Kumpulan Renungan Semester VII Part 3 (STTIP)
SAHABAT
SEJATI
1
Samuel
18:1-5
Ada salah satu lirik lagu yang
mengatakan persahabatan bagaikan kepompong yang mengubah ulat menjadi
kupu-kupu. Kupu-kupu sebelum mendapatkan bentuknya yang indah ia hanyalah
seekor ulat kecil yang bagi sebagian orang terlihat menakutkan, menjijikan, bahkan
mengerikan. Tetapi ketika ia telah berubah menjadi seekor kupu-kupu, ia sangat
cantik dan sangat indah dipandang. Demikianlah jika kita berbicara mengenai
persahabatan. Persahabatan yang sejati atau seorang sahabat yang sejati dapat
mengubah segala hal yang dipandang buruk atau segala keburukan menjadi kebaikan
dan bukannya semakin membuat jauh lebih buruk lagi. Dari kisah mengenai
persahabatan Daud dan Yonatan ada beberapa ciri seorang sahabat yang sejati. Apakah yang menjadi ciri-ciri seorang
sahabat sejati itu?
1.
Seorang
sahabat sejati mengasihi sahabatnya seperti dirinya sendiri (ay 1,3, 20:17). Yonatan
mengasihi Daud dengan sepenuh hatinya bahkan dikatakan seperti ia mengasihi
dirinya sendiri, demikian pula Daud kepada Yonatan. Kata mengasihi dalam bahasa
aslinya menggunakan kata אָהַב 'ahab {aw-hab'} or אָהֵב
'aheb {aw-habe'} yang artinya
mencintai atau mengasihi “to love”.
Kata “ahab” sendiri digunakan untuk menunjukan kasih manusia kepada manusia
sebagai objek kasihnya “human love for
human object”. Maka yang menjadi ciri pertama seorang sahabat sejati ialah
ia mengasihi atau mencintai sahabatnya seperti dirinya sendiri, bukan karena
ada keuntungan yang ia peroleh tetapi tulus dari dasar hati yang paling dalam.
2.
Seorang sahabat sejati akan menepati atau membuktikan
janjinya (ay 3, 20:12-17, 42). Yonatan adalah seorang sahabat yang sejati bagi Daud.
Dalam terjemahan BIS untuk ayat ketiga dikatakan “Karena itu Yonatan bersumpah akan
bersahabat dengan Daud selama-lamanya”. Yonatan tidak hanya sekedar mengikat janji kepada Daud melainkan ia
telah bersumpah untuk bersahabat dengan Daud sampai selama-lamanya. Dan sumpah
ini pun dibuktikannya ketika ia melindungi Daud dari rencana jahat ayahnya.
Yonatan menyuruh Daud segera pergi karena ia tahu bahwa ayahnya telah
merencanakan untuk membunuhnya. Daud telah berjanji kepada Yonatan akan melindungi
keturunannya (20:12-17). Namun, Daud tidak dapat menepati janjinya kepada
Yonatan untuk melindungi keturunan Yonatan. Pada 2 Sam 21:6-8, meskipun Daud
tidak menginginkan kematian Mefiboset yang merupakan keturunan Yonatan, ia pun
harus menyerahkannya ke tangan orang Gibeon karena hutang darah antara mereka
dengan keturunan Saul. Dari kisah ini Daud memanglah tidak dapat menjaga atau melindungi
Mefiboset dari hutang darah tersebut, karena Tuhan pun mengizinkan Mefiboset
mati di tangan orang Gibeon. Namun, Daud telah menunjukan kesetiaannya pada
sumpahnya kepada Yonatan selama
Mefiboset hidup. Mefiboset telah mendapat kasih Daud bahkan ia pun makan
sehidangan dengan Daud.
3.
Seorang sahabat sejati rela berkorban (ay 4). Ketika
Daud akan maju berperang Yonatan rela menanggalkan jubah yang dipakainya untuk
diberikan kepada Daud tidak hanya itu saja. Yonatan juga memberikan baju
perang, pedang, panah hingga ikat pinggangnya, semua diberikannya kepada Daud.
Kata memberikan dalam bahasa aslinya ialah נָתַן (nathan) “to give, put, set” yang artinya
memberikan atau menyerahkan. Dalam ayat ini tidak dikatakan bahwa Yonatan
menjual barangnya kepada Daud tetapi dikatakan bahwa ia memberikan bahkan
menyerahkan semua perlengkapan perangnya mulai dari jubah hingga ikat
pinggangnya yakni barang terkecil kepada Daud dengan cuma-cuma. Hal ini
menunjukan betapa perhatianya ia kepada Daud. Bahkan ia rela memberikan apa
yang ia punya.
Dari renungan ini kita belajar dari kehidupan Daud dan
Yonatan, mereka telah menunjukan ciri-ciri dari seorang sahabat sejati. Seorang
sahabat sejati adalah seorang yang mengasihi sahabatnya seperti dirinya
sendiri, membuktikan janjinya tidak sekedar janji palsu dan yang terakhir ia
rela berkorban.
Dari ketiga hal
ini pertanyaannya apakah kita telah menjadi sahabat sejati bagi sahabat-sahabat
kita? tentunya hanya kita dan Tuhanlah yang tahu. Satu hal yang pasti kita
memiliki seorang sahabat sejati yang tidak pernah ingkar janji kepada kita,
selalu mengasihi kita bahkan rela berkorban bagi kita yakni Yesus Kristus yang
telah mati untuk dosa-dosa kita. Amin, Tuhan Yesus
memberkati (Stella Mulalinda).
