau ramah akan membuat seseorang yang tadinya marah atau gerama menjadi reda.
2.      Perkataan yang pedas (ay 1). Jika pada point pertama merupakan perkataan yang baik maka pada poin kedua berkaitan dengan perkataan yang tidak baik. Perkataan yang tidak baik ialah perkataan yang pedas yang membangkitkan marah. Perkataan pedas dalam bahasa aslinya ialah עֶצֶב (etseb) a hurt, pain, toil” yang artinya menyakiti, menyedihkan, keras.  Dalam beberapa versi perkataan yang pedas diartikan, menyedihkan/memilukan “grievous”  (Pro 15:1 KJV), “kasar, keras” harsh (Pro 15:1 NAS). Berdasarkan berbagai arti lain ini maka perkataan pedas bukanlah suatu perkataan yang rasanya pedas seperti ketika kita sedang memakan cabe. Tetapi perkataan yang keras disini merupakan perkataan yang menyakiti, menyedihkan, memuluhkan, keras atau kasar. Maka benarlah jika dalam Amsal dijelaskan bahwa perkataan yang pedas itu dapat membangkitkan marah atau dalam terjemahan lain dapat menimbulkan pertengkaran (FAYH).
Aplikasinya bagi kita sekarang ini ialah berdasarkan kitab Amsal ini kita telah mengetahui apa perkataan yang baik dan yang tidak baik itu oleh karenanya pilihlah perkataan yang baik, seperti kata pepata mulutmu adalah harimaumu. Maka biarlah apa yang keluar dari mulut kita, setiap perkataan kita menjadi berkat dan bukan batu sandungan bagi orang lain. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

KEBAHAGIAAN ORANG TUA
Amsal 23:24
Kerinduan setiap orang ialah melihat kebahagiaan di wajah orang tuanya. Setiap anak akan berusaha melakukan segala sesuatu agar orang tuanya bangga dan bersukacita karena kita. Apakah yang harus dilakukan agar orang tua kita bahagia?
1.      Menjadi seorang yang benar (ay 24). Dalam Amsal menyebutkan bahwa “Ayah seorang yang benar akan bersorak-sorai’, Oleh karena itu hal pertama yang harus kita lakukan agar orang tua kita bahagia ialah menjadi seorang yang benar bukan hanya dihadapan manusia tetapi terutama dihadapan Allah. Orang yang benar dalam bahasa aslinya ialah  צַדִּיק (tsaddiq) just, righteous” yang artinya adil, pantas, berbudi atau budiman. Maka orang benar yang dimaksudkan ialah seseorang yang memiliki keadilan, yang pantas bahkan yang berbudi atau budiman. Kata budiman artinya orang yang berbudi, pintar atau bijaksana. Berdasarkan perbandingan arti ini maka hal pertama yang harus kita lakukan untuk membahagiakan orang tua kiata ialah kita harus menjadi anak yang memiliki keadilan, yang pintar, berbudi.
2.      Menjadi seorang yang bijak (ay 24). Hal yang kedua yang harus kita lakukan agar orang tua kita bersukacita ialah dengan menjadi seseorang yang bijak. Seorang yang bijak berarti seseorang yang selalu menggunakan akal budinya, pandai, mahir. Dalam bahasa aslinya bijak ialah חָכָם chakam {khaw-kawm'} wise, wise (man), skilful” yang artinya bijaksana, arif, terampil. Berdasarkan bahasa aslinya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang yang bijak ialah seseorang yang bijaksana, arif, terampil dalam hidupnya atau dengan kata lain seseorang yang selalu menggunakan akal budinya.
Berdasarkan dua hal ini maka jika kita ingin melihat orang tua kita bahagia atau bersukacita karena kita, kita harus menjadi seorang yang benar dan menjadi seorang yang bijak. Dan ketika kita dapat melakukan ke dua hal ini kita tidak hanya menyenangkan orang tua kita terlebih lagi kita akan menyenangkan Tuhan. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

