Kumpulan Renungan Semester VII Part 2 (STTIP)


DUA ATURAN DASAR HUBUNGAN ILAHI-MANUSIAWI
Imamat 19:1-37
            Kitab imamat menekankan kekudusan hidup seluruh umat Allah. Oleh karenanya keseluruhan kitab ini berisikan berbagai macam peraturan yang bertujuan untuk hal tersebut. Namun, dari berbagai macam peraturan ada dua aturan yang menjadi pedoman dasar hubungan ilahi-manusiawi yang ditemukan dalam pasal ini. Dimana pelaksanaannya pun tampak hingga saat ini. Dua aturan yang dimaksud ialah :
1.      “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus” (ay 2). Kata kudus dalam bahasa Ibrani  קָדוֹשׁ (qadosh) yang artinya kudus atau suci (holy,sacred). Namun, ada perbedaan diantara penggunaan kata kudus atau suci. Perbedaan antara kudus dan suci tidaklah gamblang, istilah kudus digunakan untuk mengatakan bila hal yang dipikirkan adalah kualitas hakiki Tuhan dan manusia, istilah suci menekankan akibat daripada sikap yang menjurus kepada kesucian. “SUCI, KESUCIAN MURNI”. Dari dua istilah yang ada ini maka penggunaan kata kudus disini menunjukan kualitas hakiki yang dimiliki oleh Allah yang telah menjadi teladan utama agar kita sebagai umatnya pun dapat hidup kudus. Sehingga ketika kita telah mau belajar menerapkan sikap ini maka sebagai akibat dari penerapannya kehidupan kita pun pasti memancarkan hal-hal yang menjurus kepada kesucian.
2.      Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri” (ay 18). Aturan yang kedua ialah tentang mengasihi sesama. Kata kasihilah dalam versi BIS dikatakan bahwa “Cintailah sesamamu seperti kamu mencintai dirimu sendiri”. Kasih dalam PL, adalah ungkapan yang paling dalam dari kepribadian sekaligus hubungan pribadi yang paling akrab dan dekat. Jadi, ketika Tuhan memberikan aturan ini Tuhan ingin agar setiap umatnya memiliki hubungan pribadi yang paling akrab baik kepada sesama manusia terlebih lagi kepada Tuhan.
Maka dari dua aturan dasar ini aplikasinya bagi kita sebagai umat Tuhan ialah bagaimana dalam kehidupan kita sehari-hari dapat hidup kudus seperti Allah. Sehingga kita pun dapat menunjukan akibat atau dampak yang baik dari kekudusan tersebut dan kita pun harus menjaga hubungan yang baik antar sesama kita. Maka kedua dasar ini telah memperlihatkan bagaiman hubungan kita kepada Tuhan dan manusia, dan semua aturan dalam Alkitab sudah termasud didalamnya. Jika kita dapat menerapkan keduanya dlaam kehidupan kita berarti kita pun sudah menaati berbagai macam aturan yang ada pada Firman Tuhan. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

UCAPAN BERKAT
Bilangan 6:22-27
            Sudah menjadi kewajiban seorang bapa dalam tradisi Israel sebelum ia menghembuskan nafas terakhir atau ketika anaknya akan pergi ke suatu tempat. Maka ia harus mengatakan ucapan berkat. Ucapan berkat merupakan serangkaian doa atau pun harapan yang orang tua sampaikan kepada anaknya agar anaknya tidak mengalami kesulitan atau pun marah bahaya dan sukses dalam segala hal yang dilakukannya.
            Segala hal yang berkaitan dengan berkat bagi sebagian orang pasti orientasi pikirannya hanya sebatas pada hal-hal yang bersifat jasmani saja, tetapi untuk memandangnya secara rohani sangat jarang dipikirkan. Melalui renungan ini akan menjelaskan, Apa makna dari serangkaian ucapan berkat yang Tuhan perintahkan kepada Harun dan anak-anaknya untuk memberkati bangsa Israel?
1.      TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau (ay 24). Pada poin pertama dari ucapan berkat ini Allah ingin menunjukan cinta dan kasihnya kepada umat kesayangannya melalui ucapan berkat yang diberikan oleh para imam. Ada dua bentuk kata kerja yang digunakan, yakni memberkati dan melindungi. Kata memberkati dalam bahasa aslinya menggunakan kata בּרךְ (barak) yang artinya memberkahi atau mendoakan (bless), sedangkan kata melindungi menggunakan kata  שָׁמַר (shamar) yang artinya memelihara (keep).  Dalam penggunaan bahasa aslinya ditemukan arti yang lebih sederhana untuk dapat mengungkapkan makna di balik ucapan berkat yang diperintahkan Tuhan kepada Harun dan anak-anaknya, yakni mnyatakan bahwa TUHAN itu memberkahi dan memelihara umatNya.