DISERTAI
TUHAN
1
Samuel 18:6-30
Tak sedetik pun Tuhan meninggalkan
umatNya. Tuhan selalu menyertai orang-orang yang dipilihNya. Dalam nats ini
mengisahkan perbedaan antara Daud dan Saul. Saul yang tadinya merupakan orang
yang disertai Tuhan tetapi pada akhirnya karena, kesalahan yang diperbuatnya
Tuhan tidak menyertainya lagi dan Tuhan menyertai Daud. Bagaimanakah ciri-ciri orang yang disertai Tuhan itu?
1.
Dilindungi
Tuhan (ay 10 -11). Nats ini mengisahkan
tentang Saul dalam amarahnya ia berusaha untuk membunuh Daud. Pada ayat ke 11
menjelaskan bagaimana Saul ingin
membunuh Daud dengan melemparkan tombak kepadanya. Tetapi, disinilah nyata
kuasa Tuhan atas orang yang disertaiNya. Firman Tuhan menyatakan bahwa Daud
mampu mengelak sebanyak dua kali ketika Saul melemparkan tombak kearahnya. Hal
ini berarti tidak hanya satu kali Saul mencoba membunuh Daud. Kata “mengelak”
dalam terjemahan versi lainnya diartikan “avoided” menghindarkan (ASV dan KJV),
“escaped” melepaskan, melarikan diri, meloloskan (NAS), “eluded” menghindar
(NIV). Maka berkat pertolongan dan perlindungan Tuhanlah Daud mampu mengelak,
menghindari, atau meloloskan diri dari tombak yang dilemparkan Saul kepadanya.
Hal ini membuktikan bahwa orang yang disertai Tuhan pasti mendapatkan
perlindungan dari padaNya.
2.
Ditakuti
Musuh (ay 12, 15, 29). Saul
melihat bagaimana Tuhan melindungi Daud ketika ia mencoba untuk membunuhnya. Maka saat itu sadarlah
Saul jika Tuhan sekarang menyertai Daud dan tidak menyertai dia lagi. Saul pun
menganggap Daud sebagai musuhnya ia tidak sekedar merasa sangat marah ketika
Daud lebih di puji dari pada dia (ay 8), tetapi sekarang ia pun tahu jika Tuhan
menyertai Daud. Karena, ia tahu bahwa Tuhan menyertai Daud maka Saul pun
menjadi takut terhadapnya. Dalam nats ini kata takut
disebutkan sebanyak 3 kali (ay 12,15,29). Kata takut jika dilihat berdasarkan
bahasa aslinya ialah יָרֵא yare' {yaw-ray'}
yang diartikan takut atau ketakutan. Namun, di ayat 15 kata takut dalam versi
ASV diterjemahkan dengan kata “awe”
yang artinya perasaan terpesona, kagum, hormat. Berdasarkan bahasa asli dan
dalam terjemahan Alkitab dalam versi lain maka seseorang yang disertai Tuhan
tidak hanya dilindungi oleh Tuhan tetapi
ia juga ditakuti musuhnya bahkan dikatakan bahwa ia dikagumi atau dihormati
oleh musuhnya.
3.
Tuhan membuat berhasil (ay 14,15,30). Dalam
nats ini Tuhan membuat segala yang dikerjakan Daud berhasil. Berdasarkan nats
ini ada tiga kata yang digunakan untuk memperlihatkan keberhasilan Daud, yakni
di ayat 14 “Daud berhasil di segala perjalanannya”, ayat 15 “Daud sangat berhasil”,
dan di ayat 30 “Daud lebih berhasil dari semua pegawai Saul, sehingga namanya
sangat masyur”. Dari ketiga ayat ini keberhasilan Daud diungkapkan dengan tiga
kata yakni, berhasil, sangat berhasil dan lebih berhasil. Berhasil berdasarkan
bahasa aslinya menggunakan kata שָׂכַל (sakal)
yang artinya bijaksana atau hati-hati “to be prudent”. Dalam versi lain pun menggunakan kata wisely (bijaksana), successful (berhasil baik), great
success (sangat sukses). Berdasarkan bahasa asli dan terjemahan Alkitab
lainnya menunjukan bahwa seseorang yang disertai Tuhan bukanlah orang yang
biasa-biasa saja melainkan orang yang berhasil dalam segal hal dan tidak hanya
itu dikatakan dalam bahasa aslinya bahwa seseorang yang disertai Tuhan adalah
orang yang bijaksana dan berhati-hati dalam bertindak. Karena, yang
menyertainya bukanlah orang yang biasa-biasa tetapi Tuhan semesta alam.
