Kumpulan Renungan Semester VII Part 2 (STTIP)
DUA
ATURAN DASAR HUBUNGAN ILAHI-MANUSIAWI
Imamat
19:1-37
Kitab imamat menekankan kekudusan
hidup seluruh umat Allah. Oleh karenanya keseluruhan kitab ini berisikan
berbagai macam peraturan yang bertujuan untuk hal tersebut. Namun, dari
berbagai macam peraturan ada dua aturan yang menjadi pedoman dasar hubungan
ilahi-manusiawi yang ditemukan dalam pasal ini. Dimana pelaksanaannya pun tampak
hingga saat ini. Dua aturan yang dimaksud
ialah :
1.
“Kuduslah
kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus” (ay 2). Kata kudus dalam bahasa
Ibrani קָדוֹשׁ
(qadosh) yang artinya kudus atau suci
(holy,sacred). Namun, ada perbedaan diantara penggunaan kata kudus atau suci.
Perbedaan antara kudus dan suci tidaklah gamblang, istilah kudus digunakan
untuk mengatakan bila hal yang dipikirkan adalah kualitas hakiki Tuhan dan
manusia, istilah suci menekankan akibat daripada sikap yang menjurus kepada
kesucian. “SUCI, KESUCIAN MURNI”. Dari dua istilah yang ada ini maka penggunaan
kata kudus disini menunjukan kualitas hakiki yang dimiliki oleh Allah yang
telah menjadi teladan utama agar kita sebagai umatnya pun dapat hidup kudus.
Sehingga ketika kita telah mau belajar menerapkan sikap ini maka sebagai akibat
dari penerapannya kehidupan kita pun pasti memancarkan hal-hal yang menjurus
kepada kesucian.
2.
“Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri” (ay 18). Aturan
yang kedua ialah tentang mengasihi sesama. Kata kasihilah dalam versi BIS
dikatakan bahwa “Cintailah sesamamu seperti kamu mencintai dirimu sendiri”.
Kasih dalam PL, adalah ungkapan yang paling dalam dari kepribadian sekaligus
hubungan pribadi yang paling akrab dan dekat. Jadi, ketika Tuhan memberikan
aturan ini Tuhan ingin agar setiap umatnya memiliki hubungan pribadi yang
paling akrab baik kepada sesama manusia terlebih lagi kepada Tuhan.
Maka dari dua aturan dasar ini aplikasinya
bagi kita sebagai umat Tuhan ialah bagaimana dalam kehidupan kita sehari-hari
dapat hidup kudus seperti Allah. Sehingga kita pun dapat menunjukan akibat atau
dampak yang baik dari kekudusan tersebut dan kita pun harus menjaga hubungan
yang baik antar sesama kita. Maka kedua dasar ini telah memperlihatkan bagaiman
hubungan kita kepada Tuhan dan manusia, dan semua aturan dalam Alkitab sudah
termasud didalamnya. Jika kita dapat menerapkan keduanya dlaam kehidupan kita
berarti kita pun sudah menaati berbagai macam aturan yang ada pada Firman
Tuhan. Amin,
Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
UCAPAN
BERKAT
Bilangan 6:22-27
Sudah menjadi kewajiban seorang bapa
dalam tradisi Israel sebelum ia menghembuskan nafas terakhir atau ketika
anaknya akan pergi ke suatu tempat. Maka ia harus mengatakan ucapan berkat.
Ucapan berkat merupakan serangkaian doa atau pun harapan yang orang tua
sampaikan kepada anaknya agar anaknya tidak mengalami kesulitan atau pun marah
bahaya dan sukses dalam segala hal yang dilakukannya.
Segala hal yang berkaitan dengan
berkat bagi sebagian orang pasti orientasi pikirannya hanya sebatas pada
hal-hal yang bersifat jasmani saja, tetapi untuk memandangnya secara rohani
sangat jarang dipikirkan. Melalui renungan ini akan menjelaskan, Apa makna dari serangkaian ucapan berkat
yang Tuhan perintahkan kepada Harun dan anak-anaknya untuk memberkati bangsa
Israel?
1.
TUHAN
memberkati engkau dan melindungi engkau (ay 24).
Pada poin pertama dari ucapan berkat ini Allah ingin menunjukan cinta dan
kasihnya kepada umat kesayangannya melalui ucapan berkat yang diberikan oleh
para imam. Ada dua bentuk kata kerja yang digunakan, yakni memberkati dan
melindungi. Kata memberkati dalam bahasa aslinya menggunakan kata בּרךְ
(barak) yang artinya memberkahi atau
mendoakan (bless), sedangkan kata
melindungi menggunakan kata שָׁמַר
(shamar) yang artinya memelihara (keep).
Dalam penggunaan bahasa aslinya ditemukan arti yang lebih sederhana
untuk dapat mengungkapkan makna di balik ucapan berkat yang diperintahkan Tuhan
kepada Harun dan anak-anaknya, yakni mnyatakan bahwa TUHAN itu memberkahi dan
memelihara umatNya.