2.      TUHAN menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia (ay 26). Dalam terjemahan BIS “semoga TUHAN baik hati dan murah hati kepadamu”. Pada poin ini ucapan berkat yang diberikan kepada bangsa Israel ialah agar mereka memiliki pengharapan yang selalu tertuju kepada Tuhan sehingga mereka tetap mengingat dan selalu bersyukur atas setiap kebaikan dan kemurah Tuhan dalam kehidupan mereka.
3.      TUHAN mengahadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera (ay 26). Isi ucapan berkat ketiga ini menggambarkan bagaimana Tuhan selalu memperhatikan umatnya yakni dengan selalu menghadapkan wajahNya. Bahkan dikatakan bahwa Ia akan memberikan damai sejahterah. Rasa damai merupakan perasaan yang didamba-damba oleh semua orang. Karena, meskipun kita memiliki semua dunia ini tetapi ketika kita tidak memiliki damai di hati itu semua akan terasa sia-sia belaka.
Dari tiga hal ini dapat direnungkan bahwa berkat yang Tuhan ingin berikan kepada bangsa Israel tidak hanya sebatas pemberian jasmani saja, melainkan lebih dari pada itu yakni Tuhan ingin memberkahi atau mendoakan bahkan memelihara umat pilihannya. Jadi, melalui ucapan berkat ini dapat dipahami bahwa betapa Allah sangat mengasihi umatnya dan tidak pernah berhenti untuk mengasihi umatNya. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

PREDATOR MAKANAN
Bilangan 11:31-35
            Istilah predator jika digunakan dalam Biologi digunakan untuk mengartikan binatang yang hidupnya memangsa dari binatang lain atau hewan pemangsa hewan lain. Namun, dalam nats ini dapat dipahami bahwa predator ternyata tidak hanya sebatas hewan memakan hewan melainkan orang yang makan seperti orang gila dapat disebut juga seperti seorang predator makanan.
            Nats ini mengisahkan tentang bagaimana orang Israel yang mengeluh kepada Musa karena  mereka mau memuaskan keinginan perut mereka. Dari nats ini dapat kita pelajari bahwa Tuhan tidak pernah tutup mata pada apa yang kita butuhkan. Pertanyaan bagi kita ialah bagaimanakan tindakan atau sikap kita, ketika kita menerima berkat Tuhan sehingga berkat itu justru tidak mendatangkan hukuman atas kita?
Pertama, belajar dari kisah bangsa Israel ini dimana mereka selalu merasa tidak puas akan berkat Tuhan. Dalam perjalanan menuju tanah perjanjian orang Israel telah banyak merasakan kebaiakan Tuhan, mulai dari roti mana hingga pada nats ini ketika mereka ingin memakan daging Tuhan pun menunjukan mujizat dengan mengirimkan banyak burung puyuh. Tetapi justu ketika Tuhan memberikan berkatnya, mereka justru salah mempergunakannya sehingga mereka pun mendapatkan hukuman.
1.      Maka sikap yang benar yang harus kita lakukan ketika kita menerima berkat Tuhan ialah bijaksanalah dalam menggunakan berkat Tuhan (32). Dalam nats ini mengisahkan bagaimana orang Israel tidak dapat bertindak bijaksana dimana ketika Allah memberikan berkat, bukanya mereka mengambil sesuai kebutuhan mereka tetapi justru mereka mengambil lebih dari apa yang sewajarnya. Dimana pada saat itu dikatakan bahwa setiap orang mengumpulkan sepuluh homer burung puyuh. Perlu kita ketahui bahwa 1 homer sama dengan ukuran isi sebesar 10 efa, 1 efa ±36 lt. Jadi, jika 10 efa = ±360 liter. Jika dikatakan orang Israel mengumpulkan 10 homer burung puyuh berarti satu orang dapat mengumpulkan dan memakan ±3600lt burung puyuh. dapat dibayangkan pada saat itu satu orang dapat memakan banyak sekali burung puyuh.
2.      Sikap kita selanjutnya, ketika kita menerima berkat Tuhan ialah janganlah kita serakah (ay 33). Dari kisah ini dapat kita lihat betapa rakusnya bangsa Israel dimana mereka merasa tidak cukup akan apa yang ada pada mereka. dikatakan bahwa selagi daging masih dimulut mereka masih mengambil lagi. Disni dari sikap kerakusan ini kita dapat melihat bahwa kerakusan mereka menggambarkan ketamakan yang ada dalam hati mereka. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa kita pun tanpa kita sadari memiliki sikap tersebut.