Dari renungan
ini kita dapat belajar bahwa ketika kita disertai oleh Tuhan maka kita pun akan
dilindunginya, Tuhan akan membuat musuh kita takut atau bahkan kagum kepada
kita dan yang terakhir Tuhan akan membuat apa yang kita kerjakan berhasil serta
kita pun akan dibuatNya menjadi jauh lebih bijaksana dan berhati-hati dalam
bertindak. Oleh sebab itu jangan pernah kita kuatir akan apa pun yang menjadi
penghalang dalam kehidupan kita. Karena, jika Allah dipihak kita siapakah yang
akan menjadi lawan kita (Roma 8:31)? dan jawabannya ialah tidak ada seorang
pun. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
TIDAK
MEMBALAS KEJAHATAN DENGAN KEJAHATAN
1 Samuel 24:1-23
Daud adalah seorang yang gagah
perkasa dan tidak hanya itu saja, Daud juga merupakan orang yang disertai
Tuhan, apa yang ia kerjakan Tuhan membuatnya berhasil. Namun, Daud selalu
dikejar-kejar oleh Saul yang telah menganggapnya sebagai seorang musuh besar
yang harus dimusnahkan. Tetapi Daud tidak pernah membalas kejahatan yang telah
dilakukan Saul terhadapnya bahkan ia tetap memperlakukan Saul dengan baik serta
melindunginya. Ada dua alasan mengapa
Daud tidak mau berbuat jahat terhadap Saul?
1.
Karena,
Daud mengetahui bahwa Saul adalah orang yang diurapi Tuhan (ay 7). Saul
telah berbuat jahat terhadap Daud bahkan ia selalu merancangkan hal-hal yang
membuat Daud celaka. Saul selalu mencari kesempatan untuk membunuh Daud. Namun,
berbeda dengan Daud ia selalu berusaha berlaku baik kepada Saul. Salah satunya
ketika Tuhan menyerahkan Saul di dalam sebuah gua. Tetapi pada kesempatan itu
Daud tidak membunuhnya ia hanya memotong punca jubah Saul, ia membiarkan Saul
hidup. Daud tidak berusaha membalaskan dendamnya kepada Saul karena, Daud
mengenal siapa Saul. Ia tahu bahwa Saul adalah seorang yang diurapi Tuhan dan
ia tahu bahwa ia tidak boleh menjamah atau mencelakakan orang yang telah
diurapi Tuhan, karena itu adalah bagian Tuhan. Kata diurapi dalam bahasa
aslinya menggunakan kata מָשִׁיחַ mashiyach {maw-shee'-akh} yang artinya meminyaki (memberi upacara peminyakan suci)
“anointed” atau dalam terjemahan BIS
diterjemahkan dengan kata “Raja pilihan Tuhan”. Dari bahasa asli mau pun terjemahan BIS jelaslah alasan
pertama mengapa Daud tidak mau menjamah atau menyakiti Saul. Karena, ia tahu
bahwa Saul adalah seseorang yang telah diminyaki atau telah diurapi dalam
upacara peminyakkan atau pengurapan suci yang telah dilakukan Tuhan melalui
Samuel pada saat itu. Daud juga mengetahui bahwa Saul juga merupakan raja
pilihan Tuhan.
2.
Karena, Daud tahu apa yang menjadi bagiannya (ay 13-16). Alasan
kedua mengapa Daud tidak mau menyakiti Saul ialah karena ia tahu apa yang
menjadi bagiannya dan ia tidak mau mengambil posisi Tuhan untuk menjadi hakim
di antara mereka. Daud tidak membela dirinya dengan berusaha mencelakakan Saul
dan ia juga tidak membenarkan dirinya di hadapan Tuhan. Ia justru menyerahkan
perkara yang terjadi kepada Tuhan. Ia menyerahkan agar Tuhanlah yang menjadi
hakim di antara ia dan Saul. Di ayat yang ke
13 Daud menyerahkan perkaranya kepada Tuhan ia memohon agar Tuhanlah yang
menjadi hakim di antara mereka dan membalaskan kejahatan yang setimpal kepada
siapa yang telah berbuat salah. Kata hakim sendiri dalam bahasa aslinya
menggunakan kata שָׁפַט (shaphat)
yang artinya menilai, menghakimi, memutuskan dan mempertimbangkan “to judge, govern”. Dari bahasa aslinya
menyatakan bahwa meskipun Daud mengetahui bahwa sebenarnya yang melakukan
kesalahan ialah Saul, ia tidak mengambil kesempatan itu untuk membalaskan
dendamnya. Tetapi justru ia tetap bersikap baik terhadap Saul. Ia tidak
berusaha membela diri dan membenarkan diri tetapi ia menyerahkan sepenuhnya
kepada keputusan Tuhan. Hal ini terjadi karena ia tahu bahwa untuk memutuskan
apa yang baik atau buruk terhadap seseorang adalah hak Tuhan. Sekali pun orang
tersebut sudah nyata kesalahannya.
Dari
renungan ini ada dua hal yang dapat kita pelajari yakni jangan pernah kita
berusaha membela diri atau membenarkan diri kita biarlah Tuhan yang memutuskan
siapa yang benar dan salah dan balasan apa yang harus kita terimah jika kita
salah. Selain itu jangan pernah kita menyakiti orang yang telah dipilih Tuhan
sebagai hambanya meskipun Tuhan telah undur dari padanya. Ketahuilah bahwa itu
adalah bagian Tuhan dan bukan bagian atau hak kita. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
ALLAH
BAGI DAUD
2
Samuel
22:33
Belajar dari perjalanan kehidupan
Daud, banyak hal yang telah Tuhan nyatakan dalam kehidupannya hingga ia pun
mampu menaikan pujian syukur kepada Tuhan. Daud begitu mengucap syukur atas
kebaikan Allah bagi hidupnya. Siapakah
Allah bagi Daud?
1.