2.
TUHAN
menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia (ay 26).
Dalam terjemahan BIS “semoga TUHAN baik
hati dan murah hati kepadamu”. Pada poin ini ucapan berkat yang diberikan
kepada bangsa Israel ialah agar mereka memiliki pengharapan yang selalu tertuju
kepada Tuhan sehingga mereka tetap mengingat dan selalu bersyukur atas setiap
kebaikan dan kemurah Tuhan dalam kehidupan mereka.
3.
TUHAN
mengahadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera (ay 26).
Isi ucapan berkat ketiga ini menggambarkan bagaimana Tuhan selalu memperhatikan
umatnya yakni dengan selalu menghadapkan wajahNya. Bahkan dikatakan bahwa Ia
akan memberikan damai sejahterah. Rasa damai merupakan perasaan yang
didamba-damba oleh semua orang. Karena, meskipun kita memiliki semua dunia ini tetapi
ketika kita tidak memiliki damai di hati itu semua akan terasa sia-sia belaka.
Dari tiga hal ini dapat direnungkan
bahwa berkat yang Tuhan ingin berikan kepada bangsa Israel tidak hanya sebatas
pemberian jasmani saja, melainkan lebih dari pada itu yakni Tuhan ingin
memberkahi atau mendoakan bahkan memelihara umat pilihannya. Jadi, melalui
ucapan berkat ini dapat dipahami bahwa betapa Allah sangat mengasihi umatnya
dan tidak pernah berhenti untuk mengasihi umatNya. Amin, Tuhan Yesus
memberkati (Stella Mulalinda).
PREDATOR
MAKANAN
Bilangan 11:31-35
Istilah
predator jika digunakan dalam Biologi digunakan untuk mengartikan binatang yang
hidupnya memangsa dari binatang lain atau hewan pemangsa hewan lain. Namun,
dalam nats ini dapat dipahami bahwa predator ternyata tidak hanya sebatas hewan
memakan hewan melainkan orang yang makan seperti orang gila dapat disebut juga
seperti seorang predator makanan.
Nats ini mengisahkan tentang
bagaimana orang Israel yang mengeluh kepada Musa karena mereka mau memuaskan keinginan perut mereka.
Dari nats ini dapat kita pelajari bahwa Tuhan tidak pernah tutup mata pada apa
yang kita butuhkan. Pertanyaan bagi kita ialah bagaimanakan tindakan atau sikap kita, ketika kita menerima berkat
Tuhan sehingga berkat itu justru tidak mendatangkan hukuman atas kita?
Pertama, belajar dari kisah bangsa
Israel ini dimana mereka selalu merasa tidak puas akan berkat Tuhan. Dalam
perjalanan menuju tanah perjanjian orang Israel telah banyak merasakan
kebaiakan Tuhan, mulai dari roti mana hingga pada nats ini ketika mereka ingin
memakan daging Tuhan pun menunjukan mujizat dengan mengirimkan banyak burung
puyuh. Tetapi justu ketika Tuhan memberikan berkatnya, mereka justru salah
mempergunakannya sehingga mereka pun mendapatkan hukuman.
1.
Maka
sikap yang benar yang harus kita lakukan ketika kita menerima berkat Tuhan
ialah bijaksanalah dalam menggunakan berkat Tuhan (32).
Dalam nats ini mengisahkan bagaimana orang Israel tidak dapat bertindak
bijaksana dimana ketika Allah memberikan berkat, bukanya mereka mengambil
sesuai kebutuhan mereka tetapi justru mereka mengambil lebih dari apa yang
sewajarnya. Dimana pada saat itu dikatakan bahwa setiap orang mengumpulkan
sepuluh homer burung puyuh. Perlu
kita ketahui bahwa 1 homer sama dengan ukuran isi sebesar 10 efa, 1 efa ±36 lt.
Jadi, jika 10 efa = ±360 liter. Jika dikatakan orang Israel mengumpulkan 10
homer burung puyuh berarti satu orang dapat mengumpulkan dan memakan ±3600lt
burung puyuh. dapat dibayangkan pada saat itu satu orang dapat memakan banyak
sekali burung puyuh.
2.
Sikap
kita selanjutnya, ketika kita menerima berkat Tuhan ialah janganlah kita
serakah (ay 33). Dari kisah ini dapat kita lihat
betapa rakusnya bangsa Israel dimana mereka merasa tidak cukup akan apa yang
ada pada mereka. dikatakan bahwa selagi daging masih dimulut mereka masih
mengambil lagi. Disni dari sikap kerakusan ini kita dapat melihat bahwa
kerakusan mereka menggambarkan ketamakan yang ada dalam hati mereka. Dan tidak
dapat dipungkiri bahwa kita pun tanpa kita sadari memiliki sikap tersebut.
