Kumpulan Renungan Semester VII Part 3 (STTIP)


SAHABAT SEJATI
1 Samuel 18:1-5
            Ada salah satu lirik lagu yang mengatakan persahabatan bagaikan kepompong yang mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Kupu-kupu sebelum mendapatkan bentuknya yang indah ia hanyalah seekor ulat kecil yang bagi sebagian orang terlihat menakutkan, menjijikan, bahkan mengerikan. Tetapi ketika ia telah berubah menjadi seekor kupu-kupu, ia sangat cantik dan sangat indah dipandang. Demikianlah jika kita berbicara mengenai persahabatan. Persahabatan yang sejati atau seorang sahabat yang sejati dapat mengubah segala hal yang dipandang buruk atau segala keburukan menjadi kebaikan dan bukannya semakin membuat jauh lebih buruk lagi. Dari kisah mengenai persahabatan Daud dan Yonatan ada beberapa ciri seorang sahabat yang sejati. Apakah yang menjadi ciri-ciri seorang sahabat sejati itu?
1.      Seorang sahabat sejati mengasihi sahabatnya seperti dirinya sendiri (ay 1,3, 20:17). Yonatan mengasihi Daud dengan sepenuh hatinya bahkan dikatakan seperti ia mengasihi dirinya sendiri, demikian pula Daud kepada Yonatan. Kata mengasihi dalam bahasa aslinya menggunakan kata אָהַב 'ahab {aw-hab'} or אָהֵב 'aheb {aw-habe'} yang artinya mencintai atau mengasihi “to love”. Kata “ahab” sendiri digunakan untuk menunjukan kasih manusia kepada manusia sebagai objek kasihnya “human love for human object”. Maka yang menjadi ciri pertama seorang sahabat sejati ialah ia mengasihi atau mencintai sahabatnya seperti dirinya sendiri, bukan karena ada keuntungan yang ia peroleh tetapi tulus dari dasar hati yang paling dalam.
2.      Seorang sahabat sejati akan menepati atau membuktikan janjinya (ay 3, 20:12-17, 42). Yonatan adalah seorang sahabat yang sejati bagi Daud. Dalam terjemahan BIS untuk ayat ketiga dikatakan “Karena itu Yonatan bersumpah akan bersahabat dengan Daud selama-lamanya”. Yonatan tidak hanya sekedar mengikat janji kepada Daud melainkan ia telah bersumpah untuk bersahabat dengan Daud sampai selama-lamanya. Dan sumpah ini pun dibuktikannya ketika ia melindungi Daud dari rencana jahat ayahnya. Yonatan menyuruh Daud segera pergi karena ia tahu bahwa ayahnya telah merencanakan untuk membunuhnya.  Daud telah berjanji kepada Yonatan akan melindungi keturunannya (20:12-17). Namun, Daud tidak dapat menepati janjinya kepada Yonatan untuk melindungi keturunan Yonatan. Pada 2 Sam 21:6-8, meskipun Daud tidak menginginkan kematian Mefiboset yang merupakan keturunan Yonatan, ia pun harus menyerahkannya ke tangan orang Gibeon karena hutang darah antara mereka dengan keturunan Saul. Dari kisah ini Daud memanglah tidak dapat menjaga atau melindungi Mefiboset dari hutang darah tersebut, karena Tuhan pun mengizinkan Mefiboset mati di tangan orang Gibeon. Namun, Daud telah menunjukan kesetiaannya pada sumpahnya kepada Yonatan selama  Mefiboset hidup. Mefiboset telah mendapat kasih Daud bahkan ia pun makan sehidangan dengan Daud.
3.      Seorang sahabat sejati rela berkorban (ay 4). Ketika Daud akan maju berperang Yonatan rela menanggalkan jubah yang dipakainya untuk diberikan kepada Daud tidak hanya itu saja. Yonatan juga memberikan baju perang, pedang, panah hingga ikat pinggangnya, semua diberikannya kepada Daud. Kata memberikan dalam bahasa aslinya ialah נָתַן (nathan)to give, put, set” yang artinya memberikan atau menyerahkan. Dalam ayat ini tidak dikatakan bahwa Yonatan menjual barangnya kepada Daud tetapi dikatakan bahwa ia memberikan bahkan menyerahkan semua perlengkapan perangnya mulai dari jubah hingga ikat pinggangnya yakni barang terkecil kepada Daud dengan cuma-cuma. Hal ini menunjukan betapa perhatianya ia kepada Daud. Bahkan ia rela memberikan apa yang ia punya.
Dari renungan ini kita belajar dari kehidupan Daud dan Yonatan, mereka telah menunjukan ciri-ciri dari seorang sahabat sejati. Seorang sahabat sejati adalah seorang yang mengasihi sahabatnya seperti dirinya sendiri, membuktikan janjinya tidak sekedar janji palsu dan yang terakhir ia rela berkorban.