Jadi, dari renungan ini kita belajar bahwa ketika kita menerima berkat Tuhan kita harus memiliki sikap yang bijaksana mneggunakannya dan jangan pernah serakah atau tamak menggunakannya seolah-olah selalu merasa tidak cukup. Oleh karena itu cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu dan mengucap syukurlah selalu akan apa yang ada padamu. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

PILIHAN SEJATI ADALAH PEMIMPIN SEJATI
Bilangan 12:16
Untuk menjadi seorang pemimpin sejati dibutuhkan banyak pengorbanan dan banyak tuntutan. Karena, seorang pemimpin merupakan seseorang yang dianggap lebih baik dari orang disekitarnya. Jadi, seorang pemimpin harus dapat menjadi teladan.
Untuk menjadi seorang pemimpin yang sejati membutuhkan pilihan sejati. maksudnya ialah seorang pemimpin sejati bukanlah pilihan atau kemauan dari diri kita atau orang disekitar kita, melainkan hal tersebut merupakan pilihan dan kehendak dari pada Allah sendiri. Dalam nats ini mengisahkan pemberontakan Miryam dan Harun yang merasa bahwa mereka pun orang yang dipilih oleh Allah dan juga berhak menajadi pemimpin atau memimpin bangsa Israel. Dari renungan ini kita dapat belajar dari sikap yang ditunjukan Musa.
Sikap apa yang harus kita tunjukan ketika seseorang memberontak atau ingin menjatuhkan kita? mari kita melihat dari teladan yang diberikan Musa.
1.      Kita tidak perlu membela diri tetapi rendah hatilah (3). Pada ayat 3 dalam nats ini dikatakan bahwa Musa adalah seorang yang lebut hatinya melebih siapa pun di dunia ini. Ketika kita dituduh oleh seseorang atau diragukan oleh orang lain kita tidak perlu untuk membela diri tetapi yang harus kita lakukan ialah seperti Musa tetap lembut hati dan selalu berusaha memberikan yang terbaik. Lembut hati dalam bahasa aslinya ialah עָנָו (anav) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris poor, afflicted, humble, dan meek. Beberapa kata ini juga dipakai dalam beberapa versi terjemahan Alkitab. Dalam NAS dan NIV menggunakan kata humble yang artinya sederhana dan rendah hati. Dan dalam ASV dan KJV menggunakan kata meek yang artinya lembut, penurut (tanpa perlawanan). Jika kita merujuk pada penggunakan dalam bahasa aslinya dengan jelas kita dapat memahami apa yang dimkasud dengan kata lembut hati ini, dimana Musa adalah benar-benar orang yang rendah hari, sederhana bahkan tidak ada perlawanan dari dirinya. Dapat kita bayangkan bagaimana sikap yang ia tunjukan ketika ia menghadapi pemberontakan saudara/saudarinya.
2.      Menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan (5). Ketika Harun dan Miryam memberontak kepada Musa. Musa menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan dan oleh karena itu Tuhan sendirilah yang bertindak untuk membelanya. Hal ini penting bagi kita, ketika  kita dipilih dan dipercayakan Tuhan untuk menjadi pemimpin atau untuk mengerjakan sesuatu, tetapi ketika orang tidak mempercayai kita atau meragukan kita. maka yang perlu kita lakukan ialah menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan dan berusahalah memberikan yang terbaik.
Jadi, dari renungan ini ada dua hal yang dapat kita renungkan yakni bahwa ketika orang memberontak kepada kita atau meragukan kita maka tindakan kita ialah tidak perlu membela diri dan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

MEMELIHARA FIRMAN
Ulangan 4:2
Terkadang jauh lebih mudah memperoleh sesuatu dari pada menjaga atau memeliharanya. Demikian pula dalam nats ini, Musa menasehati bangsa Israel untuk selalu memelihara hukum Allah. Dalam nats ini ada banyak nasehat yang diberikan oleh Musa. Namun, sedikitnya ada dua larangan yang harus dipenuhi untuk memelihara Firman Tuhan. Apakah isi dari dua larangan yang harus dipenuhi untuk memelihara Firman Tuhan?
1.      Janganlah menambahi apa yang telah di Firmankan.“Menambahi” secara harafia berarti “menjadikan lebih banyak”. Jika dilihat berdasarkan bahasa aslinya menggunkan kata יָסַף (yasahp) yang artinya membuat bertambah (to add), memperluas (increase). Dalam terjemahan lain pun menggunakan kata yang sama yakni add. Melalui perbandingan ini tidak ditemukan perbedaan yang dalam. Hal ini berarti segala Firman Tuhan atau segala hal yang Tuhan perintahkan kepada Musa untuk disampaikan pada bangsa Israel saat itu jangan sedikit pun ditambahkan oleh siapa pun. Begitu juga dengan setiap kebenaran Firman Tuhan yang telah dicatat dalam Kitab Suci.