Jadi, dari renungan ini kita belajar
bahwa ketika kita menerima berkat Tuhan kita harus memiliki sikap yang
bijaksana mneggunakannya dan jangan pernah serakah atau tamak menggunakannya
seolah-olah selalu merasa tidak cukup. Oleh karena itu cukupkanlah dirimu
dengan apa yang ada padamu dan mengucap syukurlah selalu akan apa yang ada
padamu. Amin,
Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
PILIHAN
SEJATI ADALAH PEMIMPIN SEJATI
Bilangan
12:16
Untuk menjadi seorang pemimpin sejati
dibutuhkan banyak pengorbanan dan banyak tuntutan. Karena, seorang pemimpin
merupakan seseorang yang dianggap lebih baik dari orang disekitarnya. Jadi,
seorang pemimpin harus dapat menjadi teladan.
Untuk menjadi seorang pemimpin yang
sejati membutuhkan pilihan sejati. maksudnya ialah seorang pemimpin sejati
bukanlah pilihan atau kemauan dari diri kita atau orang disekitar kita,
melainkan hal tersebut merupakan pilihan dan kehendak dari pada Allah sendiri.
Dalam nats ini mengisahkan pemberontakan Miryam dan Harun yang merasa bahwa
mereka pun orang yang dipilih oleh Allah dan juga berhak menajadi pemimpin atau
memimpin bangsa Israel. Dari renungan ini kita dapat belajar dari sikap yang
ditunjukan Musa.
Sikap
apa yang harus kita tunjukan ketika seseorang memberontak atau ingin
menjatuhkan kita? mari kita melihat dari teladan yang
diberikan Musa.
1. Kita tidak perlu membela
diri tetapi rendah hatilah (3). Pada ayat 3 dalam nats
ini dikatakan bahwa Musa adalah seorang yang lebut hatinya melebih siapa pun di
dunia ini. Ketika kita dituduh oleh seseorang atau diragukan oleh orang lain
kita tidak perlu untuk membela diri tetapi yang harus kita lakukan ialah
seperti Musa tetap lembut hati dan selalu berusaha memberikan yang terbaik.
Lembut hati dalam bahasa aslinya ialah עָנָו
(anav) yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris poor, afflicted, humble,
dan meek. Beberapa kata ini juga dipakai dalam beberapa versi terjemahan
Alkitab. Dalam NAS dan NIV menggunakan kata humble
yang artinya sederhana dan rendah hati. Dan dalam ASV dan KJV menggunakan kata meek yang artinya lembut, penurut (tanpa
perlawanan). Jika
kita merujuk pada penggunakan dalam bahasa aslinya dengan jelas kita dapat
memahami apa yang dimkasud dengan kata lembut hati ini, dimana Musa adalah
benar-benar orang yang rendah hari, sederhana bahkan tidak ada perlawanan dari
dirinya. Dapat kita bayangkan bagaimana sikap yang ia tunjukan ketika ia
menghadapi pemberontakan saudara/saudarinya.
2. Menyerahkan sepenuhnya
kepada Tuhan (5). Ketika Harun dan Miryam memberontak
kepada Musa. Musa menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan dan oleh karena itu Tuhan
sendirilah yang bertindak untuk membelanya. Hal ini penting bagi
kita, ketika kita dipilih dan
dipercayakan Tuhan untuk menjadi pemimpin atau untuk mengerjakan sesuatu,
tetapi ketika orang tidak mempercayai kita atau meragukan kita. maka yang perlu
kita lakukan ialah menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan dan berusahalah
memberikan yang terbaik.
Jadi, dari renungan ini ada dua hal
yang dapat kita renungkan yakni bahwa ketika orang memberontak kepada kita atau
meragukan kita maka tindakan kita ialah tidak perlu membela diri dan
menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan.
Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
MEMELIHARA
FIRMAN
Ulangan
4:2
Terkadang jauh lebih mudah memperoleh
sesuatu dari pada menjaga atau memeliharanya. Demikian pula dalam nats ini,
Musa menasehati bangsa Israel untuk selalu memelihara hukum Allah. Dalam nats
ini ada banyak nasehat yang diberikan oleh Musa. Namun, sedikitnya ada dua
larangan yang harus dipenuhi untuk memelihara Firman Tuhan. Apakah isi dari dua larangan yang harus
dipenuhi untuk memelihara Firman Tuhan?
1.
Janganlah
menambahi apa yang telah di Firmankan.“Menambahi”
secara harafia berarti “menjadikan lebih banyak”. Jika dilihat berdasarkan
bahasa aslinya menggunkan kata יָסַף (yasahp) yang artinya membuat bertambah (to add), memperluas (increase). Dalam terjemahan lain pun
menggunakan kata yang sama yakni add.
Melalui perbandingan ini tidak ditemukan perbedaan yang dalam. Hal ini berarti
segala Firman Tuhan atau segala hal yang Tuhan perintahkan kepada Musa untuk
disampaikan pada bangsa Israel saat itu jangan sedikit pun ditambahkan oleh
siapa pun. Begitu juga dengan setiap kebenaran Firman Tuhan yang telah dicatat
dalam Kitab Suci.