Dari ketiga hal ini pertanyaannya apakah kita telah menjadi sahabat sejati bagi sahabat-sahabat kita? tentunya hanya kita dan Tuhanlah yang tahu. Satu hal yang pasti kita memiliki seorang sahabat sejati yang tidak pernah ingkar janji kepada kita, selalu mengasihi kita bahkan rela berkorban bagi kita yakni Yesus Kristus yang telah mati untuk dosa-dosa kita. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

DISERTAI TUHAN
1 Samuel 18:6-30
Tak sedetik pun Tuhan meninggalkan umatNya. Tuhan selalu menyertai orang-orang yang dipilihNya. Dalam nats ini mengisahkan perbedaan antara Daud dan Saul. Saul yang tadinya merupakan orang yang disertai Tuhan tetapi pada akhirnya karena, kesalahan yang diperbuatnya Tuhan tidak menyertainya lagi dan Tuhan menyertai Daud. Bagaimanakah ciri-ciri orang yang disertai Tuhan itu?
1.      Dilindungi Tuhan (ay 10 -11). Nats ini mengisahkan tentang Saul dalam amarahnya ia berusaha untuk membunuh Daud. Pada ayat ke 11 menjelaskan  bagaimana Saul ingin membunuh Daud dengan melemparkan tombak kepadanya. Tetapi, disinilah nyata kuasa Tuhan atas orang yang disertaiNya. Firman Tuhan menyatakan bahwa Daud mampu mengelak sebanyak dua kali ketika Saul melemparkan tombak kearahnya. Hal ini berarti tidak hanya satu kali Saul mencoba membunuh Daud. Kata “mengelak” dalam terjemahan versi lainnya diartikan “avoided” menghindarkan (ASV dan KJV), “escaped” melepaskan, melarikan diri, meloloskan (NAS), “eluded” menghindar (NIV). Maka berkat pertolongan dan perlindungan Tuhanlah Daud mampu mengelak, menghindari, atau meloloskan diri dari tombak yang dilemparkan Saul kepadanya. Hal ini membuktikan bahwa orang yang disertai Tuhan pasti mendapatkan perlindungan dari padaNya.
2.      Ditakuti Musuh (ay 12, 15, 29). Saul melihat bagaimana Tuhan melindungi Daud ketika ia mencoba  untuk membunuhnya. Maka saat itu sadarlah Saul jika Tuhan sekarang menyertai Daud dan tidak menyertai dia lagi. Saul pun menganggap Daud sebagai musuhnya ia tidak sekedar merasa sangat marah ketika Daud lebih di puji dari pada dia (ay 8), tetapi sekarang ia pun tahu jika Tuhan menyertai Daud. Karena, ia tahu bahwa Tuhan menyertai Daud maka Saul pun menjadi takut terhadapnya. Dalam nats ini kata takut disebutkan sebanyak 3 kali (ay 12,15,29). Kata takut jika dilihat berdasarkan bahasa aslinya ialah  יָרֵא yare' {yaw-ray'} yang diartikan takut atau ketakutan. Namun, di ayat 15 kata takut dalam versi ASV diterjemahkan dengan kata “awe” yang artinya perasaan terpesona, kagum, hormat. Berdasarkan bahasa asli dan dalam terjemahan Alkitab dalam versi lain maka seseorang yang disertai Tuhan tidak hanya dilindungi oleh Tuhan tetapi  ia juga ditakuti musuhnya bahkan dikatakan bahwa ia dikagumi atau dihormati oleh musuhnya.
3.      Tuhan membuat berhasil (ay 14,15,30). Dalam nats ini Tuhan membuat segala yang dikerjakan Daud berhasil. Berdasarkan nats ini ada tiga kata yang digunakan untuk memperlihatkan keberhasilan Daud, yakni di ayat 14 “Daud berhasil di segala perjalanannya”, ayat 15 “Daud sangat berhasil”, dan di ayat 30 “Daud lebih berhasil dari semua pegawai Saul, sehingga namanya sangat masyur”. Dari ketiga ayat ini keberhasilan Daud diungkapkan dengan tiga kata yakni, berhasil, sangat berhasil dan lebih berhasil. Berhasil berdasarkan bahasa aslinya menggunakan kata שָׂכַל (sakal) yang artinya bijaksana atau hati-hati “to be prudent”.  Dalam versi lain pun menggunakan kata wisely (bijaksana), successful (berhasil baik), great success (sangat sukses). Berdasarkan bahasa asli dan terjemahan Alkitab lainnya menunjukan bahwa seseorang yang disertai Tuhan bukanlah orang yang biasa-biasa saja melainkan orang yang berhasil dalam segal hal dan tidak hanya itu dikatakan dalam bahasa aslinya bahwa seseorang yang disertai Tuhan adalah orang yang bijaksana dan berhati-hati dalam bertindak. Karena, yang menyertainya bukanlah orang yang biasa-biasa tetapi Tuhan semesta alam.
Dari renungan ini kita dapat belajar bahwa ketika kita disertai oleh Tuhan maka kita pun akan dilindunginya, Tuhan akan membuat musuh kita takut atau bahkan kagum kepada kita dan yang terakhir Tuhan akan membuat apa yang kita kerjakan berhasil serta kita pun akan dibuatNya menjadi jauh lebih bijaksana dan berhati-hati dalam bertindak. Oleh sebab itu jangan pernah kita kuatir akan apa pun yang menjadi penghalang dalam kehidupan kita. Karena, jika Allah dipihak kita siapakah yang akan menjadi lawan kita (Roma 8:31)? dan jawabannya ialah tidak ada seorang pun. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
 
TIDAK MEMBALAS KEJAHATAN DENGAN KEJAHATAN
1 Samuel 24:1-23
            Daud adalah seorang yang gagah perkasa dan tidak hanya itu saja, Daud juga merupakan orang yang disertai Tuhan, apa yang ia kerjakan Tuhan membuatnya berhasil. Namun, Daud selalu dikejar-kejar oleh Saul yang telah menganggapnya sebagai seorang musuh besar yang harus dimusnahkan. Tetapi Daud tidak pernah membalas kejahatan yang telah dilakukan Saul terhadapnya bahkan ia tetap memperlakukan Saul dengan baik serta melindunginya. Ada dua alasan mengapa Daud tidak mau berbuat jahat terhadap Saul?