Allah
adalah tempat pengungsian Daud. Dalam terjemahan BIS
dikatakan bahwa “Dialah Allah yang menguatkan aku”, GWN “God arms me with strength” (Tuhan senjataku yang kuat), KJV “God is my strength and power” (Tuhan adalah kekuatan dan tenagaku), NAS “God is my strong fortress” (Tuhan adalah bentengku yang kuat). Dalam bahasa aslinya
“Tempat pengungsian” menggunakan kata מָעוֹז or מָעוּז or מָעֹז or מָעֻז (maoz or mauz or
maoz or mauz) yang
artinya tempat atau cara selamat atau
berlindung “a place or means of safety, protection”. Ungkapan Daud dalam nyanyian syukurnya menyatakan
bahwa Tuhan adalah “tempat pengungsian” mengandung makna yang dalam. Dari
setiap perkara yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan Daud akhirnya Daud
tiba pada pengenalannya tentang siapakah Allah. Bagi Daud Allah adalah
kekuatannya, senjatanya, bentengnya dan Tuhan adalah tempat dan cara ia
memperoleh keselamatan dan perlindungan.
2.
Allah
membuat jalan Daud rata. Bagi Daud Tuhan tidak
hanya sebatas tempat perlindungan, Tuhan juga membuat jalan Daud rata. Dalam
terjemahan BIS dikatakan “membuat jalanku aman”,
GWN “His perfect way sets me free” (Dia membuat sempurna jalanku, mentapkan ku merdeka),
KJV “he maketh my way perfect” (Dia membuat jalanku sempurna), NAS “He sets the blameless in His way” (Dia menetapkan jalanNya suci). Pengenalan kedua yang Daud nyatakan dalam pujiannya ialah
bahwa ia mengenal siapa Allah, selain ia menyadari bahwa Allah adalah tempat
perlindungannya, Daud juga menyadari bahwa Allah menyempurnakan jalannya serta
membuatnya aman dan merdeka.
Berdasarkan dua hal ini, dari setiap peristiwa suka
maupun duka yang telah dilewati Daud, ia menyadari bahwa hanyalah Tuhan yang
menjadi tempatnya berlindung dan hanya Tuhanlah yang mampu membuat jalannya
aman.
Dari renungan
ini maka kita sebagai orang yang percaya harus meyakini bahwa hanya Tuhalah
tempat perlindungan kita dan keselamatan kita, hanya Dialah gunung batu kita,
kota benteng kita dan yang membuat jalan kita sempurna dan yang terutama Ia
membuat kita merdeka dan aman. Karena jalan Tuhan adalah jalan yang Suci, maka
ikutlah jalan Tuhan. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
KEJAHATAN
TIDAK HARUS DIBALAS DENGAN KEJAHATAN
2
Raja-raja 6:22-23
Kebanyakan orang jika disakiti maka
ia akan berusaha untuk menyakiti orang yang telah menyakitinya atau membalas
dendam. Namun, dari nats ini kita akan belajar bahwa tidak baik membalas
kejahatan dengan kejahatan. Kita tidak boleh membalas kejahatan dengan
kejahatan. Apakah yang harus kita lakukan
ketika orang melakukan kejahatan terhadap kita?
1.
Melayaninya.
Nats ini mengisahkan bagaimana tindakan Elisa dalam
peperangan melawan orang-orang Aram. Ketika orang Aram telah mengepung Elisa,
Elisa justru membawa mereka ke tengah-tengah Samaria di tempat tentara Israel
berada. Pada saat itu Raja Israel menanyakan petunjuk Elisa untuk mengahadapi
orang-orang Aram yang pada saat itu justru menjadi tawanan mereka. Namun, Elisa
menjawab bahwa mereka harus menghidangkan makan dan minuman kepada mereka. Dari nats ini kita
melihat tindakan yang dianjurkan Elisa untuk dilakukan oleh Raja Israel,
bukannya dibunuh tetapi orang-orang Aram tersebut dilayani dengan disediakan
makan dan minum. Kata “hidangkanlah” dalam bahasa aslinya ialah שׂוּם suwm {soom} or שִׂים siym {seem} yang artinya letakan, kumpulkan, buat, berikan. Aplikasinya bagi kita ialah apakah kita mampu melayani
orang yang kita tahu ia berniat jahat atau telah melakukan kejahatan kepada
kita. kebanyakan dari kita tidak akan mau melakukan hal tersebut. Justru kita
akan bersukacita jika orang yang telah menyakiti kita itu sedang bersusah atau
bersedih. Dari nats ini hal yang pertama yang harus kita lakukan terhadap orang
yang memiliki niat menyakiti kita atau yang telah melakukan kejahatan kepada
kita ialah kita harus melayani dia.
2.
Membiarkan
dia pergi. Hal kedua yang dikatakan
Elisa kepada Raja Israel ialah membiarkan orang yang berniat jahat kepada
mereka pergi atau membiarkan mereka pulang ke tempat mereka. Dalam kehidupan
kita sehari-hari, jika kita tahu
seseorang akan menyakiti kita tentulah kita tidak akan membiarkan dia pergi
dengan mudah. Mungkin kita akam memberikan pelajaran dulu kepada orang
tersebut, dengan memarahi dia terlebih dahulu atau justru kita menyakiti dia
terlebih dahulu. Tetapi dalam nats ini jauh berbeda apa yang dikatakan oleh
Elisa. Kata
“pulang” dalam bahasa aslinya ialah שָׁלַח (shalach)
yang artinya mengirim. Dari bahasa asli ini kita dapat memahami, hal kedua yang
dilakukan Elisa dan Raja Israel dalam mengahadapi orang yang berniat jahat
kepada mereka ialah setelah mereka dilayani dengan memberikan makan dan minum
mereka dikirimkan pulang atau dibiarkan kembali ke tempat asal mereka. Dia ayat 23 dijelaskan bahwa setelah mereka dilayani dan
dibiarkan kembali mereka tidak pernah kembali lagi “Sejak itu tidak ada lagi
gerombolan-gerombolan Aram memasuki negri Israel”. Firman Tuhan melalui nats
ini jelas menegaskan bahwa kejahatan itu janganlah dibalas dengan kejahatan.