2.
Jangan
mengurangi apa yang telah di Firmankan.“Mengurangi” adalah
antonim dari kata “menambahi”, jika secara harafiah “menambahi” artinya
menjadikan lebih banyak maka “mengurangi” berarti menjadikan lebih sedikit.
Berdasarkan bahasa aslinya menggunakan kata גּרע (gara)
yang artinya mengurangi (diminish)
atau dalam versi NAS menerjemahkannya dengan kata “nor take away” artinya tidak
membawa,menerima,memerlukan, menggunakan atau melakukan. Berdasarkan
perbandingan dalam bahasa asli dan terjemahan NAS. Kata mengurangi disini tidak
sekedar “menjadikan lebih sedikit” melainkan dengan tidak menerima, memerlukan,
menggunakan dan melakukan Firman/perintah Tuhan hal ini sama artinya dengan
mengurangi perintah Tuhan yang telah Tuhan sampaikan melalui Musa atau bagi
kita saat ini yaitu setiap kebenaran Firman yang telah tercatat di dalam Kitab
Suci yakni Alkitab.
Kesimpulannya ialah ketika kita
sebagai orang percaya ingin memelihara Firman Tuhan maka dua hal inilah yang
harus kita patuhi yakni jangan pernah kita menambahi atau mengurangi apa yang
Tuhan perintahkan kepada kita, agar kita tetap berpegang teguh terhadap hukum
dan perintah Tuhan dan pada akhirnya Firman Tuhan tetap terpelihara. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
RAJA
YANG DIKEHENDAKI TUHAN
Ulangan
17:14-20
Pada masa PL untuk menjadi seorang
raja harus memenuhi beberapa persayaratan atau ketentuan antara lain: Ia harus
orang pilihan Tuhan, tidak memiliki banyak kuda, tidak boleh mempunyai banyak
istri, dan syarat terakhir ialah harus seumur hidupnya membaca salinan hukum
Allah menurut kitab yang ada pada imam-imam orang Lewi saat itu. Apakah tujuan syarat-syarat ini diberikan,
secara khusus pada syarat yang terakhir?
1.
Supaya
ia belajar takut akan Tuhan. Pada ayat 19, seorang
raja harus membaca salinan hukum Allah seumur hidupnya agar ia belajar takut
akan Tuhan. Dalam versi BIS kata “takut” diterjemahkan dengan kata
“menghormati”, Dalam NIV menggunakan kata “revere”
yang artinya memuja-muja, sedangkan dalam terjemahan lainnya menggunakan kata “fear” yang artinya ketakutan. Tetapi
jika dilihat berdasarkan bahasa aslinya, kata yang digunakan ialah יָרֵא
(yare), yang artinya ketakutan (fear). Seseorang dapat menghormati,
memuja bahkan takut akan Allah yang hanya dapat dilakukan jika ia berpegang
pada ketetapan Tuhan melalui membaca dan merenungkannya seumur hidupnya. Karena
dengan begitu ia dapat mengenal siapa Allah yang ia shormati, puja atau takuti.
2.
Supaya
ia tidak tinggi hati terhadap saudara-saudaranya. “Tinggi hati” dalam BIS
ialah “menganggap dirinya lebih baik”. Maka ketika seorang raja membaca dan
merenungkan hukum Tuhan ia tidak akan merasa dirinya jauh lebih baik dari orang
lain, karena ia akan belajar untuk rendah hati, alasannya karena ia pun
bukanlah orang yang sempurna yang dapat menuruti kebenaran hukum Tuhan sesuai
dengan ketentuan Tuhan.
3.
Supaya
jangan menyimpang dari perintah Tuhan. Tujuan ketiga ialah agar
seorang raja tidak menyimpang dari perintah Tuhan. “Menyimpang” dalam bahasa
aslinya ialah סור (sur)
yang artinya belok atau putaran (turn),
dalam versi terjemahan lainnya menggunakan kata tidak mematuhi atau
mengingkari. ketika seorang raja selalu merenungkan hukum Tuhan seumur
hidupnya, maka ia akan menjadi seorang raja yang tidak akan pernah tidak
mematuhi, menyimpang, mengingkari bahkan bebelok dari perintah Tuhan.
4.
Supaya
ia lama memerintah. Dalam beberapa versi
terjemahan menggunakan kata “Long time”
yang artinya waktu yang lama. Maka ketika seorang raja seumur hidupnya
merenungkan hukum Tuhan ia akan memerintah kerajaan dalam waktu yang lama, bahkan
dalam BIS dikatakan ia akan memerintah turun-temurun.