1.      Karena, Daud mengetahui bahwa Saul adalah orang yang diurapi Tuhan (ay 7). Saul telah berbuat jahat terhadap Daud bahkan ia selalu merancangkan hal-hal yang membuat Daud celaka. Saul selalu mencari kesempatan untuk membunuh Daud. Namun, berbeda dengan Daud ia selalu berusaha berlaku baik kepada Saul. Salah satunya ketika Tuhan menyerahkan Saul di dalam sebuah gua. Tetapi pada kesempatan itu Daud tidak membunuhnya ia hanya memotong punca jubah Saul, ia membiarkan Saul hidup. Daud tidak berusaha membalaskan dendamnya kepada Saul karena, Daud mengenal siapa Saul. Ia tahu bahwa Saul adalah seorang yang diurapi Tuhan dan ia tahu bahwa ia tidak boleh menjamah atau mencelakakan orang yang telah diurapi Tuhan, karena itu adalah bagian Tuhan. Kata diurapi dalam bahasa aslinya menggunakan kata מָשִׁיחַ mashiyach {maw-shee'-akh} yang artinya meminyaki (memberi upacara peminyakan suci) “anointed” atau dalam terjemahan BIS diterjemahkan dengan kata “Raja pilihan Tuhan”. Dari bahasa asli mau pun terjemahan BIS jelaslah alasan pertama mengapa Daud tidak mau menjamah atau menyakiti Saul. Karena, ia tahu bahwa Saul adalah seseorang yang telah diminyaki atau telah diurapi dalam upacara peminyakkan atau pengurapan suci yang telah dilakukan Tuhan melalui Samuel pada saat itu. Daud juga mengetahui bahwa Saul juga merupakan raja pilihan Tuhan.
2.      Karena, Daud tahu apa yang menjadi bagiannya (ay 13-16). Alasan kedua mengapa Daud tidak mau menyakiti Saul ialah karena ia tahu apa yang menjadi bagiannya dan ia tidak mau mengambil posisi Tuhan untuk menjadi hakim di antara mereka. Daud tidak membela dirinya dengan berusaha mencelakakan Saul dan ia juga tidak membenarkan dirinya di hadapan Tuhan. Ia justru menyerahkan perkara yang terjadi kepada Tuhan. Ia menyerahkan agar Tuhanlah yang menjadi hakim di antara ia dan Saul. Di ayat yang ke 13 Daud menyerahkan perkaranya kepada Tuhan ia memohon agar Tuhanlah yang menjadi hakim di antara mereka dan membalaskan kejahatan yang setimpal kepada siapa yang telah berbuat salah. Kata hakim sendiri dalam bahasa aslinya menggunakan kata שָׁפַט (shaphat) yang artinya menilai, menghakimi, memutuskan dan mempertimbangkan “to judge, govern”. Dari bahasa aslinya menyatakan bahwa meskipun Daud mengetahui bahwa sebenarnya yang melakukan kesalahan ialah Saul, ia tidak mengambil kesempatan itu untuk membalaskan dendamnya. Tetapi justru ia tetap bersikap baik terhadap Saul. Ia tidak berusaha membela diri dan membenarkan diri tetapi ia menyerahkan sepenuhnya kepada keputusan Tuhan. Hal ini terjadi karena ia tahu bahwa untuk memutuskan apa yang baik atau buruk terhadap seseorang adalah hak Tuhan. Sekali pun orang tersebut sudah nyata kesalahannya.
            Dari renungan ini ada dua hal yang dapat kita pelajari yakni jangan pernah kita berusaha membela diri atau membenarkan diri kita biarlah Tuhan yang memutuskan siapa yang benar dan salah dan balasan apa yang harus kita terimah jika kita salah. Selain itu jangan pernah kita menyakiti orang yang telah dipilih Tuhan sebagai hambanya meskipun Tuhan telah undur dari padanya. Ketahuilah bahwa itu adalah bagian Tuhan dan bukan bagian atau hak kita. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).
 
ALLAH BAGI DAUD
2 Samuel 22:33
            Belajar dari perjalanan kehidupan Daud, banyak hal yang telah Tuhan nyatakan dalam kehidupannya hingga ia pun mampu menaikan pujian syukur kepada Tuhan. Daud begitu mengucap syukur atas kebaikan Allah bagi hidupnya. Siapakah Allah bagi Daud?