2.      Jangan mengurangi apa yang telah di Firmankan.“Mengurangi” adalah antonim dari kata “menambahi”, jika secara harafiah “menambahi” artinya menjadikan lebih banyak maka “mengurangi” berarti menjadikan lebih sedikit. Berdasarkan bahasa aslinya menggunakan kata גּרע  (gara) yang artinya mengurangi (diminish) atau dalam versi NAS menerjemahkannya dengan kata “nor take away” artinya tidak membawa,menerima,memerlukan, menggunakan atau melakukan. Berdasarkan perbandingan dalam bahasa asli dan terjemahan NAS. Kata mengurangi disini tidak sekedar “menjadikan lebih sedikit” melainkan dengan tidak menerima, memerlukan, menggunakan dan melakukan Firman/perintah Tuhan hal ini sama artinya dengan mengurangi perintah Tuhan yang telah Tuhan sampaikan melalui Musa atau bagi kita saat ini yaitu setiap kebenaran Firman yang telah tercatat di dalam Kitab Suci yakni Alkitab.
Kesimpulannya ialah ketika kita sebagai orang percaya ingin memelihara Firman Tuhan maka dua hal inilah yang harus kita patuhi yakni jangan pernah kita menambahi atau mengurangi apa yang Tuhan perintahkan kepada kita, agar kita tetap berpegang teguh terhadap hukum dan perintah Tuhan dan pada akhirnya Firman Tuhan tetap terpelihara. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

RAJA YANG DIKEHENDAKI TUHAN
Ulangan 17:14-20
            Pada masa PL untuk menjadi seorang raja harus memenuhi beberapa persayaratan atau ketentuan antara lain: Ia harus orang pilihan Tuhan, tidak memiliki banyak kuda, tidak boleh mempunyai banyak istri, dan syarat terakhir ialah harus seumur hidupnya membaca salinan hukum Allah menurut kitab yang ada pada imam-imam orang Lewi saat itu. Apakah tujuan syarat-syarat ini diberikan, secara khusus pada syarat yang terakhir?
1.      Supaya ia belajar takut akan Tuhan. Pada ayat 19, seorang raja harus membaca salinan hukum Allah seumur hidupnya agar ia belajar takut akan Tuhan. Dalam versi BIS kata “takut” diterjemahkan dengan kata “menghormati”, Dalam NIV menggunakan kata “revere” yang artinya memuja-muja, sedangkan dalam terjemahan lainnya menggunakan kata “fear” yang artinya ketakutan. Tetapi jika dilihat berdasarkan bahasa aslinya, kata yang digunakan ialah יָרֵא (yare), yang artinya ketakutan (fear). Seseorang dapat menghormati, memuja bahkan takut akan Allah yang hanya dapat dilakukan jika ia berpegang pada ketetapan Tuhan melalui membaca dan merenungkannya seumur hidupnya. Karena dengan begitu ia dapat mengenal siapa Allah yang ia shormati, puja atau takuti.
2.      Supaya ia tidak tinggi hati terhadap saudara-saudaranya. “Tinggi hati” dalam BIS ialah “menganggap dirinya lebih baik”. Maka ketika seorang raja membaca dan merenungkan hukum Tuhan ia tidak akan merasa dirinya jauh lebih baik dari orang lain, karena ia akan belajar untuk rendah hati, alasannya karena ia pun bukanlah orang yang sempurna yang dapat menuruti kebenaran hukum Tuhan sesuai dengan ketentuan Tuhan.
3.      Supaya jangan menyimpang dari perintah Tuhan. Tujuan ketiga ialah agar seorang raja tidak menyimpang dari perintah Tuhan. “Menyimpang” dalam bahasa aslinya ialah סור (sur) yang artinya belok atau putaran (turn), dalam versi terjemahan lainnya menggunakan kata tidak mematuhi atau mengingkari. ketika seorang raja selalu merenungkan hukum Tuhan seumur hidupnya, maka ia akan menjadi seorang raja yang tidak akan pernah tidak mematuhi, menyimpang, mengingkari bahkan bebelok dari perintah Tuhan.
4.      Supaya ia lama memerintah. Dalam beberapa versi terjemahan menggunakan kata “Long time” yang artinya waktu yang lama. Maka ketika seorang raja seumur hidupnya merenungkan hukum Tuhan ia akan memerintah kerajaan dalam waktu yang lama, bahkan dalam BIS dikatakan ia akan memerintah turun-temurun.
Kesimpulannya ialah untuk menjadi seorang raja selain harus memenuhi semua persyaratan yang ada, hal yang utama yang harus dilakukan ialah ia harus seumur hidupnya merenungkan hukum Tuhan agar semua tujuan yang Tuhan berikan dapat terpenuhi dalam hidupnya yakni ia dapat hidup takut akan Tuhan, ia tidak tinggi hati, ia tidak menyimpang dan ia pun akan lama memerintah.