Orang Aram yang berniat jahat kepada bangsa Israel justru mendapatkan
perlakuakn baik dari bangsa Israel. Dan karena tindakan bangsa Israel itu
justru mendatangkan kebaikan kepada bangsa Israel karena orang Aram tidak
kembali lagi ke bangsa Israel. Jika pada saat itu bangsa Israel tidak melakukan
kebaikan kepada orang Aram, pasti perang di antara mereka akan semakin parah.
Aplikasi bagi kita semua ialah ketika orang berusaha menyakiti
kita maka yang harus kita lakukan ialah berbuat baiklah kepada mereka. Karena,
dengan perbuatan baik kita, kita dapat menyadarkan mereka akan tindakan mereka
yang salah. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
JANGAN
MERAGUKAN TUHAN
2
Raja-raja
6:24, 7:19
Nats ini mengisahkan peristiwa
pengepungan Samaria yang menyebabkan bencana kelaparan. Pada saat itu semua
harga makanan menjadi sangat mahal. Hingga harga 1 kab tahi merpati berharga 5
syikal perak (1 kab = 2 liter). Orang-orang Samaria pada saat itu sangat
menderita karena kelaparan bahkan mereka tega memasak dan memakan anak mereka
sendiri.
Kesulitan yang begitu berat justru membuat
Raja dan secara khusus perwira raja pada saat itu tidak mempercayai Firman Tuhan
yang disampaikan oleh Elisa, bahwa Tuhan mampu membalikan keadaan itu menjadi
lebih baik. Perwira itu sungguh-sungguh meragukan kuasa Allah dan akhirnya ia
tertimpah kemalangan. Apakah yang
menimpah perwira yang meragukan Tuhan itu?
Firman Tuhan yang disampaikan
melalui Elisa ialah bahwa “Sesungguhnya engkau akan melihat dengan matamu
sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya”. Dalam BIS dikatakan “"Nanti kau akan melihat hal
itu terjadi, tapi kau tidak akan mengecap makanan itu sedikit pun”. kata melihat רָאָה ra'ah {raw-aw'}
artinya juga melihat, makan אָכַל (akal)
yang artinya juga makan.
Maka
pada pasal 7 ayat 20, Firman Tuhan ini tergenapi karena perwira raja ini mati
terinjak-injak oleh orang-orang Israel yang pergi menjarah di perkemahan orang
Aram yang mengepung mereka. Dan ia benar-benar hanya melihat tanpa menikmati
apa yang dilihatnya.
Aplikasinya
bagi kita setiap orang yang percaya, dari kisah ini kita belajar bahwa Tuhan
mampu mengubah segalanya bahkan yang tidak terpikirkan bagi kita. Mungkin
sebagai manusia adalah sesuatu hal yang mustahil dan tidak akan mungkin
terjadi, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahi. Oleh karena itu jangan
pernah kita meragukan kuasa Allah. Seperti perwira yang ragu ini ia justru
tidak mencapai janji Allah. Ia hanya melihat tanpa mampu menikmatinya, ia hanya
melihat saja dan ia mati tanpa memperoleh apa-apa.
Tentunya
kita semua tidak mau hal yang sama terjadi dalam diri kita. maka percayalah
kepada Tuhan jangan pernah meragukan kuasanya. Karena Tuhan tidak pernah salah
dan Tuhan tidak pernah sekalipun berdusta. Apa yang diucapkannya pasti akan
tergenapi. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
MENGIKUT
TUHAN JANGAN SETENGAH-SETENGAH
2
Raja 14 :1-22, 15:1-7,32-38
Tema renungan ini ialah jangan
mengikuti Tuhan dengan setengah-setengah. Pada renungan ini kita akan belajar
tentang tiga orang raja Yehuda yang mengikuti Tuhan dengan tidak sepenuhnya
melakukan atau menjauhkan apa yang Tuhan benci. Tindakkan yang dilakukan tiga
orang raja ini mendatangkan hukuman Tuhan atas kehidupan mereka. Siapakah ketiga orang raja ini dan apa
sajakah hukuman yang Tuhan timpakan kepada mereka sebagai akibat dari perbuatan
mereka?
1.
Raja
Amazia menderita kekalahan dalam peperangan (14:12). Pada
2 Raja 14:3, menyatakan bahwa Amazia melakukan
apa yang benar di mata Tuhan, hanya bukan seperti Daud bapa leluhurnya.
Dari ayat ini jelaslah bahwa Amazia meskipun ia hidup benar, tetapi ia tidak
sungguh-sungguh dalam melakukannya. Dalam terjemahan BIS “Amazia melakukan yang menyenangkan hati TUHAN, tetapi ia
tidak seperti Daud, leluhurnya. Seperti ayahnya, (2Ki 14:3 BIS)”.