1.      Allah adalah tempat pengungsian Daud. Dalam terjemahan BIS dikatakan bahwa “Dialah Allah yang menguatkan aku”, GWN “God arms me with strength” (Tuhan senjataku yang kuat), KJV “God is my strength and power” (Tuhan adalah kekuatan dan tenagaku), NAS “God is my strong fortress” (Tuhan adalah bentengku yang kuat). Dalam bahasa aslinya “Tempat pengungsian” menggunakan kata מָעוֹז or מָעוּז or מָעֹז or מָעֻז (maoz or mauz or maoz or mauz) yang artinya  tempat atau cara selamat atau berlindung “a place or means of safety, protection”. Ungkapan Daud dalam nyanyian syukurnya menyatakan bahwa Tuhan adalah “tempat pengungsian” mengandung makna yang dalam. Dari setiap perkara yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan Daud akhirnya Daud tiba pada pengenalannya tentang siapakah Allah. Bagi Daud Allah adalah kekuatannya, senjatanya, bentengnya dan Tuhan adalah tempat dan cara ia memperoleh keselamatan dan perlindungan.
2.      Allah membuat jalan Daud rata. Bagi Daud Tuhan tidak hanya sebatas tempat perlindungan, Tuhan juga membuat jalan Daud rata. Dalam terjemahan BIS dikatakan “membuat jalanku aman”, GWN “His perfect way sets me free” (Dia membuat sempurna jalanku, mentapkan ku merdeka), KJV “he maketh my way perfect” (Dia membuat jalanku sempurna), NAS “He sets the blameless in His way” (Dia menetapkan jalanNya suci). Pengenalan kedua yang Daud nyatakan dalam pujiannya ialah bahwa ia mengenal siapa Allah, selain ia menyadari bahwa Allah adalah tempat perlindungannya, Daud juga menyadari bahwa Allah menyempurnakan jalannya serta membuatnya aman dan merdeka.
Berdasarkan dua hal ini, dari setiap peristiwa suka maupun duka yang telah dilewati Daud, ia menyadari bahwa hanyalah Tuhan yang menjadi tempatnya berlindung dan hanya Tuhanlah yang mampu membuat jalannya aman.
Dari renungan ini maka kita sebagai orang yang percaya harus meyakini bahwa hanya Tuhalah tempat perlindungan kita dan keselamatan kita, hanya Dialah gunung batu kita, kota benteng kita dan yang membuat jalan kita sempurna dan yang terutama Ia membuat kita merdeka dan aman. Karena jalan Tuhan adalah jalan yang Suci, maka ikutlah jalan Tuhan. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

KEJAHATAN TIDAK HARUS DIBALAS DENGAN KEJAHATAN
2 Raja-raja 6:22-23
            Kebanyakan orang jika disakiti maka ia akan berusaha untuk menyakiti orang yang telah menyakitinya atau membalas dendam. Namun, dari nats ini kita akan belajar bahwa tidak baik membalas kejahatan dengan kejahatan. Kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan. Apakah yang harus kita lakukan ketika orang melakukan kejahatan terhadap kita?
1.      Melayaninya. Nats ini mengisahkan bagaimana tindakan Elisa dalam peperangan melawan orang-orang Aram. Ketika orang Aram telah mengepung Elisa, Elisa justru membawa mereka ke tengah-tengah Samaria di tempat tentara Israel berada. Pada saat itu Raja Israel menanyakan petunjuk Elisa untuk mengahadapi orang-orang Aram yang pada saat itu justru menjadi tawanan mereka. Namun, Elisa menjawab bahwa mereka harus menghidangkan makan dan minuman kepada mereka. Dari nats ini kita melihat tindakan yang dianjurkan Elisa untuk dilakukan oleh Raja Israel, bukannya dibunuh tetapi orang-orang Aram tersebut dilayani dengan disediakan makan dan minum. Kata “hidangkanlah” dalam bahasa aslinya ialah שׂוּם suwm {soom} or שִׂים siym {seem} yang artinya letakan, kumpulkan, buat, berikan. Aplikasinya bagi kita ialah apakah kita mampu melayani orang yang kita tahu ia berniat jahat atau telah melakukan kejahatan kepada kita. kebanyakan dari kita tidak akan mau melakukan hal tersebut. Justru kita akan bersukacita jika orang yang telah menyakiti kita itu sedang bersusah atau bersedih. Dari nats ini hal yang pertama yang harus kita lakukan terhadap orang yang memiliki niat menyakiti kita atau yang telah melakukan kejahatan kepada kita ialah kita harus melayani dia.
2.      Membiarkan dia pergi. Hal kedua yang dikatakan Elisa kepada Raja Israel ialah membiarkan orang yang berniat jahat kepada mereka pergi atau membiarkan mereka pulang ke tempat mereka. Dalam kehidupan kita sehari-hari,  jika kita tahu seseorang akan menyakiti kita tentulah kita tidak akan membiarkan dia pergi dengan mudah. Mungkin kita akam memberikan pelajaran dulu kepada orang tersebut, dengan memarahi dia terlebih dahulu atau justru kita menyakiti dia terlebih dahulu. Tetapi dalam nats ini jauh berbeda apa yang dikatakan oleh Elisa. Kata “pulang” dalam bahasa aslinya ialah שָׁלַח (shalach) yang artinya mengirim. Dari bahasa asli ini kita dapat memahami, hal kedua yang dilakukan Elisa dan Raja Israel dalam mengahadapi orang yang berniat jahat kepada mereka ialah setelah mereka dilayani dengan memberikan makan dan minum mereka dikirimkan pulang atau dibiarkan kembali ke tempat asal mereka. Dia ayat 23 dijelaskan bahwa setelah mereka dilayani dan dibiarkan kembali mereka tidak pernah kembali lagi “Sejak itu tidak ada lagi gerombolan-gerombolan Aram memasuki negri Israel”. Firman Tuhan melalui nats ini jelas menegaskan bahwa kejahatan itu janganlah dibalas dengan kejahatan. Orang Aram yang berniat jahat kepada bangsa Israel justru mendapatkan perlakuakn baik dari bangsa Israel. Dan karena tindakan bangsa Israel itu justru mendatangkan kebaikan kepada bangsa Israel karena orang Aram tidak kembali lagi ke bangsa Israel. Jika pada saat itu bangsa Israel tidak melakukan kebaikan kepada orang Aram, pasti perang di antara mereka akan semakin parah.