Seorang raja dalam pengertian pada masa kini ialah sebagai seorang pemimpin, maka untuk menjadi pemimpin yang dikehendaki Tuhan kita harus selalu merenungkan firman Tuhan dan melakukannya dalam kehidupan kita, agar kita pun dapat tetap bijaksana dalam mengambil keputusan dan melangkah di dalam Tuhan dan apa yang menjadi tujuan Tuhan pun tercapai dalam kehidupan kita dan yang paling utama ialah agar kita dapat memuliakan Tuhan. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

MISTERI ILAHI
Ulangan 29:29
Dalam kehidupan manusia dikenal ada dua dunia yakni dunia natural dan supranatural. Dunia natural ialah dunia yang nyata atau dunia yang kita diami saat ini. Namun, ada satu dunia lain yang dikenal dengan sebutan dunia supranatural, dunia ini berdasarkan beberapa pendapat mengatakan hanya dapat dilihat melalui mata batin. Dengan kata lain masih misteri.
Ulangan 29:29 ini pun memberikan dua pernyataan dari Firman Allah dimana ada hal-hal yang telah dinyatakan Allah bagi umatnya dan ada pula hal-hal yang masih tersembunyi atau masih misteri. Pertanyaannya ialah apakah yang menjadi maksud atau tujuan dari hal-hal yang tersembunyi dan hal-hal yang telah dinyatakan?
1.      Firman yang tersembunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari ada hal-hal yang dapat kita ceritakan kepada orang lain. Namun, ada pula hal-hal yang menjadi rahasia pribadi kita yang menjadi misteri bagi orang lain. Demikian pula dengan Allah, tidak semua hal dapat Tuhan nyatakan kepada manusia. Karena, itu adalah bagian Allah dan yang pastinya Tuhan punya maksud mengapa hal tersebut masih tersembunyi. Terkadang dengan ketidaksempurnaan kita,  kita berusah untuk menyingkapkan hal tersebut tetapi tidak akan pernah mendapatkan hasilnya. Hal ini terjadi karena Allah tidak menyingkapkannya kepada kita. “Tersembunyi” dalam bahasa aslinya menggunakan kata סתר (sathar) yang artinya juga tersembunyi (hide, be hidden). Dalam versi NAS dan BIS digunakan kata rahasia atau dirahasiakan. Sedangkan jika dilihat berdasarkan arti dalam bahasa indonesia dirahasiakan atau rahasia ialah  “sesuatu yang sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang lain”. Hal ini berarti bahwa ada beberapa hal-hal yang memang Tuhan sengaja merahasiakannya bagi manusia. Oleh karena itu jangan kita melewati batas atau porsi yang telah Tuhan tetapkan bagi kita. Sedangkan apa yang telah Tuhan singkapkan kepada kita, itu pun belum tentu dapat kita terapkan dalam kehidupan kita.
2.      Firman yang dinyatakan. Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa ketika Tuhan menyatakan sesuatu atau menyembunyikannya pasti ada rencana Tuhan dibalik itu semua. Demikianlah Firman yang telah Tuhan singkapkan kepada manusia bertujuan agar kita melakukannya dalam kehidupan kita. “Dinyatakan” bahasa aslinya adalah גָּלָה (galah) yang artinya membuka kedok, membongkar atau membuka (uncover). Sedangkan dalam versi NAS memakai kata revealed yang artinya menyatakan, membuka,menampakkan, atau mengungkapkan. Maka setiap hal yang telah Tuhan bukakan,nyatakan, ungkapkan dan napakkan bagi kita sebagai manusia janganlah kita sia-siakan tetapi haruslah kita lakukan agar rencana Tuhan atas hidup kita dapat dinyatakan.
Kesimpulannya bagi kita ialah lakukanlah apa yang telah Tuhan singkapkan karena itulah masud atau tujuan dari hal tersebut, namun apa yang masih menjadi misteri atau rahasia Tuhan biarlah itu tetap menjadi hal yang tersembunyi bagi kita. Karena, jika tiba waktunya Tuhan menyingkapkan hal tersebut maka kita pun pasti akan mengerti apa yang menjadi maksud atau tujuan Tuhan atas itu semua. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

KARAKTER RUT YANG MEMBERKATI
Rut 1-4 (1:16-17,2:7,3:10-11,4:15)
            Rut (arti: teman perempuan) adalah seorang yang berkebangsaan Moab, ia bukan orang asli Israel. Rut menikah dengan Mahlon putra sulung Elimelekh dan Naomi dari Bethlehem – Yehuda, yang datang ke Moab karena bencana kelaparan. Ketika itu Naomi menjadi janda dan kedua putranya pun meninggal tanpa ahli waris. Setelah itu Naomi memutuskan kembali ke negeri asalnya dan Rut mengikutinya. Ini merupakan sedikit cerita tentang latar belakang dari kehidupan Rut tentang siap dia dan asal-usulnya. Namun, dari renungan ini kita akan belajar dari karakter atau kehidupan Rut yang memberkati. Karakter atau kehidupan yang memberkati seperti apakah yang dimiliki oleh Rut ?