Dalam bahasa aslinya kata benar
menggunakan kata, יָשָׁר yashar {yaw-shawr'} (Meaning: straight, upright, correct, right) yang artinya lurus, jujur, sungguh-sungguh, tulus,
tepat, dll. Dari ayat ini berdasarkan bahasa aslinya telah menyatakan bahwa
Amazia telah melakukan apa yang tulus, jujur, sungguh-sunggu dihadapan Tuhan
namun, ia tidak seperti Daud. Alasannya ialah karena ia tidak menjauhkan atau
meruntuhkan tempat pengorbanan atau tempat penyembahan dewa (“ia pun tidak meruntuhkan
tempat-tempat penyembahan dewa, (2Ki 14:4 BIS)”). Karena, ketidak sungguhannya untuk mengikuti Tuhan
ini, ia ketika kerajaannya telah kokoh dan ia telah melakukan banyak tindakkan
kepahlawanan, Amazia pun jatuh dalam dosa
tinggi hati (ay 10). Dan akhirnya Tuhan mendatangkan malapetaka
kepadanya. Ia pun dikalahkan oleh Raja Israel Yoas dan ia ditangkap olehnya (ay
13). Hingga pada akhirnya ia mati terbunuh (2 Taw 25:27).
2.
Raja Azarya menerima tulah (sakit kusta) (15: 5). Raja Azarya juga melakukan hal yang sama
seperti Amazia. Ia pun tidak meruntuhkan tempat penyembahan dewa pada masa itu.
Di ayat ke 5 dijelaskan bahwa Allah menimpahkan tulah atas Azarya, yakni
penyakit kusta hingga ia mati. Karena perbuatannya Azarya pun menderita
penyakit hingga akhir hidupnya. Dalam terjemahan BIS “TUHAN membuat dia menderita
penyakit kulit yang mengerikan, dan sampai ia meninggal, penyakitnya itu tidak
sembuh-sembuh. (2Ki 15:5 BIS)”.
3.
Raja
Yotam mendapatkan serangan (15:37). Raja Yotam juga melakukan
hal yang sama dengan kedua raja yang sebelumnya, 2 Rj 15:37 “Mulai zaman itu TUHAN menyuruh
Rezin, raja Aram, dan Pekah bin Remalya, menyerang Yehuda.
(2Ki 15:37 ITB)” Berdasarkan Firman
Tuhan ini, maka jelaslah bahwa tindakan Yotam ini mendatangkan hukuman atasnya
karena ia tidak lagi mendapatkan perlindungan dari Tuhan melainkan ia
mendapatkan serangan dari lawannya.
Aplikasinya bagi kita ialah dari
kisah tentang tiga raja ini yang hidupnya tidak seratus persen melakukan
perintah Tuhan kita dapat belajar bahwa, jika kita tidak sungguh-sungguh
berbalik kepada Tuhan hal itu akan mendatangkan hukuan atas kita. Hukuman Tuhan
itu tidak sama bagi semua orang, seperti tiga orang raja ini mereka ada yang
mengalami kekalahan dalam peperangan, ada yang menderita penyakit hinggga akhir
hidupnya dan ada pula mendapatkan serangan dari musuhnya.
Oleh karena itu, marilah kita
berbalik dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan jangan setengah-setengah, karena
jika kita tidak sungguh-sungguh kita tidak akan pernah tahu apa yang akan
menimpa kita sebagai hukuman dari Tuhan. Amin,
Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
HUKUMAN
TUHAN
1
Tawarikh
21:13
Daud telah melakukan suatu tindakan
yang bodoh dengan melakukan hal yang dipandang jahat oleh Tuhan. Karena
perbuatannya itu bangsa Israel harus menanggung akibatnya. Daud pun disuruh
memilih hukuman apakah yang harus ditanggung oleh rakyatnya. Daud pun memilih
hukuman dari pada Tuhan. Pertanyaannya, mengapa
Daud memilih hukuman dari Tuhan secara langsung dari pada hukuman Tuhan melalui
sarana manusia?
1.
Karena,
Daud tahu bahwa sangat besar kasih sayang Tuhan (ay 13). Kasih
sayang dalam ayat 13 berdasarkan bahasa aslinya ialah רַחַם (racham) (Meaning: compassion) artinya perasaan
kasihan/terharu. Dalam versi NAS digunakan kata mercies yang artinya kemurahan
hati, belaskasihan, rahmat, dll. Berdasarkan studi kata ini dapat dilihat bahwa
Daud memahami bahwa Allah memiliki rasa belaskasihan yang begitu besar terhadap
umatnya. Maka ia meyakini ketika ia dihukum langsung oleh Tuhan, hukuman itu
pun merupakan bentuk kasih Allah yang tidak akan berlarut-larut atau
berlangsung lama. Terbukti di ayat yang ke 15, dikatakan bahwa menyesalah
Allah.
2.
Karena,
Daud memahami bahwa murka Tuhan tidak akan membinasakan umat pilihannya (ay 15). Alasan kedua masih berkaitan dengan alasan yang pertama.
Daud tahu bahwa Allah tidak akan dengan mudahnya menghabisi nyawa semua mahluk
ciptaannya, terlebih lagi bangsa pilihannya. Oleh karena itu, Daud memilih
untuk dihukum oleh Tuhan. Dan terbukti di ayat 15 ini Tuhan mengucapkan kata
“cukup ” kepada malaikat pemusnah itu. Kata cukup dalam bahasa aslinya ialah רַב rab {rab} (Meaning: abundant, enough) yang artinya berlimpah ruah atau cukup. Dengan kata lain
Tuhan memerintahkan kepada malaikat itu untuk berhenti menghukum bangsa Israel
pada saat itu.