TONG KOSONG NYARING BUNYINYA
Pengkhotbah 5:5
            Ada sebuah istilah yang mengatakan tong kosong nyaring bunyinya. Istilah ini menggambarkan seseorang yang banyak bicara tetapi dalam setiap perkataannya itu tidak berguna. Dalam renungan ini ingin menjelaskan menganai larangan bagi setiap perkataan dari mulut seseorang. Apakah larangan bagi seseorang untuk berkata-kata?
1.      Janganlah perkataan membawa kita ke dalam dosa (ayat 5). Larangan pertama bagi seseorang dalam berkata-kata ialah jangan sampai perkataannya membawa dia ke dalam dosa. Dosa disini dalam bahasa aslinya adalah חטא chata’ yang artinya dosa, salah menaggapi, kesalahan, denda. Berdasarkan arti asli ayat ini maka dosa yang dimaksudkan ialah suatu perkataan yang dapat membuat seseorang salah menanggapi, kesalahan dan terkena denda. Aplikasi bagi kita ialah jangan samapai perkataan yang kita ucapkan mendatangkan kesalahan bagi diri kita sendiri sehingga kita harus terkena denda atau membuat orang lain salah menanggapi. Maka inilah yang dimaksud dengan “jangan perkataan membawa kita ke dalam dosa”.
2.      Jangan berkata khilaf kepda utusan Allah  (ayat 5). Poin kedua yang merupakan larangan dalam berkata-kata atau perkataan ialah jangan berkata khilaf. Khilaf dalam bahasa aslinya ialah שׁגגה shagagah yang artinya dosa, dosa dari kekeliruan atau dari ketidaktelitian. Maka pada poin kedua ini ingin menjelaskan bahwa dalam perkataan yang keluar dari mulut kita janganlah kita mencari-cari alasan untuk membenarkan diri secara khusus kepada utusan Tuhan dengan mengatakan bahwa perkataan kita keliru atau kita tidak teliti dalam berkata-kata. Melalui dua poin ini ingin mengingatkan kita kembali bahwa dalam perkataan yang kita ucapkan janganlah membuat kita jatuh ke dalam dosa dan membuat kita mencari-cari alasan untuk membenarkan diri. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

PERCUMA
Yesaya 16:12
            Kepercayaan bukanlah suatu hal yang dapat dibeli dengan uang. Seseorang yang telah kehilangan kepercayaan akan sulit mendapatkannya lagi meskipun ia berulang kali meminta maaf kepada orang yang telah mempercayainya sebelumnya. Demikian pula yang dialami Moab ketika Tuhan tidak memperdulikannya lagi. Apakah tindakan Tuhan terhadap Moab?
ð  Tindakan Tuhan terhadap Moab ialah Tuhan membuat Moab tidak akan mencapai apa-apa. Dlam nats ini ada 3 hal yang Mua lakukan kepada Tuhan namun ia tidak mendapatkan hasil atau sia-sia.
1.      Moab pergi beribadah. Ibadah dalam bahasa aslinya ialah ראה ra’ah yang artinya melihat, memandang, merasa, menganggap, memikirkan, mengingat, memeriksa. Maka yang dimaksudkan ayat ini berdasarkan bahasa aslinya ialah ketika atau sekalipun Moab pergi untuk memandang, merasa, melihat, memikirkan ataupun berusaha mengingat Allah ia tetap tidak akan mencapai apa-apa atau sia-sia belaka karena dosanya.
2.      Moab bersusah payah diatas bukit pengorbanan. Bersusah payah dalam bahasa aslinya ialah לאה la’ah yang artinya letih, tidak sabar, berdukacita, bersedih hati. Tindakan kedua yang Moab lakukan dan mendatangkan kesia-siaan atau tidak mencapai hasil apa-apa ialah meskipun Moab telah capek, letih,tidak sabar, berdukacita  dan bersedih hati ketika ia memberikan pengorbanan diatas  bukit. Tetap saja Tuhan tidak memperulikannya.
3.      Moab masuk ke tempat kudus untuk berdoa. Berdoa dalam bahasa aslinya פלל palal yang artinya mengemukakan, menempatkan, meletakkan, berdoa. Maka meskipun Moab telah mengemukakana, menempatkan, meletakkan, berdoa ia tetap tidak akan mencapai apa-apa.
            Aplikasinya ialah selagi masih ada kesempatan yang Tuhan ebrikan marilah kita menyadari kesalahan kita dan mohon ampun kepda Tuhan jangan kita tunggu ataupun tunda seperti Moab. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

SALING MENGUATKAN
Yesaya 35:3-4
Sebagai sesama ciptaan Tuhan kita harus dapat saling membantu. Kita adalah mahluk sosial yang tidak hidup sendiri. Oleh karena itu kita harus dapat saling mmperhatikan satu sama lain. Apakah yang harus kita lakukan untuk dapat saling memperhatikan?
1.      Menguatkan tangan yang lemah lesu (3). Menguatkan tangan yang lemah lesu merupakan suatu kiasan kata. Kata kuatkan dalam bahasa aslinnya ialah חזק chazaq yang artinya jadilah kuat dan tumbuhlah kuat. Maka pada kiasan kata ini ingin menunjukkan  bahwa ketika kita ingin memperhatikan sesama kita. Maka kita harus menjadi kuat atau tumbuh kuat bagii orang-orang yang lemah sehingga kita dapat melindungi orang yang lemah tersebut serta kita dapat menguatkannya.
2.      Mengatakan kepda orang yang tawar hati ”Kuatkanlah hati jangan takut”(ay 4). Orang-orang yang tawar hati merupakan orang-orang yang putus asa. Mungkin secara fisik mereka kuat tetapid alam hati mereka. mereka adalah orang yang lemah. Oleh karena, itu ketika kita ingin saling memperhatikan sesama kita, kita harus memberi semangat dan motivasi agar ia menjadi berani dalam menghadapai setiap tantangan kehidupanny agar ia tidak tawar hati lagi atau berputus asa. seperti pada poin pertama maka kita pun harus memotivasi mereka agar mereka menjadi kuat dan agar mereka tumbuh menjadi kuat.
Aplikasinya bagi kita ialah jika kita ingin memperhatikan sesama kita. maka kita dapat melakukannya dnegan menguatkan tangan yang lemah dan memberi semangat kepada orang- orang yang tawar hati. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