1.      Rut adalah seorang yang setia dan takut akan Tuhan (1:16-17). Ketika ibu mertua Rut yakni Naomi memutuskan untuk pulang ke negeri asalnya (Israel), Rut memutuskan untuk setia dan ia bertekad menyertai atau mengikuti Naomi. Untuk itu Rut rela mengganti kebangsaannya, ia meninggalkan semua ilahnya, ia memutuskan hanya menyembah Allah saja dan hanya kematian yang dapat memisahkan mereka. Rut rela meninggalkan apa yang menjadi miliknya bahkan harus berpindah ke tempat lain, tempat yang ia sendiri belum pernah datangi bahkan yang adat istiadatnya berbeda dari kehidupannya  yang semula. Tetapi Rut memiliki tekad dan kesetian yang luar biasa hingga ia pun mau menyertai Naomi dan tidak hanya itu saja Rut pun telah memutuskan hanya menyembah kepada Allah saja.
2.      Rut adalah orang yang rajin (2:7). Rut adalah seorang perempuan yang sangat rajin. Ketika ia berkeja di tempat Boas ia tidak pernah berhenti bekerja hingga waktunya selesai. Dikatakan bahwa Rut “terus sibuk” dari pagi dan seketika pun ia tidak berhenti. Kata “terus sibuk” dalam bahasa aslinya ialah עָמַד `amad {aw-mad'} yang artinya terus menerus, tak kunjung menghilang/berhenti. Dalam versi BIS diterjemahkan dengan kata “bekerja terus”. Dari perbandingan arti asli dan terjemahan versi lain maka ditarik kesimpulan bahwa Rut adalah seorang perempuan yang sangat rajin.
3.      Rut adalah perempuan yang baik-baik (tidak genit) (3:10-11). Rut adalah seorang wanita yang mampu menjaga kehormatannya. Terbukti bahwa Boas pun memuji dia. Karena, Rut tidak mencari pria yang lebih tua, lebih mudah atau lebih kaya atau lebih miskin. Tetapi ia mentaati hukum perkawinan Levirat (penebusan). Bisa saja pada saat itu Rut menikah dengan orang lain, tetapi justru ia mau mentaati peraturan yang ada. Dikatakan bahwa Rut adalah seorang perempuan yang baik-baik. Kata baik-baik dalam bahasa aslinya ialah חַיִל (chayil) yang artinya kekuatan/ kuat. Tetapi kata baik-baik jika dilihat berdasarkan berbagai versi terjemahan Alkitab akan memiliki arti yang berbeda-beda. Versi BIS = baik budi, ASV = worthy (orang yang berjasa, berguna, berfaeda), KJV = virtuous (berbudi tinggi/luhur), NAS = excellence (keunggulan,sangat baik), NIV = noble (bangsawan, mulia). Dari berbagai perbandingan terjemahan ini semakin menguatkan bahwa Rut adalah seorang perempuan yang baik-baik bahkan sangat baik.
4.      Rut adalah seorang yang berharga (4:15). Rut dikatakan sebagai perempuan yang lebih berharga dari pada tujuh anak laki-laki. Berharga dalam bahasa aslinya ialah טוֹב (tob) yang artinya baik, menyenangkan. Atau dalam versi lain, berharga = lebih baik. Dari semua karakter yang dimiliki oleh Rut wajar jika ia dikatakan sebagai perempuan yang lebih berharga atau lebih baik bahkan lebih menyenangkan dari pada tujuh orang anak laki-laki. Konteks pada saat itu, seorang anak laki-laki dianggap lebih berharga dari pada seorang anak perempuan. Jika Rut dibandingkan dengan tujuh orang anak laki-laki ia lebih berharga. Maka dapat dibayangkan betapa berharganya Rut pada saat itu.