Kesimpulannya ialah untuk menjadi
seorang raja selain harus memenuhi semua persyaratan yang ada, hal yang utama
yang harus dilakukan ialah ia harus seumur hidupnya merenungkan hukum Tuhan
agar semua tujuan yang Tuhan berikan dapat terpenuhi dalam hidupnya yakni ia
dapat hidup takut akan Tuhan, ia tidak tinggi hati, ia tidak menyimpang dan ia
pun akan lama memerintah.
Seorang raja dalam pengertian pada
masa kini ialah sebagai seorang pemimpin, maka untuk menjadi pemimpin yang
dikehendaki Tuhan kita harus selalu merenungkan firman Tuhan dan melakukannya
dalam kehidupan kita, agar kita pun dapat tetap bijaksana dalam mengambil
keputusan dan melangkah di dalam Tuhan dan apa yang menjadi tujuan Tuhan pun
tercapai dalam kehidupan kita dan yang paling utama ialah agar kita dapat
memuliakan Tuhan. Amin, Tuhan Yesus
memberkati (Stella Mulalinda).
MISTERI
ILAHI
Ulangan
29:29
Dalam kehidupan
manusia dikenal ada dua dunia yakni dunia natural dan supranatural. Dunia
natural ialah dunia yang nyata atau dunia yang kita diami saat ini. Namun, ada
satu dunia lain yang dikenal dengan sebutan dunia supranatural, dunia ini
berdasarkan beberapa pendapat mengatakan hanya dapat dilihat melalui mata
batin. Dengan kata lain masih misteri.
Ulangan 29:29 ini pun memberikan dua
pernyataan dari Firman Allah dimana ada hal-hal yang telah dinyatakan Allah
bagi umatnya dan ada pula hal-hal yang masih tersembunyi atau masih misteri.
Pertanyaannya ialah apakah yang menjadi
maksud atau tujuan dari hal-hal yang tersembunyi dan hal-hal yang telah
dinyatakan?
1.
Firman
yang tersembunyi. Dalam kehidupan kita
sehari-hari ada hal-hal yang dapat kita ceritakan kepada orang lain. Namun, ada
pula hal-hal yang menjadi rahasia pribadi kita yang menjadi misteri bagi orang
lain. Demikian pula dengan Allah, tidak semua hal dapat Tuhan nyatakan kepada
manusia. Karena, itu adalah bagian Allah dan yang pastinya Tuhan punya maksud
mengapa hal tersebut masih tersembunyi. Terkadang dengan ketidaksempurnaan
kita, kita berusah untuk menyingkapkan
hal tersebut tetapi tidak akan pernah mendapatkan hasilnya. Hal ini terjadi
karena Allah tidak menyingkapkannya kepada kita. “Tersembunyi” dalam bahasa
aslinya menggunakan kata סתר (sathar)
yang artinya juga tersembunyi (hide, be
hidden). Dalam versi NAS dan BIS digunakan kata rahasia atau dirahasiakan.
Sedangkan jika dilihat berdasarkan arti dalam bahasa indonesia dirahasiakan
atau rahasia ialah “sesuatu yang sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang lain”.
Hal ini berarti bahwa ada beberapa hal-hal yang memang Tuhan sengaja
merahasiakannya bagi manusia. Oleh karena itu jangan kita melewati batas atau
porsi yang telah Tuhan tetapkan bagi kita. Sedangkan apa yang telah Tuhan
singkapkan kepada kita, itu pun belum tentu dapat kita terapkan dalam kehidupan
kita.
2.
Firman
yang dinyatakan. Seperti yang telah disinggung
sebelumnya bahwa ketika Tuhan menyatakan sesuatu atau menyembunyikannya pasti
ada rencana Tuhan dibalik itu semua. Demikianlah Firman yang telah Tuhan
singkapkan kepada manusia bertujuan agar kita melakukannya dalam kehidupan
kita. “Dinyatakan” bahasa aslinya adalah גָּלָה
(galah) yang artinya membuka kedok,
membongkar atau membuka (uncover).
Sedangkan dalam versi NAS memakai kata revealed
yang artinya menyatakan, membuka,menampakkan, atau mengungkapkan. Maka
setiap hal yang telah Tuhan bukakan,nyatakan, ungkapkan dan napakkan bagi kita
sebagai manusia janganlah kita sia-siakan tetapi haruslah kita lakukan agar
rencana Tuhan atas hidup kita dapat dinyatakan.
Kesimpulannya bagi kita ialah
lakukanlah apa yang telah Tuhan singkapkan karena itulah masud atau tujuan dari
hal tersebut, namun apa yang masih menjadi misteri atau rahasia Tuhan biarlah
itu tetap menjadi hal yang tersembunyi bagi kita. Karena, jika tiba waktunya
Tuhan menyingkapkan hal tersebut maka kita pun pasti akan mengerti apa yang
menjadi maksud atau tujuan Tuhan atas itu semua. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
KARAKTER
RUT YANG MEMBERKATI
Rut
1-4 (1:16-17,2:7,3:10-11,4:15)
Rut (arti: teman perempuan) adalah seorang yang berkebangsaan Moab, ia bukan
orang asli Israel. Rut menikah dengan Mahlon putra sulung Elimelekh dan Naomi
dari Bethlehem – Yehuda, yang datang ke Moab karena bencana kelaparan. Ketika
itu Naomi menjadi janda dan kedua putranya pun meninggal tanpa ahli waris.