Dari kisah ini kita belajar bahwa terkadang kita pun
melakukan hal yang konyol dan bodoh dihadapan Tuhan. Maka marilah kita
mencontoh Daud untuk siap sedia menerima hukuman yang langsung dari pada Tuhan.
Kita harus menyadari bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang penuh kasih sayang dan
yang tidak akan menghukum kita melampaui kekuatan kita. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
SIAP
SEDIALAH
2
Tawarikh
22:2-16
Seorang jendral atau komandan dalam
perang, sebelum masuk dalam medan perang ia harus menyiapkan setiap
perlengkapannya untuk berperang. Ia tidak hanya siap secara jasmani namun, ia
juga siap secara rohani. Selain itu ia juga harus menyiapkan perlengkapan untuk
prajurit-prajuritnya berperang. Tidak mungkin ia membiarkan prajuritnya
berperang tanpa ada peralatan perang, karena itu sama saja dengan bunuh diri.
Demikianlah dalam nats ini, Daud
ingin membangun Bait Suci bagi Tuhan. Tetapi Tuhan berfirman bahwa bukan dia
yang akan membangun melainkan anaknya. Oleh karena itu ia sebagai seorang
pemimpin saat itu harus berusaha menyediakan setiap kebutuhan yang akan digunakan
untuk pembangunan Bait Suci itu. Pertanyaannya, Apa sajakah yang harus dipersiapkan oleh Daud?
1.
Daud
harus mempersiapkan Salomo (ay 5-13). Mengapa Daud harus
mempersiapkan Salomo? alasannya ialah karena pada ayat ke 5 dikatakan bahwa
Daud menganggap bahwa Salomo masih muda dan kurang berpengalaman. Sedangkan
Daud sendiri mempunyai tujuan atau harapan ke depan yang begitu besar. Kata
kurang berpengalaman dalam bahasa aslinya ialah רַךְ rak {rak} (Meaning: tender, soft, delicate, weak, tender, delicate
(of flesh), weak of heart, timid, soft (of words), gentle words (subst)) yang artinya ialah lembut atau lemah. Dalam terjemahan
lain juga diartikan dengan kata kurang berpengalaman (inexperienced). Pada saat itu dalam pemandangan Daud, Salomo anaknya adalah
seorang yang masih muda dan lemah. Namun, ia tahu bahwa rencana Tuhan pasti
tidak akan gagal. Maka Daud pun berinisiatif untuk menyediakan terlebih dahulu
apa yang dibutuhkan untuk pembangunan Bait Suci. Dengan harapan bahwa Salomo
pun dapat melihat dan mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Daud ayahnya.
Seperti pada ayat yang ke 14, Daud berharap bahwa Salomo dapat menambahkan lagi bahan-bahan apa yang
dibutuhkan. Selain Daud memberikan contoh
kepada Salomo, ada satu hal penting yang sebenarnya paling utama yang Daud
persiapkan dalam diri Salomo yaitu agar Salomo memelihara Taurat Tuhan. Karena,
Daud tahu dengan memelihara Taurat Tuhan (ay 12) dan hidup takut akan Tuhan
maka apa saja yang akan dikerjakan pasti Tuhan akan membuatnya berhasil.
2.
Daud
harus mempersiapkan dirinya sendiri (ay 7-8). Selain
Daud harus mempersiapkan Salomo, persiapan yang tidak kalah utama ialah ia
harus mempersiapkan dirinya sendiri. Terjemahan BIS mengatakan bahwa Sebab Salomo putraku masih muda
dan kurang pengalaman, sedangkan Rumah TUHAN yang akan dibangunnya itu harus
sangat megah dan termasyhur di seluruh dunia. (ay 5)". Daud
mempunyai impian yang besar akan Bait Suci yang sebenarnya ia ingin dirikan.
pada ayat ke 7 (BIS), dikatakan bahwa “Anakku, sudah lama aku berniat mendirikan sebuah rumah
untuk menghormati TUHAN Allahku” Namun,
ketika itu Firman Tuhan menegaskan bahwa anaknya yang harus mendirikan, maka
Daud pun harus berbesar hati menerima keputusan Tuhan tersebut. Ia harus
mempersiapkan dirinya untuk tidak egois dan mengambil keputusan berdasarkan
kehendaknya sendiri dan ia harus mempersiapkan dirinya untuk mampu mempercayai
kemampuan anaknya. Meski pun pada pemandangannya anaknya masih seorang anak
yang lemah. Bagi
seorang seperti Daud yang telah memiliki pengalaman hidup yang panjang akan
sulit baginya untuk mempercayakan suatu proyek yang besar kepada seseorang yang
dianggapnya tidak berpengalaman. Tetapi di sini Daud setia dan taat kepada
perintah Tuhan. Ia menyadari bahwa ia bukan siapa-siapa tanpa Tuhan dan Tuhan
sanggup melakukan apa pun yang dikehendakinya.
3.