Aplikasi bagi kita semua ialah ketika orang berusaha menyakiti kita maka yang harus kita lakukan ialah berbuat baiklah kepada mereka. Karena, dengan perbuatan baik kita, kita dapat menyadarkan mereka akan tindakan mereka yang salah. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

JANGAN MERAGUKAN TUHAN
2 Raja-raja 6:24, 7:19
            Nats ini mengisahkan peristiwa pengepungan Samaria yang menyebabkan bencana kelaparan. Pada saat itu semua harga makanan menjadi sangat mahal. Hingga harga 1 kab tahi merpati berharga 5 syikal perak (1 kab = 2 liter). Orang-orang Samaria pada saat itu sangat menderita karena kelaparan bahkan mereka tega memasak dan memakan anak mereka sendiri.
 Kesulitan yang begitu berat justru membuat Raja dan secara khusus perwira raja pada saat itu tidak mempercayai Firman Tuhan yang disampaikan oleh Elisa, bahwa Tuhan mampu membalikan keadaan itu menjadi lebih baik. Perwira itu sungguh-sungguh meragukan kuasa Allah dan akhirnya ia tertimpah kemalangan. Apakah yang menimpah perwira yang meragukan Tuhan itu?
            Firman Tuhan yang disampaikan melalui Elisa ialah bahwa “Sesungguhnya engkau akan melihat dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya”. Dalam BIS dikatakan “"Nanti kau akan melihat hal itu terjadi, tapi kau tidak akan mengecap makanan itu sedikit pun”. kata melihat רָאָה ra'ah {raw-aw'} artinya juga melihat, makan אָכַל (akal) yang artinya juga makan.
            Maka pada pasal 7 ayat 20, Firman Tuhan ini tergenapi karena perwira raja ini mati terinjak-injak oleh orang-orang Israel yang pergi menjarah di perkemahan orang Aram yang mengepung mereka. Dan ia benar-benar hanya melihat tanpa menikmati apa yang dilihatnya.
            Aplikasinya bagi kita setiap orang yang percaya, dari kisah ini kita belajar bahwa Tuhan mampu mengubah segalanya bahkan yang tidak terpikirkan bagi kita. Mungkin sebagai manusia adalah sesuatu hal yang mustahil dan tidak akan mungkin terjadi, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahi. Oleh karena itu jangan pernah kita meragukan kuasa Allah. Seperti perwira yang ragu ini ia justru tidak mencapai janji Allah. Ia hanya melihat tanpa mampu menikmatinya, ia hanya melihat saja dan ia mati tanpa memperoleh apa-apa.
            Tentunya kita semua tidak mau hal yang sama terjadi dalam diri kita. maka percayalah kepada Tuhan jangan pernah meragukan kuasanya. Karena Tuhan tidak pernah salah dan Tuhan tidak pernah sekalipun berdusta. Apa yang diucapkannya pasti akan tergenapi. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

MENGIKUT TUHAN JANGAN SETENGAH-SETENGAH
2 Raja 14 :1-22, 15:1-7,32-38
Tema renungan ini ialah jangan mengikuti Tuhan dengan setengah-setengah. Pada renungan ini kita akan belajar tentang tiga orang raja Yehuda yang mengikuti Tuhan dengan tidak sepenuhnya melakukan atau menjauhkan apa yang Tuhan benci. Tindakkan yang dilakukan tiga orang raja ini mendatangkan hukuman Tuhan atas kehidupan mereka. Siapakah ketiga orang raja ini dan apa sajakah hukuman yang Tuhan timpakan kepada mereka sebagai akibat dari perbuatan mereka?
1.      Raja Amazia menderita kekalahan dalam peperangan (14:12). Pada 2 Raja 14:3, menyatakan bahwa Amazia melakukan apa yang benar di mata Tuhan, hanya bukan seperti Daud bapa leluhurnya. Dari ayat ini jelaslah bahwa Amazia meskipun ia hidup benar, tetapi ia tidak sungguh-sungguh dalam melakukannya. Dalam terjemahan BIS “Amazia melakukan yang menyenangkan hati TUHAN, tetapi ia tidak seperti Daud, leluhurnya. Seperti ayahnya, (2Ki 14:3 BIS)”. Dalam bahasa aslinya kata benar menggunakan kata, יָשָׁר yashar {yaw-shawr'} (Meaning:  straight, upright, correct, right) yang artinya lurus, jujur, sungguh-sungguh, tulus, tepat, dll. Dari ayat ini berdasarkan bahasa aslinya telah menyatakan bahwa Amazia telah melakukan apa yang tulus, jujur, sungguh-sunggu dihadapan Tuhan namun, ia tidak seperti Daud. Alasannya ialah karena ia tidak menjauhkan atau meruntuhkan tempat pengorbanan atau tempat penyembahan dewa (“ia pun tidak meruntuhkan tempat-tempat penyembahan dewa, (2Ki 14:4 BIS)”). Karena, ketidak sungguhannya untuk mengikuti Tuhan ini, ia ketika kerajaannya telah kokoh dan ia telah melakukan banyak tindakkan kepahlawanan, Amazia pun jatuh dalam dosa  tinggi hati (ay 10). Dan akhirnya Tuhan mendatangkan malapetaka kepadanya. Ia pun dikalahkan oleh Raja Israel Yoas dan ia ditangkap olehnya (ay 13). Hingga pada akhirnya ia mati terbunuh (2 Taw 25:27).