JANGAN SOMBONG
Yeremia 9:23-24
            Jangan pernah kita bermegah akan keberadaan kita. Karena itu semua adalah pemberian Tuhan yang kapan pun Tuhan bisa mengambilnya. Dalam nats ini kita boleh bermegah dalam hal-hal tertentu. Apa sajakah hal yang boleh kita megahkan?
Ø  Memahami dan mengenal Allah (24). Kata bermegah dalam bahasa aslinya ialah הלל halal yang artinya  kilauan, menyorotkan, menggosok(kan), menyemir. Berdasarkan bahasa aslinya maka kata bermegah ini sama hal nya seperti seseorang yang sedang menunjukan suatu hal atau seumpama ada suatu kilauan atau dengan katalah menyorotkan sesuatu yang lebih. Maka dengan kata lain ada hal yang boleh kita tonjolkan atau kita tunjukan dalam kehidupan kita yakni pemahaman dan pengenalan kita kepada Allah. Memahami Allah dalam bahasa aslinya שׂכל sakal artinya bijaksana, sangat berhati-hati, berhasil baik, mengerti. Dengan kata lain mengerti Allah juga berarti kita harus mengerti Allah dengan bijaksana,berhati-hati dan lain sebagainya. Maka rasa inilah yang harus kita tonjolkan atau tunjukan dalam kehidupan kita yaitu rasa sangat berhati-hati kita dihadapan Tuhan atau memahami Tuhan lebih dalam lagi. Kemudian mengenal Allah, kata ini sendiri dalam bahasa aslinya berarti ידע yada‘ yang artinya tahu.
Maka hal selanjutnya yang dapat kita tonjokan dalam kehidupan kita ialah pengetahuan kita atau pengenalan kita kepada Allah. Oleh karena itu kita sedikitpun tidak boleh menonjokan diri kita dalam hal lain selain dari pada memahami dan mengenal Allah. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

TIADA YANG SANGGUP MENAHAN KUASA TUHAN
Yeremia 20:9
Dalam kehidupan setiap orang terkadang kita berada dalam posisi jenuh, down, merasa tidak mampu melakukan tugas dan panggilan kita di dalam Tuhan untuk menyampaikan Firmannya. Namun, melalui nats ini kita belajar dari Yeremia, ketika ia berpikir untuk tidak memperkatakan Firman Tuhan lagi. Apa yang terjadi kepada Yeremia ketika ia tidak mau mengingat dan mengucapkan Firman Tuhan lagi?
1.      Dalam hati Yeremia ada sesuatu seperti nyala api yang menyala-nyala. Tanpa kita sadar kita pun pasti pernah mengalami hal yang sama seperti Yeremia. Pada waktu Yeremia menahan dirinya untuk tidak menyampaikan Firman Tuhan di dalam hati Yeremia seperti ada sesuatu hal yang terus memaksanya diumpamakan seperti ada api yang menyala-nyala dalam dirinya.Ungkapan ini menggambarkan seperti ada hal yang menggelisakan hatinya ketika ia tidak mau mengingat dan mengucapkan Firman Tuhan. kian juga dengan kita hal ini pun pernah kita alami. Oleh karena itu marilah kita belajar untuk tidak menahan diri dalam mengingat serta mengucapkan Firman Tuhan.
2.      Meskipun Yeremia berlelah-lelah untuk menahannya tetapi ia tidak sanggup. Hal kedua yang dirasakan Yeremia ialah kerika ia berlelah-lelah menannya ia tidak sanggup. Tidak ada seorang pun yang sanggup menahan kehendak Tuhan dalam dirinya, siapa pun orang tersebut termaksud Yeremia yang merupakan nabi Allah. Kata tidak sanggup dalam bahasa aslinya ialah יכל yakol yang artinya berlaku, menang. mengatasi, menanggulang, memikul, menahan. Maka berdasarkan bahasa aslinya diartikan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengatasi, menganggulangi, memikul, menahan diri untuk tidak mengingat serta memperkatakan Firman Tuhan.
Melalui dua hal ini kita belajar untuk tidak melakukan hal yang sia-sia yaitu untuk tidak memikirkan serta memperkatakan Firman Tuhan, karena meskipun kita menahannya kita akan gelisah dan tidak sanggup untuk menhannya. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Pelayanan Praktek 1 Tahun di GKII (Gereja Kristen Injili Indonesia) Jemaat Curup

kumpulan renungan warta jemaat GKII PLG Oktober 2017

Kumpulan Renungan Semester X Part 4 (STTIP)