Daud
mempersiapkan setiap kebutuhan (ay 16). Setelah
Daud mempersiapkan Salomo baik secara jasmani mau pun rohani, ia pun
mempersiapkan dirinya untuk menerima rencana Allah dan yang terakhir ia
menyiapkan semua kebutuhan-kebutuhan untuk pembangunan. Daud mewujudnyatakan
niatnya untuk membangun Bait Suci dengan mempersiapkan semua bahan yang
dibutuhkan. Tidak sedikit bahan yang Daud siapkan tetapi hal ini tidak
membuatnya lelah justru semakin membuatnya semangat. Karena, ia telah melihat
ke depan meski pun bukan ia yang akan mendirikan Bait Suci tersebut, tetapi ia
telah meyakini bahwa bait suci itu akan berdiri dengan kokoh oleh pertolongan
Tuhan melalui Salomo anaknya.
Aplikasinya bagi kita ialah apa pun
rencana kita ke depan kita harus mampu mempersiapkan semuanya dengan baik dan
menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan serta mentaati apa yang menjadi kehendak
Tuhan. Seperti Daud ia hanya dapat berencana tetapi Tuhanlah yang menentukan.
Demikian pula kita dalam kehidupan kita.
Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
SANDARAN
YANG TEPAT
2
Tawarikh 16:1-14
Asa merupakan seorang raja yang
benar di mata Tuhan. Ketika Zerah orang Etiophia menyerang dia, dia berseru
kepada Tuhan dan Tuhan menolong dia (2 Taw 14:9-11). Namun, hal ini tidak
bertahan lama, pada tahun ketiga puluh enam pemerintahannya, ketika Baesa raja
Israel datang menyerang dia, Asa justru melakukan perjanjian dengan Aram.
Akhirnya Tuhan tidak menyertai dia lagi dan Firman Tuhan kepadanya mulai saat
itu Asa akan mengalami peperangan (ay 9). Mengapa
Asa akhirnya mengalami peperangan?
1.
Karena,
Asa bersandar kepada Aram (ay 7). Ketika Asa mendengar
bahwa Baesa akan menyerangnya ia telah salah mengambil keputusan. Ketika di
pasal sebelumnya waktu Zerah datang menyerang dia, Asa berseru kepada Tuhan
untuk meminta pertolongan. Tetapi berbeda ketika Baesa datang menyerangnya ia
justru datang kepada Aram dan membuat perjanjian dengan dia. Asa tidak belajar
dari pengalamannya, seharusnya ia yang telah melihat kuasa Allah yang telah
memberikan pertolongan kepadanya. Ia tetap meyakini dan tetap bersandar terus
kepada Allah dan bukannya mencari perlindungan dari pada manusia. Hal ini telah
membuat Allah marah terhadapnya. Kata bersandar dalam bahasa aslinya ialah שָׁעַן sha`an {shaw-an'} (Meaning: to lean on, trust in) yang artinya bersandar, condong, percaya. Jadi, alasan
pertama mengapa Asa mengalami peperangan ialah karena ia tidak bersandar,
mencondongkan, atau percaya kepada Tuhan, melainkan kepada Raja Aram.
2.
Karena,
Asa melakukan tindakan bodoh (ay 9). Alasan
kedua mengapa Asa mengalami peperangan ialah karena ia telah melakukan tindakan
bodoh dengan tidak bersungguh hati kepada Tuhan. Padahal Allah mengetahui
setiap hal yang terjadi pada umatnya. Kata “bodoh” dalam bahasa aslinya ialah סָכַל cakal {saw-kal'} (Meaning: to be foolish, be a fool) artinya menjadi bodoh, tolol, nekad, goblok, orang
gila. Berdasarkan arti dalam bahasa aslinya dapat dipahami bahwa tindakan yang
dilakukan oleh Asa bagi Tuhan adalah suatu tindakan yang tidak hanya bodoh,
tetapi juga suatu tindakan yang tolol, goblok, nekad bahkan merupakan tindakan
orang gila. Hal ini sangat jelas mengapa
tindakan Asa dikatakan adalah tindakan yang bodoh. Karena, Asa sebelumnya
pernah mengalami hal yang sama, ia pernah didatangi oleh orang Ethiopia untuk
berperang tetapi pada saat itu ia berseru kepada Tuhan dan hal itu merupakan
tindakan yang tepat dan Tuhan pun menolongnya. Seharusnya ia tetap bersandar
kepada Tuhan dan bersungguh hati kepadaNya karena dia pun pernah merasakan
pertolongan Tuhan sebelumnya. Kata bersungguh
dalam bahasa aslinya ialah שָׁלֵם shalem {shaw-lame'} (Meaning: complete, safe, peaceful,
perfect, whole, full, at peace)
artinya lengkap, sempurna, yang menyeluruh, kuat, tepat, tenang, penuh, damai.
Berdasarkan bahasa aslinya maka tindakan yang harus dilakukan Asa ialah ia
seharusnya memiliki hati yang seluruhnya bersandar kepada Tuhan dan tetap kuat,
tenang dan memiliki hati yang damai di dalam Tuhan. Bukan sebaliknya ia
kehilangan damai dihatinya ketika ia di datangi oleh Baesa.
Dari dua alasan ini kita belajar bahwa kita harus memilik
sandaran yang tepat dalam mengahadapi setiap persoalan hidup yaitu Tuhan kita
dan jangan kita bertindak bodoh atau nekad melainkan kita harus tetap tenang di
dalam Tuhan dan bersungguh hati di dalamnya. Karena, kita tahu bahwa Tuhan
sanggup memberikan pertolongan dan jalan keluar kepada kita semua yang
bersandar dan percaya kepadaNya. Amin, Tuhan Yesus
memberkati (Stella Mulalinda).
Komentar
Posting Komentar