2.      Raja Azarya menerima tulah (sakit kusta) (15: 5). Raja Azarya juga melakukan hal yang sama seperti Amazia. Ia pun tidak meruntuhkan tempat penyembahan dewa pada masa itu. Di ayat ke 5 dijelaskan bahwa Allah menimpahkan tulah atas Azarya, yakni penyakit kusta hingga ia mati. Karena perbuatannya Azarya pun menderita penyakit hingga akhir hidupnya. Dalam terjemahan BIS “TUHAN membuat dia menderita penyakit kulit yang mengerikan, dan sampai ia meninggal, penyakitnya itu tidak sembuh-sembuh. (2Ki 15:5 BIS)”.
3.      Raja Yotam mendapatkan serangan (15:37). Raja Yotam juga melakukan hal yang sama dengan kedua raja yang sebelumnya, 2 Rj 15:37 “Mulai zaman itu TUHAN menyuruh Rezin, raja Aram, dan Pekah bin Remalya, menyerang Yehuda. (2Ki 15:37 ITB)” Berdasarkan Firman Tuhan ini, maka jelaslah bahwa tindakan Yotam ini mendatangkan hukuman atasnya karena ia tidak lagi mendapatkan perlindungan dari Tuhan melainkan ia mendapatkan serangan dari lawannya.
Aplikasinya bagi kita ialah dari kisah tentang tiga raja ini yang hidupnya tidak seratus persen melakukan perintah Tuhan kita dapat belajar bahwa, jika kita tidak sungguh-sungguh berbalik kepada Tuhan hal itu akan mendatangkan hukuan atas kita. Hukuman Tuhan itu tidak sama bagi semua orang, seperti tiga orang raja ini mereka ada yang mengalami kekalahan dalam peperangan, ada yang menderita penyakit hinggga akhir hidupnya dan ada pula mendapatkan serangan dari musuhnya.
Oleh karena itu, marilah kita berbalik dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan jangan setengah-setengah, karena jika kita tidak sungguh-sungguh kita tidak akan pernah tahu apa yang akan menimpa kita sebagai hukuman dari Tuhan. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

HUKUMAN TUHAN
1 Tawarikh 21:13
            Daud telah melakukan suatu tindakan yang bodoh dengan melakukan hal yang dipandang jahat oleh Tuhan. Karena perbuatannya itu bangsa Israel harus menanggung akibatnya. Daud pun disuruh memilih hukuman apakah yang harus ditanggung oleh rakyatnya. Daud pun memilih hukuman dari pada Tuhan. Pertanyaannya, mengapa Daud memilih hukuman dari Tuhan secara langsung dari pada hukuman Tuhan melalui sarana manusia?
1.      Karena, Daud tahu bahwa sangat besar kasih sayang Tuhan (ay 13). Kasih sayang dalam ayat 13 berdasarkan bahasa aslinya ialah רַחַם (racham) (Meaning: compassion) artinya perasaan kasihan/terharu. Dalam versi NAS digunakan kata mercies yang artinya kemurahan hati, belaskasihan, rahmat, dll. Berdasarkan studi kata ini dapat dilihat bahwa Daud memahami bahwa Allah memiliki rasa belaskasihan yang begitu besar terhadap umatnya. Maka ia meyakini ketika ia dihukum langsung oleh Tuhan, hukuman itu pun merupakan bentuk kasih Allah yang tidak akan berlarut-larut atau berlangsung lama. Terbukti di ayat yang ke 15, dikatakan bahwa menyesalah Allah.
2.      Karena, Daud memahami bahwa murka Tuhan tidak akan membinasakan umat pilihannya (ay 15). Alasan kedua  masih berkaitan dengan alasan yang pertama. Daud tahu bahwa Allah tidak akan dengan mudahnya menghabisi nyawa semua mahluk ciptaannya, terlebih lagi bangsa pilihannya. Oleh karena itu, Daud memilih untuk dihukum oleh Tuhan. Dan terbukti di ayat 15 ini Tuhan mengucapkan kata “cukup ” kepada malaikat pemusnah itu. Kata cukup dalam bahasa aslinya ialah רַב rab {rab} (Meaning:  abundant, enough) yang artinya berlimpah ruah atau cukup.  Dengan kata lain Tuhan memerintahkan kepada malaikat itu untuk berhenti menghukum bangsa Israel pada saat itu.