Kesimpulan dari renungan ini ialah marilah kita belajar dari kehidupan dan setiap karakter yang dimiliki oleh Rut. Ia adalah seorang yang takut akan Tuhan, setia, rajin, perempuan yang baik-baik bahkan perempuan yang berharga. Biarlah dari karakter-karakter yang ada pada diri Rut dapat kita wujud nyatakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga kita pun dapat menyenangkan hati orang-orang yang ada di sekitar kita terlebih lagi menyenangkan hati Tuhan. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

BELAJAR DARI KESALAHAN “ELI”
1 Samuel 2:29
            Setiap manusia tidak akan pernah terluput dari kesalahan atau dosa. Setiap manusia pasti melakukan dosa sebaik apa pun dia, dan setiap kesalahan pasti ada sangsinya. Karena, upah dosa ialah maut. Demikianlah juga Eli, meskipun ia telah bertahun-tahun melayani Tuhan sebagai imam di Rumah Tuhan di Silo ia pun tidak terlepas dari kesalahan. Apakah kesalahan atau dosa yang dilakukan Eli terhadap Tuhan?
1.      Eli memandang dengan loba kepada korban sembelihan dan korban sajian yang diperintahkan Tuhan. Eli cukup lama melayani Tuhan di  Silo selain menjadi imam ia juga memerintah sebagai hakim selama 40 tahun. Namun, dalam pelayanannya itu ia memandang loba akan korban bagi Tuhan. Memandang loba dalam terjemahan versi BIS ialah “serakah”, dalam NIV diterjemahkan menggunakan kata “scorn” yang artinya caci maki, mencemoohkan, menolak atau memandang rendah. Sedangkan dalam bahasa aslinya menggunakan kata בָּעַט ba`at {baw-at'} yang artinya menendang. Jadi, Eli dikatakan memandang rendah, serakah, mencemooh bahkan menendang korban pemberian bangsa Isrel yang telah diperintahkan Tuhan untuk dilakukan mereka. Dari kesalahan pertama yang dilakukan oleh Eli dapat kita pelajari bahwa lamanya kita melayani Tuhan tidak menjadi jaminan bahwa kita menyenangkan hati Tuhan. Seperti Eli meskipun ia telah lama melayani Tuhan tetapi ia pun jatuh dalam kesalahannya yakni ia serakah, memandang rendah , menolak, mencemooh bahkan menendang  korban yang diberikan atau diperintahkan oleh Tuhan untuk dilakukan oleh bangsa Israel.
2.      Eli lebih menghormati anak-anaknya dari pada Tuhan. Kesalahan atau kegagalan kedua yang dilakukan Eli dalam pelayanannya  ialah bahwa Eli tidak menghormati Tuhan. Karena, ia gagal mengeluarkan anak-anaknya dari jabatan kudus. Anak-anak Eli merupakan anak-anak yang tidak mengormati Allah. Namun, Eli bukannya mengeluarkan mereka dari jabatan kudus sebagai imam, tetapi ia hanya memarahi mereka atau menempelak mereka saja. Sebagai seorang pelayan Tuhan, bahkan yang telah memiliki jam terbang pelayanan yang banyak seharusnya Eli mampu bersikap tegas akan dosa. Termaksud jika dosa atau kesalahan tersebut dilakukan oleh anak-anaknya sendiri. Namun, Eli tidak menunjukan ketegasannya kepada anak-anaknya. Karena, kasihnya kepada mereka. Hal ini menunjukan bahwa Eli lebih menghormati anak-anaknya dari pada Tuhan. Kata menghormati dalam bahasa aslinya menggunakan kata כָּבַד kabad {kaw-bad'} or כָּבֵד kabed {kaw-bade'}  yang artinya   lebih berat atau lebih mementingkan.
            Kesimpulan dari renungan ini ialah kita dapat belajar dari kehidupan Eli. Karena, kesalahnya ia mendapatkan hukuman dari Tuhan. Maka dua hal yang dapat kita pelajari ialah dalam pelayanan jangan pernah memandang rendah persembahan atau pemberian kepada Tuhan yang dilakukan atau diberikan oleh jemaat Tuhan apa pun bentuknya. Jangan memandang bentuk atau banyak sedikitnya, tetapi padanglah ketulusan hati orang yang memberi itu. Jika kita mengasihi Tuhan kita pun pasti tahu memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Begitu juga setiap jemaat Tuhan yang hidupnya takut akan Tuhan dan mengasihi Tuhan mereka pun pasti tahu memberikan yang terbaik bagi Tuhan.
            Pelajaran kedua ialah dalam setiap hal kita harus tegas. Jika ada yang melakukan kesalahan kita harus menegur dan harus memberikan sangsi yang sesuai dengan perbuatannya. Jangan seperti Eli yang karena kasihnya kepada anak-anaknya  justru mendatangkan hukuman atasnya dan atas keluarganya. Karena, ia lebih menghormati anaknya dari pada Tuhan. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

MEMPEROLEH HIDUP YANG BERKEMENANGAN
1 Samuel 7:2-14
            Menang dalam menghadapi tantangan adalah kerinduan bagi setiap orang. Begitu pula orang Israel ketika mereka menghadapi orang Filistin. Mereka sangat rindu memperoleh kemenangan. Namun, kemenangan yang dimaksudkan tidak hanya secara jasmani saja, tetapi secara rohani juga. Pertanyaannya ialah Bagaimanakah kita dapat memperoleh hidup yang berkemenangan itu?