Setelah itu Naomi memutuskan kembali ke negeri asalnya dan Rut mengikutinya.
Ini merupakan sedikit cerita tentang latar belakang dari kehidupan Rut tentang
siap dia dan asal-usulnya. Namun, dari renungan ini kita akan belajar dari
karakter atau kehidupan Rut yang memberkati. Karakter atau kehidupan yang memberkati seperti apakah yang dimiliki
oleh Rut ?
1.
Rut
adalah seorang yang setia dan takut akan Tuhan (1:16-17). Ketika
ibu mertua Rut yakni Naomi memutuskan untuk pulang ke negeri asalnya (Israel),
Rut memutuskan untuk setia dan ia bertekad menyertai atau mengikuti Naomi.
Untuk itu Rut rela mengganti kebangsaannya, ia meninggalkan semua ilahnya, ia
memutuskan hanya menyembah Allah saja dan hanya kematian yang dapat memisahkan
mereka. Rut
rela meninggalkan apa yang menjadi miliknya bahkan harus berpindah ke tempat
lain, tempat yang ia sendiri belum pernah datangi bahkan yang adat istiadatnya
berbeda dari kehidupannya yang semula.
Tetapi Rut memiliki tekad dan kesetian yang luar biasa hingga ia pun mau
menyertai Naomi dan tidak hanya itu saja Rut pun telah memutuskan hanya
menyembah kepada Allah saja.
2.
Rut
adalah orang yang rajin (2:7). Rut
adalah seorang perempuan yang sangat rajin. Ketika ia berkeja di tempat Boas ia
tidak pernah berhenti bekerja hingga waktunya selesai. Dikatakan bahwa Rut
“terus sibuk” dari pagi dan seketika pun ia tidak berhenti. Kata “terus sibuk”
dalam bahasa aslinya ialah עָמַד `amad {aw-mad'} yang
artinya terus menerus, tak kunjung menghilang/berhenti. Dalam versi BIS
diterjemahkan dengan kata “bekerja terus”. Dari perbandingan arti asli dan
terjemahan versi lain maka ditarik kesimpulan bahwa Rut adalah seorang
perempuan yang sangat rajin.
3.
Rut adalah perempuan yang baik-baik (tidak genit)
(3:10-11). Rut adalah seorang wanita yang mampu menjaga
kehormatannya. Terbukti bahwa Boas pun memuji dia. Karena, Rut tidak mencari
pria yang lebih tua, lebih mudah atau lebih kaya atau lebih miskin. Tetapi ia
mentaati hukum perkawinan Levirat
(penebusan). Bisa saja pada saat itu Rut menikah dengan orang lain, tetapi
justru ia mau mentaati peraturan yang ada. Dikatakan bahwa Rut adalah seorang
perempuan yang baik-baik. Kata baik-baik dalam bahasa aslinya ialah חַיִל (chayil)
yang artinya kekuatan/ kuat. Tetapi kata
baik-baik jika dilihat berdasarkan berbagai versi terjemahan Alkitab akan
memiliki arti yang berbeda-beda. Versi BIS = baik budi, ASV = worthy (orang
yang berjasa, berguna, berfaeda), KJV = virtuous (berbudi tinggi/luhur), NAS =
excellence (keunggulan,sangat baik), NIV = noble (bangsawan, mulia). Dari
berbagai perbandingan terjemahan ini semakin menguatkan bahwa Rut adalah
seorang perempuan yang baik-baik bahkan sangat baik.
4.
Rut adalah seorang yang berharga (4:15). Rut dikatakan sebagai
perempuan yang lebih berharga dari pada tujuh anak laki-laki. Berharga dalam
bahasa aslinya ialah טוֹב (tob)
yang artinya baik, menyenangkan. Atau dalam versi lain, berharga = lebih baik.
Dari semua karakter yang dimiliki oleh Rut wajar jika ia dikatakan sebagai
perempuan yang lebih berharga atau lebih baik bahkan lebih menyenangkan dari
pada tujuh orang anak laki-laki. Konteks pada saat itu, seorang anak laki-laki
dianggap lebih berharga dari pada seorang anak perempuan. Jika Rut dibandingkan
dengan tujuh orang anak laki-laki ia lebih berharga. Maka dapat dibayangkan
betapa berharganya Rut pada saat itu.