Dari kisah ini kita belajar bahwa terkadang kita pun melakukan hal yang konyol dan bodoh dihadapan Tuhan. Maka marilah kita mencontoh Daud untuk siap sedia menerima hukuman yang langsung dari pada Tuhan. Kita harus menyadari bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang penuh kasih sayang dan yang tidak akan menghukum kita melampaui kekuatan kita. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

SIAP SEDIALAH
2 Tawarikh 22:2-16
Seorang jendral atau komandan dalam perang, sebelum masuk dalam medan perang ia harus menyiapkan setiap perlengkapannya untuk berperang. Ia tidak hanya siap secara jasmani namun, ia juga siap secara rohani. Selain itu ia juga harus menyiapkan perlengkapan untuk prajurit-prajuritnya berperang. Tidak mungkin ia membiarkan prajuritnya berperang tanpa ada peralatan perang, karena itu sama saja dengan bunuh diri.
Demikianlah dalam nats ini, Daud ingin membangun Bait Suci bagi Tuhan. Tetapi Tuhan berfirman bahwa bukan dia yang akan membangun melainkan anaknya. Oleh karena itu ia sebagai seorang pemimpin saat itu harus berusaha menyediakan setiap kebutuhan yang akan digunakan untuk pembangunan Bait Suci itu. Pertanyaannya, Apa sajakah yang harus dipersiapkan oleh Daud?
1.      Daud harus mempersiapkan Salomo (ay 5-13). Mengapa Daud harus mempersiapkan Salomo? alasannya ialah karena pada ayat ke 5 dikatakan bahwa Daud menganggap bahwa Salomo masih muda dan kurang berpengalaman. Sedangkan Daud sendiri mempunyai tujuan atau harapan ke depan yang begitu besar. Kata kurang berpengalaman dalam bahasa aslinya ialah רַךְ rak {rak} (Meaning:  tender, soft, delicate, weak, tender, delicate (of flesh), weak of heart, timid, soft (of words), gentle words (subst)) yang artinya ialah lembut atau lemah. Dalam terjemahan lain juga diartikan dengan kata kurang berpengalaman (inexperienced). Pada saat itu dalam pemandangan Daud, Salomo anaknya adalah seorang yang masih muda dan lemah. Namun, ia tahu bahwa rencana Tuhan pasti tidak akan gagal. Maka Daud pun berinisiatif untuk menyediakan terlebih dahulu apa yang dibutuhkan untuk pembangunan Bait Suci. Dengan harapan bahwa Salomo pun dapat melihat dan mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Daud ayahnya. Seperti pada ayat yang ke 14, Daud berharap bahwa Salomo  dapat menambahkan lagi bahan-bahan apa yang dibutuhkan. Selain Daud memberikan contoh kepada Salomo, ada satu hal penting yang sebenarnya paling utama yang Daud persiapkan dalam diri Salomo yaitu agar Salomo memelihara Taurat Tuhan. Karena, Daud tahu dengan memelihara Taurat Tuhan (ay 12) dan hidup takut akan Tuhan maka apa saja yang akan dikerjakan pasti Tuhan akan membuatnya berhasil.
2.      Daud harus mempersiapkan dirinya sendiri (ay 7-8). Selain Daud harus mempersiapkan Salomo, persiapan yang tidak kalah utama ialah ia harus mempersiapkan dirinya sendiri. Terjemahan BIS mengatakan bahwa Sebab Salomo putraku masih muda dan kurang pengalaman, sedangkan Rumah TUHAN yang akan dibangunnya itu harus sangat megah dan termasyhur di seluruh dunia. (ay 5)".  Daud mempunyai impian yang besar akan Bait Suci yang sebenarnya ia ingin dirikan. pada ayat ke 7 (BIS), dikatakan bahwa “Anakku, sudah lama aku berniat mendirikan sebuah rumah untuk menghormati TUHAN Allahku” Namun, ketika itu Firman Tuhan menegaskan bahwa anaknya yang harus mendirikan, maka Daud pun harus berbesar hati menerima keputusan Tuhan tersebut. Ia harus mempersiapkan dirinya untuk tidak egois dan mengambil keputusan berdasarkan kehendaknya sendiri dan ia harus mempersiapkan dirinya untuk mampu mempercayai kemampuan anaknya. Meski pun pada pemandangannya anaknya masih seorang anak yang lemah. Bagi seorang seperti Daud yang telah memiliki pengalaman hidup yang panjang akan sulit baginya untuk mempercayakan suatu proyek yang besar kepada seseorang yang dianggapnya tidak berpengalaman. Tetapi di sini Daud setia dan taat kepada perintah Tuhan. Ia menyadari bahwa ia bukan siapa-siapa tanpa Tuhan dan Tuhan sanggup melakukan apa pun yang dikehendakinya.
3.      Daud mempersiapkan setiap kebutuhan (ay 16). Setelah Daud mempersiapkan Salomo baik secara jasmani mau pun rohani, ia pun mempersiapkan dirinya untuk menerima rencana Allah dan yang terakhir ia menyiapkan semua kebutuhan-kebutuhan untuk pembangunan. Daud mewujudnyatakan niatnya untuk membangun Bait Suci dengan mempersiapkan semua bahan yang dibutuhkan. Tidak sedikit bahan yang Daud siapkan tetapi hal ini tidak membuatnya lelah justru semakin membuatnya semangat. Karena, ia telah melihat ke depan meski pun bukan ia yang akan mendirikan Bait Suci tersebut, tetapi ia telah meyakini bahwa bait suci itu akan berdiri dengan kokoh oleh pertolongan Tuhan melalui Salomo anaknya.