1.      Menjauhkan allah asing dengan menunjukkan hati serta beribadah hanya kepada Tuhan (ay 3). Dalam konteks ayat ini, bangsa Israel dikenal sebagai bangsa yang menyembah para allah asing. Salah satunya ialah Asytoret. Asytoret adalah Ibu dewi, dianggap dewi kesuburan, asmara dan perang, dikenal oleh orang Israel melalui orang Kanaan. Pada saat itu bangsa Israel ditindas oleh orang Filistin dan mereka mengeluh kepada Tuhan karena beratnya penderitaan yang mereka alami. Orang Israel ingin dilepaskan atau dibebaskan dari tangan orang Filistin. Mereka ingin menang melawan orang Filistin. Akhirnya Tuhan menjawab mereka melalui Samuel. Tuhan berfirman melalui Samuel bahwa mereka harus menjauhkan para allah asing termaksud Asytoret dan mereka harus menunjukkan hati mereka kepada Tuhan dan beribadah hanya kepadaNya (ay 3). Kata menjauhkan atau jauhkanlah dalam bahasa aslinya menggunakan kata סוּר or שׂוּר (sur or sur)  yang artinya menghapuskan, mengakhiri, meniadakan. Sedangkan kata “menunjukkan atau tunjukkan” dalam bahasa aslinya menggunakan kata שׁוּב (shub)  yang artinya kembali. Dari penggunaan kata dalam bahasa asli ini maka, yang menjadi cara pertama agar bangsa Israel memperoleh kemenangan ialah dengan menghapuskan, mengakhiri atau meniadakan para allah asing dari hadapan mereka dan mereka pun harus kembali kepada Tuhan dengan mengarahkan hati mereka dan beribadah hanya kepadaNya.
2.      Mengakui dosa (ay 6). Cara selanjutnya ialah mereka harus mengakui dosa mereka. Bangsa Israel ketika mereka mendengar perintah Tuhan melalui Samuel. Mereka pun dengan segera melakukannya. Setelah itu mereka mengakui semua dosa mereka bahkan dengan berpuasa. Hal ini menunjukan betapa mereka ingin memperoleh pengampunan dari pada Tuhan dan ingin kembali dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan. Keseriusan mereka ini terbukti dengan mengakui dosa bahkan mereka berpuasa untuk itu.
3.      Tidak berhenti berseru kepada Tuhan (ay 8). Ketika itu saatnya peperangan telah tiba bangsa Israel didatangi oleh orang Filistin dan mereka pun sangat ketakutan. Saat itu mereka menghadap Samuel dan meminta Samuel tidak berhenti untuk berseru kepada Tuhan agar mereka diselamatkan. Mereka saat itu benar-benar telah kembali kepada Tuhan. Mereka mempercayakan kehidupan mereka seutuhnya kepada Tuhan. Terbukti dengan mereka meminta agar Samuel tidak berhenti berseru kepada Tuhan. Berseru dalam bahasa aslinya ialah זָעַק (zaaq)  yang artinya berteriak, menjerit, meraung, menangis, memanggil. Maka yang menjadi cara ketiga agar memperoleh kemenangan ialah dengan tidak berhenti memangil, berteriak bahkan menangis kepada Tuhan. Memohon agar Tuhan memberikan pertolongan tepat pada waktunya.
Pada akhir cerita perjuangan bangsa Israel ini mereka pun memperoleh kemenangan. Jadi, ada tiga cara agar kita memperoleh kemenangan dalam hidup seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel ini, yaitu dengan meniadakan allah lain serta kembali dan beribadah hanya kepada Tuhan, kemudian kita juga harus mau mengakui dosa kita dan terakhir kita harus tetap berseru kepada Tuhan. Oleh karena itu apa pun juga yang terjadi dalam kehidupan kita saat ini mungkin kita sedang ditawan atau diperbudak oleh pergumulan hidup, sakit penyakit atau apa pun yang menjadi masalah kita. Namun, melalui renungan ini yakinlah bahwa ketika kita melakukan ketiga hal ini kita pasti akan memperoleh kehidupan yang penuh kemenangan bersama dengan Tuhan. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Pelayanan Praktek 1 Tahun di GKII (Gereja Kristen Injili Indonesia) Jemaat Curup

kumpulan renungan warta jemaat GKII PLG Oktober 2017

Kumpulan Renungan Semester X Part 4 (STTIP)