Kesimpulan dari
renungan ini ialah marilah kita belajar dari kehidupan dan setiap karakter yang
dimiliki oleh Rut. Ia adalah seorang yang takut akan Tuhan, setia, rajin,
perempuan yang baik-baik bahkan perempuan yang berharga. Biarlah dari
karakter-karakter yang ada pada diri Rut dapat kita wujud nyatakan dalam
kehidupan kita sehari-hari. Sehingga kita pun dapat menyenangkan hati
orang-orang yang ada di sekitar kita terlebih lagi menyenangkan hati Tuhan. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
BELAJAR
DARI KESALAHAN “ELI”
1
Samuel 2:29
Setiap manusia tidak akan pernah
terluput dari kesalahan atau dosa. Setiap manusia pasti melakukan dosa sebaik
apa pun dia, dan setiap kesalahan pasti ada sangsinya. Karena, upah dosa ialah
maut. Demikianlah juga Eli, meskipun ia telah bertahun-tahun melayani Tuhan
sebagai imam di Rumah Tuhan di Silo ia pun tidak terlepas dari kesalahan. Apakah kesalahan atau dosa yang dilakukan
Eli terhadap Tuhan?
1.
Eli
memandang dengan loba kepada korban sembelihan dan korban sajian yang
diperintahkan Tuhan. Eli cukup lama melayani
Tuhan di Silo selain menjadi imam ia
juga memerintah sebagai hakim selama 40 tahun. Namun, dalam pelayanannya itu ia
memandang loba akan korban bagi Tuhan. Memandang loba dalam terjemahan versi
BIS ialah “serakah”, dalam NIV diterjemahkan menggunakan kata “scorn” yang
artinya caci maki, mencemoohkan, menolak atau memandang rendah. Sedangkan dalam
bahasa aslinya menggunakan kata בָּעַט ba`at {baw-at'} yang
artinya menendang. Jadi, Eli dikatakan memandang rendah, serakah, mencemooh bahkan
menendang korban pemberian bangsa Isrel yang telah diperintahkan Tuhan untuk
dilakukan mereka. Dari kesalahan pertama yang
dilakukan oleh Eli dapat kita pelajari bahwa lamanya kita melayani Tuhan tidak
menjadi jaminan bahwa kita menyenangkan hati Tuhan. Seperti Eli meskipun ia
telah lama melayani Tuhan tetapi ia pun jatuh dalam kesalahannya yakni ia
serakah, memandang rendah , menolak, mencemooh bahkan menendang korban yang diberikan atau diperintahkan oleh
Tuhan untuk dilakukan oleh bangsa Israel.
2.
Eli
lebih menghormati anak-anaknya dari pada Tuhan. Kesalahan
atau kegagalan kedua yang dilakukan Eli dalam pelayanannya ialah bahwa Eli tidak menghormati Tuhan.
Karena, ia gagal mengeluarkan anak-anaknya dari jabatan kudus. Anak-anak Eli
merupakan anak-anak yang tidak mengormati Allah. Namun, Eli bukannya
mengeluarkan mereka dari jabatan kudus sebagai imam, tetapi ia hanya memarahi
mereka atau menempelak mereka saja. Sebagai
seorang pelayan Tuhan, bahkan yang telah memiliki jam terbang pelayanan yang
banyak seharusnya Eli mampu bersikap tegas akan dosa. Termaksud jika dosa atau
kesalahan tersebut dilakukan oleh anak-anaknya sendiri. Namun, Eli tidak
menunjukan ketegasannya kepada anak-anaknya. Karena, kasihnya kepada mereka.
Hal ini menunjukan bahwa Eli lebih menghormati anak-anaknya dari pada Tuhan.
Kata menghormati dalam bahasa aslinya menggunakan kata כָּבַד kabad {kaw-bad'} or כָּבֵד
kabed {kaw-bade'} yang artinya lebih
berat atau lebih mementingkan.
Kesimpulan dari renungan ini ialah
kita dapat belajar dari kehidupan Eli. Karena, kesalahnya ia mendapatkan
hukuman dari Tuhan. Maka dua hal yang dapat kita pelajari ialah dalam pelayanan
jangan pernah memandang rendah persembahan atau pemberian kepada Tuhan yang
dilakukan atau diberikan oleh jemaat Tuhan apa pun bentuknya. Jangan memandang
bentuk atau banyak sedikitnya, tetapi padanglah ketulusan hati orang yang
memberi itu. Jika kita mengasihi Tuhan kita pun pasti tahu memberikan yang
terbaik untuk Tuhan. Begitu juga setiap jemaat Tuhan yang hidupnya takut akan
Tuhan dan mengasihi Tuhan mereka pun pasti tahu memberikan yang terbaik bagi
Tuhan.
Pelajaran kedua ialah dalam setiap
hal kita harus tegas. Jika ada yang melakukan kesalahan kita harus menegur dan
harus memberikan sangsi yang sesuai dengan perbuatannya. Jangan seperti Eli
yang karena kasihnya kepada anak-anaknya
justru mendatangkan hukuman atasnya dan atas keluarganya. Karena, ia
lebih menghormati anaknya dari pada Tuhan.
Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
MEMPEROLEH
HIDUP YANG BERKEMENANGAN
1
Samuel 7:2-14
Menang dalam menghadapi tantangan
adalah kerinduan bagi setiap orang. Begitu pula orang Israel ketika mereka
menghadapi orang Filistin. Mereka sangat rindu memperoleh kemenangan. Namun,
kemenangan yang dimaksudkan tidak hanya secara jasmani saja, tetapi secara
rohani juga. Pertanyaannya ialah Bagaimanakah kita dapat memperoleh hidup yang
berkemenangan itu?
1.
Menjauhkan
allah asing dengan menunjukkan hati serta beribadah hanya kepada Tuhan (ay 3). Dalam
konteks ayat ini, bangsa Israel dikenal sebagai bangsa yang menyembah para
allah asing. Salah satunya ialah Asytoret. Asytoret adalah Ibu dewi, dianggap dewi kesuburan, asmara dan perang, dikenal oleh
orang Israel melalui orang Kanaan. Pada saat itu bangsa Israel ditindas oleh
orang Filistin dan mereka mengeluh kepada Tuhan karena beratnya penderitaan
yang mereka alami. Orang Israel ingin dilepaskan atau dibebaskan dari tangan
orang Filistin. Mereka ingin menang melawan orang Filistin. Akhirnya Tuhan menjawab
mereka melalui Samuel. Tuhan berfirman melalui Samuel bahwa mereka harus
menjauhkan para allah asing termaksud Asytoret dan mereka harus menunjukkan
hati mereka kepada Tuhan dan beribadah hanya kepadaNya (ay 3). Kata menjauhkan atau jauhkanlah dalam bahasa
aslinya menggunakan kata סוּר or שׂוּר (sur or sur) yang artinya menghapuskan, mengakhiri,
meniadakan. Sedangkan kata “menunjukkan
atau tunjukkan” dalam bahasa aslinya menggunakan kata שׁוּב (shub) yang artinya kembali. Dari penggunaan kata
dalam bahasa asli ini maka, yang menjadi cara pertama agar bangsa Israel
memperoleh kemenangan ialah dengan menghapuskan, mengakhiri atau meniadakan
para allah asing dari hadapan mereka dan mereka pun harus kembali kepada Tuhan
dengan mengarahkan hati mereka dan beribadah hanya kepadaNya.
2.
Mengakui
dosa (ay 6). Cara selanjutnya ialah
mereka harus mengakui dosa mereka. Bangsa Israel ketika mereka mendengar
perintah Tuhan melalui Samuel. Mereka pun dengan segera melakukannya. Setelah
itu mereka mengakui semua dosa mereka bahkan dengan berpuasa. Hal ini
menunjukan betapa mereka ingin memperoleh pengampunan dari pada Tuhan dan ingin
kembali dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan. Keseriusan mereka ini terbukti
dengan mengakui dosa bahkan mereka berpuasa untuk itu.
3.
Tidak
berhenti berseru kepada Tuhan (ay 8). Ketika
itu saatnya peperangan telah tiba bangsa Israel didatangi oleh orang Filistin
dan mereka pun sangat ketakutan. Saat itu mereka menghadap Samuel dan meminta
Samuel tidak berhenti untuk berseru kepada Tuhan agar mereka diselamatkan.
Mereka saat itu benar-benar telah kembali kepada Tuhan. Mereka mempercayakan
kehidupan mereka seutuhnya kepada Tuhan. Terbukti dengan mereka meminta agar
Samuel tidak berhenti berseru kepada Tuhan. Berseru dalam bahasa
aslinya ialah זָעַק (zaaq) yang artinya berteriak, menjerit, meraung,
menangis, memanggil. Maka yang menjadi cara ketiga agar memperoleh kemenangan
ialah dengan tidak berhenti memangil, berteriak bahkan menangis kepada Tuhan.
Memohon agar Tuhan memberikan pertolongan tepat pada waktunya.
Pada akhir
cerita perjuangan bangsa Israel ini mereka pun memperoleh kemenangan. Jadi, ada
tiga cara agar kita memperoleh kemenangan dalam hidup seperti yang dilakukan
oleh bangsa Israel ini, yaitu dengan meniadakan allah lain serta kembali dan
beribadah hanya kepada Tuhan, kemudian kita juga harus mau mengakui dosa kita
dan terakhir kita harus tetap berseru kepada Tuhan. Oleh karena itu apa pun
juga yang terjadi dalam kehidupan kita saat ini mungkin kita sedang ditawan
atau diperbudak oleh pergumulan hidup, sakit penyakit atau apa pun yang menjadi
masalah kita. Namun, melalui renungan ini yakinlah bahwa ketika kita melakukan
ketiga hal ini kita pasti akan memperoleh kehidupan yang penuh kemenangan
bersama dengan Tuhan. Amin, Tuhan Yesus
memberkati (Stella Mulalinda).
Komentar
Posting Komentar