            Aplikasinya bagi kita ialah apa pun rencana kita ke depan kita harus mampu mempersiapkan semuanya dengan baik dan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan serta mentaati apa yang menjadi kehendak Tuhan. Seperti Daud ia hanya dapat berencana tetapi Tuhanlah yang menentukan. Demikian pula kita dalam kehidupan kita. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).

SANDARAN YANG TEPAT
2 Tawarikh 16:1-14
            Asa merupakan seorang raja yang benar di mata Tuhan. Ketika Zerah orang Etiophia menyerang dia, dia berseru kepada Tuhan dan Tuhan menolong dia (2 Taw 14:9-11). Namun, hal ini tidak bertahan lama, pada tahun ketiga puluh enam pemerintahannya, ketika Baesa raja Israel datang menyerang dia, Asa justru melakukan perjanjian dengan Aram. Akhirnya Tuhan tidak menyertai dia lagi dan Firman Tuhan kepadanya mulai saat itu Asa akan mengalami peperangan (ay 9). Mengapa Asa akhirnya mengalami peperangan?
1.      Karena, Asa bersandar kepada Aram (ay 7). Ketika Asa mendengar bahwa Baesa akan menyerangnya ia telah salah mengambil keputusan. Ketika di pasal sebelumnya waktu Zerah datang menyerang dia, Asa berseru kepada Tuhan untuk meminta pertolongan. Tetapi berbeda ketika Baesa datang menyerangnya ia justru datang kepada Aram dan membuat perjanjian dengan dia. Asa tidak belajar dari pengalamannya, seharusnya ia yang telah melihat kuasa Allah yang telah memberikan pertolongan kepadanya. Ia tetap meyakini dan tetap bersandar terus kepada Allah dan bukannya mencari perlindungan dari pada manusia. Hal ini telah membuat Allah marah terhadapnya. Kata bersandar dalam bahasa aslinya ialah שָׁעַן sha`an {shaw-an'}  (Meaning:  to lean on, trust in) yang artinya bersandar, condong, percaya. Jadi, alasan pertama mengapa Asa mengalami peperangan ialah karena ia tidak bersandar, mencondongkan, atau percaya kepada Tuhan, melainkan kepada Raja Aram.
2.      Karena, Asa melakukan tindakan bodoh (ay 9). Alasan kedua mengapa Asa mengalami peperangan ialah karena ia telah melakukan tindakan bodoh dengan tidak bersungguh hati kepada Tuhan. Padahal Allah mengetahui setiap hal yang terjadi pada umatnya. Kata “bodoh” dalam bahasa aslinya ialah סָכַל cakal {saw-kal'} (Meaning:  to be foolish, be a fool) artinya menjadi bodoh, tolol, nekad, goblok, orang gila. Berdasarkan arti dalam bahasa aslinya dapat dipahami bahwa tindakan yang dilakukan oleh Asa bagi Tuhan adalah suatu tindakan yang tidak hanya bodoh, tetapi juga suatu tindakan yang tolol, goblok, nekad bahkan merupakan tindakan orang gila. Hal ini sangat jelas mengapa tindakan Asa dikatakan adalah tindakan yang bodoh. Karena, Asa sebelumnya pernah mengalami hal yang sama, ia pernah didatangi oleh orang Ethiopia untuk berperang tetapi pada saat itu ia berseru kepada Tuhan dan hal itu merupakan tindakan yang tepat dan Tuhan pun menolongnya. Seharusnya ia tetap bersandar kepada Tuhan dan bersungguh hati kepadaNya karena dia pun pernah merasakan pertolongan Tuhan sebelumnya. Kata bersungguh dalam bahasa aslinya ialah  שָׁלֵם shalem {shaw-lame'} (Meaning: complete, safe, peaceful, perfect, whole, full, at peace) artinya lengkap, sempurna, yang menyeluruh, kuat, tepat, tenang, penuh, damai. Berdasarkan bahasa aslinya maka tindakan yang harus dilakukan Asa ialah ia seharusnya memiliki hati yang seluruhnya bersandar kepada Tuhan dan tetap kuat, tenang dan memiliki hati yang damai di dalam Tuhan. Bukan sebaliknya ia kehilangan damai dihatinya ketika ia di datangi oleh Baesa.
Dari dua alasan ini kita belajar bahwa kita harus memilik sandaran yang tepat dalam mengahadapi setiap persoalan hidup yaitu Tuhan kita dan jangan kita bertindak bodoh atau nekad melainkan kita harus tetap tenang di dalam Tuhan dan bersungguh hati di dalamnya. Karena, kita tahu bahwa Tuhan sanggup memberikan pertolongan dan jalan keluar kepada kita semua yang bersandar dan percaya kepadaNya. Amin, Tuhan Yesus memberkati (Stella Mulalinda).



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Pelayanan Praktek 1 Tahun di GKII (Gereja Kristen Injili Indonesia) Jemaat Curup

kumpulan renungan warta jemaat GKII PLG Oktober 2017

Kumpulan Renungan Semester X Part 4 (STTIP)